BAB 12 - PARADOX

14 7 0
                                    

Pekan depan, sekolah kami akan mengadakan acara besar yang sudah ditunggu-tunggu di bulan April tahun 2000 itu.

Pentas Musik Tahunan Sekolah yang diberi nama PARADOX singkatan dari Pagelaran Anak Remaja Dunia Olah Xperience.

Acara ini bukan hanya tentang musik, tapi juga menjadi ajang unjuk bakat dari berbagai ekstrakurikuler seni di sekolah kami, mulai dari band, dance, paduan suara, hingga penampilan penyanyi solo dan ada bintang tamu nya juga yaitu sebuah Band Indie asal Kota kami dengan salah satu hits terkenal "I remember".

Acara ini biasanya menjadi salah satu momen paling bergengsi, di mana siswa-siswa yang memiliki bakat seni akan tampil di depan seluruh sekolah dan terbuka tiketnya untuk masyarakat umum. Banyak juga tenan-tenan jajanan dan barang-barang yang dibuka. Tahun ini, pentas musik PARADOX yang kami selenggarakan bertema "Unleashing Stars", memberikan kesempatan bagi para siswa untuk menunjukkan sisi kreatif mereka dengan dekorasi malam berbintang yang megah, muda dan romantis.

Aku sudah membayangkan bagaimana penampilan Revano di atas panggung untuk pertama kalinya dengan Band sekolah kami, dengan stik drum di tangan, memainkan musik yang membuatnya senang menjadi dirinya sendiri, menjadi anak yang tidak lagi takut apapun dan bebas berekspresi.

Terkadang aku ingin menyanyi dengan Revano yang ada di belakangku sebagai pemain drumnya. Tapi setelah kupikirkan lagi, selera lagu kami berbeda untuk bermusik, meskipun selalu ada titik temu di lagu-lagu yang dia berikan untukku dengan cara yang manis dengan kami berbagi earphone walkman bersama, namun itu hanya untuk lagu-lagu cinta, persahabatan dan kehidupan yang berkesan di hati kami untuk disimpan pribadi. Tapi untuk menjadi pemusik profesional, bisa dibilang kami berbeda genre musik. Dia alternatif dan aku pop.

*D-DAY*

Sejak pagi, aku sibuk berdiri di dekat meja distribusi kelas 1A, fokus mendata nama-nama teman sekelas yang hadir dan memberikan kaos acara kepada mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak pagi, aku sibuk berdiri di dekat meja distribusi kelas 1A, fokus mendata nama-nama teman sekelas yang hadir dan memberikan kaos acara kepada mereka. Suasana di sekolah semakin ramai menjelang pentas musik, banyak siswa berlalu-lalang, dan suara tawa serta riuh suara terdengar di mana-mana. Begitu juga undangan dan tamu umum yang hadir membeli tiket acara kami. Meski terlihat sibuk, aku tidak bisa benar-benar fokus karena terus memikirkan penampilan soloku nanti. Lagu "Hero" yang akan kunyanyikan terasa semakin berat di kepala, dan rasa gugup terus meningkat.

Aku baru saja selesai mencatat satu nama teman kelasku yang mengambil kaos, ketika tiba-tiba ada suara yang familiar di belakangku.

"Lea!"
Suara itu, lantang dan familiar di telingaku, membuatku kaget bukan main. Aneh sekali suaranya belakangan ini seperti memiliki suatu frekuensi dan resonansi tersendiri yang bisa membuatku kaget hingga jantung berdebar.

Refleks, aku berbalik, dan ternyata benar, Revano berdiri tepat di belakangku, hanya beberapa langkah saja. Jantungku seketika berdebar kencang. Tanpa sadar aku menjatuhkan bolpoint yang kupegang. Revano tampak menahan tawa kecil melihat reaksiku yang begitu terkejut.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang