BAB 35 - ANOMALI NEGARA CINCIN PASIFIK

16 4 0
                                    

Jakarta, 27 Desember 2007

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 27 Desember 2007

Empat bulan setelah erupsi Gunung Langkara, kondisi di Indonesia mulai berangsur membaik, dan aktivitas penerbangan lokal mulai dibuka kembali. Setelah sebelumnya tertutup karena abu vulkanik yang tebal memenuhi langit bisa berdampak pada mesin pesawat yang mengudara. Maskapai-maskapai penerbangan perlahan memulihkan operasional mereka. Bandara-bandara di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali mulai menerima penerbangan domestik, meskipun masih dengan pengawasan ketat. Langit yang dulu gelap karena abu perlahan mulai cerah, meski tetap ada sisa-sisa partikel debu vulkanik yang tersisa di udara. Itu seperti mimpi buruk yang terjadi beberapa bulan ini. Aktifitas normal seperti bekerja dan belajar lumpuh total dan semua orang berlindung di rumah-rumah mereka, sekolah-sekolah dan perkantoran ditutup, dan seluruh kehidupan sehari-hari harus menyesuaikan dengan kondisi baru.

Mega, sahabatku, sering berkunjung ke rumahku selama masa tersebut dan terkadang ia menemaniku dan menginap dirumah. Kami sering memasak bersama, mengerjakan tugas 'take home test' bersama dari kampus dan menonton film untuk mengalihkan perhatian dari situasi yang belakangan terjadi yang cukup membuat rasa cemas berlebih sering muncul. Bahkan aku minta Mega untuk sering menginap dirumahku saja, mengingat Ia tinggal di tempat kost sendirian. Ayahnya tinggal di salah satu kampung di Desa Citagelir, Jawa Barat. Ibunya sudah tiada sejak ia SMP. Ia sudah terbiasa mandiri mengurus keperluannya sendiri sejak Ibunya tiada. Terus terang, dengan adanya Mega bersamaku, aku merasa seperti memiliki keluarga ditengah kondisi yang tidak menentu belakangan ini, begitupun Dia.

Di tengah upaya pemerintah dalam pemulihan pasca bencana, pada bulan Mei kemarin, Indonesia ternyata kembali dikejutkan dengan letusan Gunung Mirawa yang berlokasi di kabupaten Jayapada. Letusan ini adalah salah satu bencana vulkanik paling bersejarah di Indonesia. Gunung Mirawa adalah salah satu gunung api paling aktif di dunia dan sering erupsi. Letusannya kali ini kembali menimbulkan kerugian besar bagi Kota Jayapada dan Indonesia tentunya. Sebelum letusan besar terjadi, terdapat beberapa fase erupsi kecil dan gempa vulkanik yang menyebabkan peningkatan status kewaspadaan. Letusan besar itu terjadi pada 27 Mei, bersamaan dengan gempa besar di Jayapada yang mengakibatkan ribuan korban jiwa. Kerusakan nya juga cukup besar, yaitu dengan total korban jiwa dari abu panas sekitar 151 orang dan total korban jiwa akibat gempa mencapai 5400 orang. Bencana ini pun menghancurkan ribuan rumah, infrastruktur Kota Jayapada serta bangunan-bangunan bersejarah, mengingat di Kota ini termasuk Kota bersejarah yang padat penduduk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang