Jakarta, 6 Maret 2009
Jam tangan baruku—pemberian Diandra, menunjukan angka 3 dini hari. Aku sedang diantar Kai berangkat ke kantor menggunakan mobilnya, dengan segala perbekalan yang dijejali olehnya sampai aku harus membawa 1 koper dan 1 tas besar. Diandra tidak kalah menyebalkan tadi malam. Kenapa aku harus membawa satu box masker N95 dan alkohol 1 liter? Apa tidak cukup membawa 100 ml saja? Dia juga menjejaliku dengan yang katanya adalah suplemen nomor 1 di dunia—memiliki struktur molekul dan bahan mirip seperti kolostrum asi ibu kita. Salah satu kandungannya adalah peptida imun, asam amino esensial, imunoglobulin, sejenis protein yang penting untuk melawan infeksi. Imunoglobulin bekerja dengan cara mengenali dan melumpuhkan patogen, seperti virus dan bakteri, yang masuk ke tubuh. Kami semua sekarang meminum ini untuk berjaga dari virus aneh yang sedang ramai itu. Tiba-tiba aku teringat lagi percakapan tadi malam bersama Diandra dan Mega,
"Rese lo, Di! 1 liter?! Berat gue bawanya! Sama kayak pas lo pake APD dari bangun tidur sampe ke rumah sakit! kan bisa yah? lo pake pas di rumah sakit aja". ucapku mendengus
"Berisik lo! Yang dokter kan gue! Makanya jangan kebanyakan ngetik, entar logika lo beku trus error" celetuknya sarkas
"Errornya gimana?" tanyaku menggodanya
"Error jarinya stuck di huruf 'R'! RrrrrRrRRrrrrrrRrRR" ujarnya dengan wajah menahan tawa
"Hahaha! Sialan! Emang lo udah ga mau samaan kaya gue? Error di huruf 'R'?" desak ku terus menggodanya yang selalu ketus
"Gue mah maunya limited! Ngapain samaan! Lagian kalo samaan lagi juga gak papa juga sih, asal sama lo saingannya" sahutnya menahan tawa dengan senyum simpul.
"Nah! Kan! Gue udah bilang! Gengsian lo gak ngakuin selama ini kalo lo gak bisa move on kan? Dasar nenek sihir!" celetukku memasukan keripik kentang yang dioper ke tanganku oleh Mega.
"Yeee! Gue gak bilang gue gak bisa move on! Gue cuman berandai-andai. Lagian kalo gue saingan sama orang laen ga kebayang sih, bisa abis tuh si 'R' dengan karakter gue yang sekarang ini. Emosian gue sekarang! Gak ikhlas dia lirik-lirik orang laen, tapi kalo ngelirik elo boleh lah! Jangan lupa gue tuh sahabatnya!" jelasnya memvalidasi keceplosan yang dia buat sendiri, dan aku terbahak.
"Ini apaan sih ngeributin satu laki yang orangnya aja ga ada disini! Emang ya cewe kalo udah cinta tuh dua hal. Kalo nggak tolol ya bodoh!" celetuk mega mendengus sarkas sembari membawa deterjen sekali bilas dan memasukannya ke dalam tasku, rambutnya masih acak-acakan.
"Yee, diem lo Meg! Lo gak pernah tolol sih!" ujar Diandra sambil mengunyah keripik tempe
"Hahahah! Kata siapa dia gak pernah tolol?!" Tawa ku meledak di udara membayangkan kembali bagaimana dia menulis ratusan lembar puisi hanya untuk satu lelaki yang sudah entah dimana dirinya-sama sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA [ON-GOING]
ActionSebuah bencana gempa bumi besar di Bandung memisahkan Leandra dan Revano, sahabat yang dipertemukan takdir sejak kecil. Bersama Kai dan Diandra, mereka menjalani persahabatan yang murni dan polos, hingga perlahan mulai memahami arti cinta. Bencana t...