Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...----------------------------
Tidak ada angin tidak ada hujan, Regina tiba-tiba saja di kejutkan dengan sebuah kabar dari papanya yang mengatakan jika sang mama tengah jatuh sakit dan kini mendapatkan perawatan di rumah sakit. Regina yang mendengar kabar tersebut tentu saja di buat speechless. Seorang Sofia yang bekerja tidak kenal waktu, bahkan tidak pernah sakit itu kini malah terbaring di rumah sakit? Rasanya baru dua hari kemarin dia bertemu dengan mamanya yang super duper sehat, kini dia malah mendengar berita tumbangnya si nyonya, sungguh mengejutkan memang. Regina yakin, jika Valen mendengar berita ini, pasti adiknya akan sangat-sangat terkejut.
"Aku hari ini gak pergi ke kantor. Urusan kantor, biar Riko yang handle. Kita hari ini jenguk mama aja di rumah sakit."
Suara dari sampingnya membuat Regina yang baru saja keluar dari walk in closed sontak menoleh kepada sosok suaminya yang sudah terlihat rapi. "Gak papa emang?"
"Gak papa. Lagi pula, siapa yang akan marah kalau aku gak pergi ke kantor, hm? Kamu lupa? Suami kamu ini yang punya kantor, sayang" ucap Nickholas sambil memberikan kecupan di kening istrinya.
"Sombong" cibir Regina.
"Bukan sombong, sayang. Itu namanya fakta" sanggah Nickholas.
"Terserah kamu deh. Udah siap kan? Berangkat sekarang aja ya ke rumah sakitnya?" sahut Regina yang kemudian di angguki oleh sang suami.
Nickholas langsung merangkul pinggang sang istri dan keduanya berjalan secara bersamaan.
*****
Di sepanjang lorong rumah sakit, Regina terus merapalkan doa di dalam hatinya agar pertemuannya dengan sang mama kali ini tidak akan berakhir dengan perdebatan seperti biasa. Dia cukup tau diri untuk tidak membuat keributan, apalagi posisi mereka sekarang berada di rumah sakit. Di tambah, di sampingnya saat ini ada sosok suaminya. Dia hanya tidak ingin suaminya mendengar dan menonton perdebatan dia dan juga mamanya.
"Ruangan 7F kan, sayang?" tanya Nickholas yang kini menghentikan langkahnya seraya menatap ruangan yang ada di hadapannya.
"Iya 7F" jawab Regina mengiyakan.
Nickholas mengangguk. Dia pun menggenggam tangan milik istrinya dan kemudian membuka pintu ruangan di hadapannya.
Saat pintu ruangan terbuka, Regina dan juga Nickholas bisa melihat sosok papa dan mertuanya yang tengah duduk di samping brankar yang di tempat oleh wanita paruh baya yang tak lain dan bukan adalah mama dan ibu mertua mereka, Sofia.
Hans, yang melihat kedatangan anak serta menantunya langsung bangkit dari duduknya dan tersenyum menyambut kedatangan keduanya. Hans memeluk singkat anak perempuannya dan kemudian bergantian memeluk menantunya.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Hans berbasa-basi.
"Kami baik, pa" jawab Nickholas sopan.
"Bagaimana keadaan cucu papa, sehat kan?" tanya Hans kembali.
"Puji Tuhan, sehat, pa" jawab Nickholas dengan senyum kecil di wajahnya.
Tatapan Regina sebenarnya sejak masuk tadi sudah terfokus kepada sosok mamanya. Dia bisa melihat sosok mamanya yang biasanya terlihat begitu segar, kini terlihat begitu pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE || END
ChickLitAkibat dare yang Regina lakukan dua tahun lalu di salah satu club terkenal di Jakarta, perempuan dua puluh lima tahun itu harus mempertanggung jawabkan tindakannya dulu pada seorang laki-laki yang merupakan pimpinan dan pemilik dari agensi model yan...