BAB 5 - BAKSO DAN KANCING

20 9 6
                                    

As we go down life's lonesome highwaySeems the hardest thing to do is to find a friend or twoThat helping handSomeone who understandsThat when you feel you've lost your wayYou've got someone there to say, "I'll show you"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As we go down life's lonesome highway
Seems the hardest thing to do
is to find a friend or two
That helping hand
Someone who understands
That when you feel
you've lost your way
You've got someone there to say,
"I'll show you"

Say you, say me - Lionel Richie

***

Aku melangkah masuk ke dalam rumah dengan hati yang masih berdebar setelah pertemuan ku dengan Revano. Aku mencoba menenangkan diri, tapi saat memasuki ruang tamu, aku harus bisa mengontrol wajahku sedatar mungkin. Mungkin orang bilang ini yang namanya "Poker Face", Yah, aku sudah terbiasa melatih itu sejak dini.

"Leandra! Dari mana aja kamu?!"

suara Tanteku Sari langsung menyentak saat aku baru menutup pintu gerbang. Tanteku duduk di kursi tua di sudut ruangan balkon sembari menyiram tanaman kuping gajah favoritnya dengan wajah tegang, matanya menatapku dengan tajam

Aku langsung merasa tegang, tanteku memang selalu begitu, menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan dan tuduhan-tuduhan, seolah aku adalah beban yang tak bisa ia lepaskan.

"Dari komplek belakang kan, Tante, tadi aku udah ijin dulu" jawabku sambil berusaha menjaga suaraku tetap tenang.

"Jam segini baru pulang?!"

"Tuh aku cuman terlambat 15 menit aja tan, kan aku ga pulang terlambat banget" Jawabku

Tanteku berdiri, melangkah cepat ke arahku dengan wajah yang murka.

"Kamu pikir enak jagain kamu setiap hari? Masakin buat kamu, mastiin kamu makan! Ngurus kamu itu capek! Harus nungguin kamu, nyariin kamu, tanggung jawab sama kamu setiap hari! Dikira tante mau? Kalo tante bisa pergi, mending tante pergi aja dari sini! Muak lama-lama!"

"Aku kan ga minta tante ngurus aku, aku bisa sendiri, aku juga mandi sendiri" Jawabku

"Kamu mah emang anaknya suka ngelawan orang tua, ngejawab terus kalo diomongin! Anak perempuan itu harusnya gak kaya kamu! Anak perempuan itu nurut! manis!" Ucapnya semakin murka

"Aku gak ngelawan tante, aku cuman ngejawab tante. Aku cuma terlambat sedikit terus tadi aku udah minta maaf sama tante"

Jawabku dengan nada lebih tinggi dari intonasiku tadi

Seketika tanteku mengambil sapu lidi yang ia simpan di samping pot Aglonema miliknya dan bergegas memukul pahaku.

"Dasar gak tau diuntung! Anak durhaka, berani ngelawan orang tua! kurang ajar!"

Bentak tanteku sembari memukulku

"Aduhh sakit tan! Sakit.. Aku kan udah minta maaf"

Pukulan kali ini terasa lebih menyakitkan hati, entah kenapa. Aku menangis seraya masuk ke kamarku, aku rindu ayahku. Di dalam hati, aku ingin melawan, ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa semua ini tak adil. Tapi, aku tahu itu sia-sia, aku pun saat itu belum tahu banyak merangkai kalimat.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang