Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...------------------------------
Suara jepretan kamera dan suara nyaring sang photographer yang melakukan komando untuk berganti gaya kepada sang model terdengar di sudut studio yang sekarang menjadi ramai karena kegiatan oleh orang-orang yang ahli di bidang mereka.
"Oke, nice. Ganti gaya. Satu tangan di dagu dan kepala di naikkan sedikit ke atas" bidikan kamera oleh sang photographer terus tertuju kepada sang model. "Nice, Regina. Oke, cukup."
Regina menghela nafasnya lega karena bidikan kamera dan kilatan blitz berhenti mengarah kepadanya.
"Bekerja bersama kamu tidak akan ada kata yang mengecewakan, so perfect, Regina" puji sang photographer.
"Thanks, Ko. Koko juga hebat. Si photographer handal kan julukannya" sahut Regina tersenyum.
"Dan kamu si model mega bintang kan julukannya?" kekeh sang photographer.
Regina tertawa. "Btw, thanks ya, Ko. Kerja bareng sama koko emang the best. Sat set pokoknya."
"Kalau modelnya kamu ya sat set. Kalau yang lain mah perlu waktu" balas Felix, sang photographer yang di sebut koko oleh Regina. Sebenarnya sebutan koko juga ada alasannya, karena lelaki itu merupakan keturunan Tionghoa, jadi semua kru termasuk Regina memanggilnya dengan sebutan itu.
"Semoga kita bisa kerja bareng lagi ya, Ko. Kalau gitu aku ganti baju dulu" sebelum pergi, Regina berpelukan singkat sejenak, selepasnya baru Regina pergi di ikuti dengan Rara yang membantunya mengangkat gaun yang di gunakannya.
Sampai di ruang ganti, Regina melepas semua atribut yang berada di tubuhnya dan menghapus semua make up yang ada di wajahnya.
"Habis ini gue ada jadwal apalagi, Ra?" tanya Regina sambil menatap ke arah cermin di hadapannya yang mana ada sang manager yang duduk tepat di belakangnya.
"Kosong sih, mba. Paling besok pagi mba ada wawancara sama salah satu majalah mode. Wawancara nya di kantor WSM kok" jawab Rara dengan tatapan yang lurus. "Oh iya, mba. Tadi waktu mba lagi kerja pak Nickholas ada telpon saya, katanya setelah ini mba harus ke kantor, soalnya ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakan."
Regina sempat mengerut sejenak. Namun, setelahnya dia mengangguk. "Yaudah, entar habis ini langsung ke kantor aja. Hubungin aja supirnya suruh tunggu di depan, bentar lagi gue selesai."
"Oke, siap" setelahnya Rara langsung mengerjakan apa yang di suruh oleh sang bos.
*****
Sapaan hangat selalu Regina dapatkan ketika dirinya melangkah di sepanjang kantor WSM. Hal-hal seperti ini sebenarnya sudah biasa Regina dapatkan. Tapi, entah mengapa sapaan dari orang-orang kantor kepadanya menjadi begitu berbeda, ada kesan segan yang mereka tampilkan ketika menyapa dirinya.
"Semenjak press conference mba Regina dan pak Nick kemarin, orang kantor pada heboh waktu tau kalau mba Regina itu tunangannya dan calon istrinya pak Nick. Mereka pikir selama ini pak Nick jomblo, eh gak taunya udah berpawang. Mana pawangnya spek mba Regina lagi, gimana gak mundur cewek-cewek yang naksir beliau" bisik Rara pelan.
Ah, Regina akhirnya mengerti dan paham, ternyata karena hal itu. Pantas saja orang-orang kantor yang biasanya terlihat santai ketika menyapanya berubah menjadi segan.
"Mba Regina, kita pisah dulu ya. Saya mau koordinasi sama tim yang lain buat bahas wawancara besok" ucap Rara berpamitan yang kemudian diiyakan oleh Regina.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE || END
ChickLitAkibat dare yang Regina lakukan dua tahun lalu di salah satu club terkenal di Jakarta, perempuan dua puluh lima tahun itu harus mempertanggung jawabkan tindakannya dulu pada seorang laki-laki yang merupakan pimpinan dan pemilik dari agensi model yan...