BAB 45 - 'CLOUD NINE DOMINION'

16 3 6
                                    

Aku duduk di kursi meja makan, menatap jendela besar apartemenku yang menghadap kota Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk di kursi meja makan, menatap jendela besar apartemenku yang menghadap kota Jakarta. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya yang berkedip samar di permukaan kaca. Sementara itu, Kai, Mega, Diandra, dan Revano tengah duduk di sekitarku—di sofa dan meja makan sembari mengobrol dan bercanda. Sudah lama sejak kami semua terakhir berkumpul seperti ini. Aku tersenyum kecil merasakan kehangatan malam ini, meskipun akhirnya aku harus kembali lagi pada realita bahwa dunia yang akan kita tinggali akan berubah dari sebelumnya.

"Guys," aku membuka percakapan, berusaha memecahkan candaan mereka dengan sesuatu yang lebih serius "Hmm, sebenernya kita kumpul hari ini, bukan hanya untuk kumpul lagi sama Revano, tapi ada hal lain yang ingin aku dan Revano bicarakan—Hal ini terkait sama yang Kai bicarakan soal sabotase bencana yang mungkin akan membawa perubahan besar ke kehidupan kita sekarang ini. Tapi disini aku harus menghadirkan Dhika. Cuman mengingat sekarang jam 8 malam, apa baiknya kita ngobrol besok aja? Takutnya nanti kalian gak bisa istirahat." jelasku

Aku merasakan sorot mata mereka tertuju padaku. Revano, yang duduk di ujung ruangan dengan tubuhnya bersandar ke dinding, tampak skeptis. Wajahnya tenang, tapi aku bisa melihat kerutan di dahinya, tanda dia tengah memikirkan sesuatu yang mendalam.

"Perubahan besar apa, Lea?" tanya Diandra dengan suara lembut, tapi jelas mengandung kekhawatiran. "Lo serius banget, tumben."

"Sekarang aja, Lea. Besok udah masuk ke hari-hari berat yang akan datang. I'm Ok, dan pasti Mega juga oke, karena kerjaan dia hampir sama sibuknya sama aku pas lagi bencana gini. Kalaupun kita ngobrol sampai subuh, gak papa. Tapi lo kan dokter, Di. Lo sendiri gimana besok? Pasien lagi membludak. Dan elo, Van. Lo ga sibuk, besok?" tanya Kai datar

"Gue sih aman, Kai. Gue nginep di sini kan." jawab Revano mengangkat satu alisnya.

"Enak aja, lo. Lo tidur sama gue di atas!" kelakar Kai, dan kami pun tertawa

Diandra yang sejak tadi diam, berbicara "Gue oke juga, cepet kontak aja si Dhika. Pantesan gue udah feeling gak enak, pasti yang mau kalian bicarakan, itu juga adalah yang mau gue bicarakan. Gue nginep sini aja, Lea. Pinjemin gue baju."

"Oke, aku kontak Dhika ya!" ujarku sembari mengetik pesan teks dan berbalas dengan Dhika.

Kami melanjutkan mengobrol sementara aku dan Mega membuat sedikit snack di dapur seperti kentang goreng, sosis dan chicken wings meskipun Diandra sudah memesan makanan rice box dan kopi melalui aplikasi pesan antar. Tak lama Dhika pun datang. Aku kenalkan Dhika dan Revano, lalu mereka mengobrol asyik sebelum akhirnya kami masuk ke pembicaraan yang lebih serius.

"Guys, kalian semua lihat bencana tsunami yang terjadi pagi ini, kan?" tanyaku retoris. "Kai punya data bahwa bencana ini bukanlah sekadar bencana alam alami, namun ada kecurigaan adanya sabotase. Begitu pun, data yang akan dibuka Revano malam ini, dan mungkin Dhika akan membuka juga data dan fakta atas sesuatu yang lebih gelap dan besar." ucapku membuka pembicaraan

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang