BAGIAN 18

8.2K 476 24
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

--------------------------------------

Keterkejutan di dalam hidup Regina sepertinya tak henti-hentinya silih berganti untuk datang. Setelah kasus kekerasan kemarin yang berakhir dengan sang pelaku yang mendapatkan vonis delapan tahun hukuman penjara. Kini keterkejutan Regina semakin bertambah karena kedatangan Brian. Iya, karena sesuatu dan lain hal, Brian membatalkan penerbangannya setelah mendapatkan berita mengenai kasus dua sahabatnya, dan akhirnya dia baru bisa kembali ke Indonesia semalam setelah hampir sepuluh hari bertahan di Swiss.

"Kenapa masalah sebesar ini gak ada satupun dari lo berdua yang mau ngasih tau gue?" ucap Brian yang tanpa berbasi-basi langsung memborbardir pertanyaan kepada kedua wanita yang ada di hadapannya dengan wajah yang datar. Asal kalian tau, Brian baru saja tiba di Indonesia dan dia langsung menemui kedua sahabatnya. Bisa di bayangkan betapa lelahnya Brian saat ini, bukan?

Baik Regina dan Steffi saling menatap satu sama lain. Keduanya saling mendorong untuk menjawab pertanyaan dari sahabat lelaki mereka.

"Gue ngerasa kaya orang bodoh yang gak tau apa-apa gimana keadaan sahabat-sahabat gue!" sentak Brian dengan tatapan yang menghunus bak pedang.

"Lo berdua gak tau kan gimana paniknya gue yang saat itu baru tau kejadian kalian dari bang Altair? Gue panik banget asal lo berdua tau! Bahkan, sampai paniknya gue, gue gak bisa gerakkin tubuh gue sendiri. GUE MIKIRIN KEADAAN LO BERDUA TAU GAK!" Regina dan Steffi yang mendengar teriakan dari Brian berjinjit kaget. Keduanya pun saling menggenggam tangan satu sama lain, mereka takut. Sudah di bilang, mereka paling menghindari kemarahan Brian. Untung saja mereka saat ini berada di apartment nya Regina. Jadi, tidak akan ada yang  mendengar suara teriakan itu selain mereka.

"Lo berdua udah gue anggap sebagai adik gue sendiri. Apa yang terjadi sama kalian, tentu gue marah. Gue bahkan pengen banget ngehajar si bangs*t itu yang udah berani main tangan sama cewek. Banci emang!" Brian mengusap wajahnya kasar dan menghela nafasnya panjang.

"Bri..." panggil Regina takut-takut.

"Apa!" sentak Brian yang membuat kedua wanita di hadapannya tersentak dan memeluk tubuh satu sama lain.

"Maaf, Bri. Gue baru aja loh keluar dari rumah sakit. Masa harus kena marah sama lo sih?" ucap Steffi melas. Regina pun mengangguk dengan wajah yang sama seperti wanita di sampingnya.

"Gue sama Steffi minta maaf ya, Bri. Kita bukannya gak mau ngasih tau lo. Kita cuman gak mau ganggu waktu lo sama Hani. Gue gak mau ngebebanin lo sama masalah kita berdua" tutur Regina dengan pelan di akhir kalimatnya.

"Iya, Bri. Kita minta maaf. Lagian sekarang si Vito kan udah kena vonis. Dan bokapnya yang mau laporin gue balik kemarin juga kan lagi kena kasus korupsi dan sekarang kan udah masuk tahap peradilan. Ini juga berkat lakinya si Rere yang udah bantuin kasus ini biar cepat selesai" sahut Steffi memelas.

"Maksud lo Nickholas Wardhana itu yang udah bantuin kasus ini?" tanya Brian yang langsung di angguki oleh Steffi.

Brian menghela nafasnya panjang. "Untungnya ada Nickholas. Kalau gak ada Nickholas gimana kalian, hah?" Brian mengalihkan tatapannya kepada wanita berdress maroon di depannya. "Regina, lo harus ngucapin makasih yang tulus buat Nickholas. Dia udah bantuin kalian nyelesain kasus ini."

"Iya, gue tau kok. Nanti juga gue mau bilang makasih sama dia karena dari awal udah bantuin kasus ini" sahut Regina.

"Gue bersyukur banget lo ketemu orang modelan Nickholas. Udahlah, lo sama dia aja. Dia punya apapun yang bisa lindungin lo. Cinta? Gampang. Entar juga datang sendirinya. Selagi cowok yang punya rasa cinta yang berlebih buat lo, lo aman. Dia pasti bakal ngelakuin apapun buat orang yang dia cinta" ucap Brian yang mulai sudah agak tenang.

CRAZY LOVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang