BAB 46 - BASECAMP TIM

14 3 2
                                    

Malam sunyi akhirnya datang selesai kami berdiskusi mengenai sesuatu yang cukup berat—Kondisi bencana, virus, potensi kerusuhan dan lainnya. Di apartemenku tersisa Aku, Kai, Revano dan Mega. Mega sudah lama tertidur di kamarnya sejak tadi. Seperti biasa, dia memang tidak kuat begadang, apalagi setelah jam 10 malam. Matanya sudah terlihat lelah, wajahnya memble, membuatnya selalu jadi orang pertama yang tertidur di antara kami semua. Aku pun membereskan meja, dan mematikan beberapa lampu ruangan, hanya menyisakan beberapa titik lampu malam yang temaram. Aku harus masuk kamar untuk fokus mengerjakan dahulu beberapa artikel, karena kami—jurnalis tetap harus bekerja. Aku pamit pada Revano dan Kai yang sedang mengobrol di balkon apartemenku, terlihat dua kaleng bir bersama mereka.

"Kai, Rev, aku masuk duluan ya, ada artikel yang harus aku buat. Kalau ngantuk, mungkin aku tidur duluan. Kalian jangan kemaleman, besok pagi udah aktivitas lagi," kataku sambil melangkah ke kamar.

"No problem, Lea. Kita bentaran doang kok disini" ujar Kai tersenyum sementara Revano hanya mengangkat dua alisnya sembari tersenyum.

Aku pun masuk kamar dan menulis artikel pekerjaanku dan membuat catatan penting berkaitan dengan alur cerita desa Ciptabumi untuk majalah eksklusif, beruntunglah untuk yang ini, deadlinenya adalah bulan depan.

Sekitar dua jam setelah itu, aku belum juga tidur. Tiga artikel berhasil kuselesaikan, tapi rasa haus, pegal dan suntuk membuatku ingin keluar sejenak untuk mengambil minuman dan camilan. Ketika aku melangkah keluar kamar, aku melihat Kai dan Revano masih duduk di balkon, berbincang serius. Mereka tampak begitu fokus, dan aku berusaha meredam langkah dan suara agar tidak memecahkan konsentrasi mereka. Aku tidak bermaksud menguping, namun suara mereka begitu jelas mengundang rasa penasaranku yang selalu cemas akan hubungan kami bertiga. Aku berdiri dibalik pintu kaca yang tertutup gorden sambil memegang gelas yang belum kuisi.

Gue nggak bisa lepasin Lea, Van,” suara Kai terdengar tenang namun serius. Matanya kosong, menatap ke arah jauh.

"Gue tau, Kai. Sebenernya gue berterimakasih sama lo, Kai. Lo jagain lea selama ini, dan gue juga bukan orang yang gak tahu diri—tiba-tiba ambil kebahagiaan lo. Lo sahabat gue, dan.. secemburunya gue sama lo, se nggak sukanya gue lihat lea sama orang lain, pas gue inget lagi itu elo orangnya, gue gak sanggup marah. Gue tahu lo orang tulus, bahkan lo selalu mikir bisa berbuat apa sama temen lo" ujar Revano dengan nada datar yang pandangannya juga mengawang ke angkasa.

"Gue, nggak ngerasa jadi temen yang baik van. Gue ke elo dan temen² lain, memang murni karna gue peduli aja sama kalian. Bahkan, kalaupun gue gak ada hubungan apapun sama lea, misal lea hanya jadi sahabat gue, gue akan tetep sayang sama dia. Tapi enam tahun ini, banyak yang terjadi. Gue sama lea makin deket meski kita gak ada status pacar atau apapun itu namanya. Gue makin sayang sama dia, Tapi satu hal yang gue tahu—meski gue ngerasa lea perhatian dan sayang sama gue, di hatinya tetep ada elo. Gue nggak munafik kalau gue cemburu, tapi selagi orangnya adalah elo, gue fine. Gue hargai itu adalah sebagai privasi lea yang gue gak akan ganggu. Gue berikan ruang untuk dia memutuskan sendiri. Tapi.. gue akan selalu jaga dia, Van" jelas Kai dengan lembut, masih dengan tatapan kosong sesekali tertawa kecil

"Kai.. gue gak akan nuntut apapun.. Gue hargai lea sebagai entitas yang berbeda dari diri gue. Dia punya dirinya sendiri, gue gak akan nge-push, apalagi ditengah kondisi begini. Kita cuman bisa saling jaga satu sama lain, dan gue yakin elo juga mikir yang sama kaya gue. Ancaman mati kapan aja bisa kapanpun datang di kondisi sekarang, lo tahu persis itu..." jawab Revano serius dengan nada sedikit naik dari sebelumnya

"Van.. elo temen pertama gue, yang bahkan elo gak lihat status sosial gue. Di sekolah gue dulu, orang mau deket sama gue karna status sosial. Makanya gue maksa bokap gue untuk masuk sekolah negri. Dan elo, adalah temen pertama gue yang bahkan gak tahu apapun tentang gue saat itu. Ampe sekarang, lo gak berubah, dari smp pas gue pindah pertengahan kelas 1. Gue ga akan lupain bahwa elo sahabat gue. Kalopun diantara kita ada yang Lea pilih, gue harap lo ingetin gue kalo gue berubah. Karna gue gak mau hubungan kita berubah" jelas Kai lembut dengan ekspresi meyakinkan.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang