BAB 43 - MANUSIA YANG MULAI CEMAS

10 3 1
                                    

"Lea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lea... Ini bukan kebetulan.." ucap Revano dengan pandangan kosong ke arah jalanan yang terhalang kaca depan mobil.

"Maksud kamu apa, Rev?" ucapku bingung

"Aku harus ketemu semua temen-temen secepatnya, terutama Kai. Ini bukan kebetulan.. aku yakin.." lanjutnya

"Bencana ini maksud kamu?" aku menambahkan

"Ya, ini kemungkinan sabotase.. Apalagi aku makin yakin setelah dengar penjelasan Kai" sahutnya

"Bisa jelasin, Rev? Aku gak paham" aku benar-benar tidak mengerti apa yang Revano dan Kai bicarakan soal sabotase ini.

"Aku yakin keseluruhan bencana yang ada di Indonesia sejak kita sekolah itu adalah sabotase.." air wajahnya menjadi lebih serius dari sebelumnya, ada sedikit kekhawatiran di sorot matanya. Tegas namun rapuh.

"Apa yang bikin kamu yakin banget ini semua sabotase? Aku gak paham arah kamu kemana, Rev! Emangnya bisa bencana di buat-buat?" aku menjawab dengan heran karena ini benar benar di luar logikaku.

"Aku jurnalis investigasi, Lea. Udah lama aku ngikutin salah satu tokoh politik untuk menguak skandal dan korupsi besarnya, tapi semakin aku usut ternyata malah aku nemuin fakta bahwa dia terhubung sama organisasi elit global, aku yakin! Aku udah ngumpulin banyak data dan bukti yang menunjukkan bahwa seluruh bencana ini kemungkinan besar bukan kebetulan. Pertama, aku berhasil nemu dokumen rahasia dari organisasi namanya 'Cloud Nine Dominion' yang mencatat rencana mereka untuk mengendalikan populasi melalui bencana. Habis itu, sebelum ada bencana besar, aku nemuin bukti pertemuan elit politik yang nguntungin perusahaan multinasional. Aku juga punya informasi dari whistleblower tentang manipulasi data terkait bencana untuk menutupi kesalahan kebijakan pemerintah. Semuanya ini mengindikasikan bahwa organisasi elit global memang merencanakan semua. Kita harus kumpul, Lea. Ini lebih besar dari yang kita fikirkan, aku yakin Kai sepaham dengan pemikiranku" jelasnya berapi-api namun kecemasan tidak bisa ditutupi dari raut wajahnya

Entah aku harus merespons penjelasannya bagaimana. Hatiku gusar, apakah benar seluruh bencana ini melibatkan kesengajaan tangan manusia untuk memusnahkan spesiesnya sendiri? Bagaimana mungkin? "Ya Tuhan.." gumamku pelan.

Setelah membeli minuman di perjalanan untuk sedikit menenangkan perasaan, kami berdiskusi banyak sambil melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.

Revano, meskipun tampak tenang, santai, dan kalem, aura kecemasan menyelimuti pikirannya. Di sampingnya, aku berusaha memahami semua informasi yang baru saja dia sampaikan. Kami harus memastikan kondisi Kak Seno, dan itulah prioritas kami saat ini. Mobil SUV itu meluncur di jalanan yang berbatu.

"Lea, habis kita urus Kak Seno, kita cepet-cepet pulang ke desa, yah. Ada banyak hal yang perlu kita diskusikan," ujar Revano, memecah keheningan.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang