Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...-----------------------------
Dua hari harus beristirahat di rumah sakit benar-benar membuat Regina jenuh bukan main, yang dia lakukan hanya tidur, makan, tidur, makan dan seterusnya akan seperti itu. Apalagi kehadiran Nickholas yang setiap hari selalu bertandang ke ruang rawat inapnya dan menginap di sana untuk menjaganya benar-benar membuat Regina kesal. Bagaimana tidak kesal, lelaki itu selalu saja menasehatinya ketika dia turun dari ranjang pasiennya. Bahkan, ketika dia ingin pergi ke toilet, lelaki itu melarang dirinya untuk menutup pintu toilet, katanya dia takut kalau dirinya kenapa-kenapa di dalam sana. Lebay sekali, bukan? Untungnya, di hari ketiga ini Regina di perbolehkan pulang. Meski begitu, Regina setiap minggunya harus melakukan kontrol terkait cederanya itu di rumah sakit ini. Bagi Regina tak masalah, asalkan dia bisa cepat keluar dari rumah sakit.
Walau Regina merasa senang bisa keluar dari rumah sakit dengan cepat, di satu sisi dia merasa begitu sedih, sebab sahabatnya masih harus menjalani perawatan di rumah sakit ini. Oleh karena itu, setelah dia di perbolehkan pulang, dia berinisiatif untuk mendatangi ruang rawat Steffi, tentu dengan beberapa lelaki berbadan besar yang mengikutinya di belakang. Nickholas? lelaki itu saat ini sedang ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan, makanya saat ini Regina di titipkan dengan beberapa orang suruhan lelaki tersebut.
"Komisi Pemberantasan Korupsi berhasil menangkap Agung Bagaskara atas kasus tindak pidana korupsi proyek fiktif sebesar dua ratus lima puluh milyar rupiah. Agung Bagaskara di tangkap di kediamannya tepat pada pukul 05:00 wib pagi tadi dan saat ini berada di rutan KPK untuk di mintai keterangan lebih lanjut---"
Regina benar-benar menghentikan langkahnya ketika telinganya tak sengaja mendengar siaran berita yang saat ini sedang menyiarkan sosok yang sudah membuat sahabatnya resah. Regina menatap begitu serius tayangan berita yang menampilkan sosok Agung Bagaskara yang berjalan dengan tangan yang di borgol dengan beberapa orang yang berjaga di sisi kanan dan juga kirinya. Tak lupa, rompi tahanan berwarna orange yang melekat di tubuh lelaki paruh baya tersebut. Otak Regina saat ini benar-benar blank mencerna apa yang di lihat dan di dengarnya barusan.
"Bu, ibu tidak apa-apa?"
Ucapan dari salah seorang pesuruh Nickholas membuat Regina tersadar dan dengan tergesa berjalan ke ruang rawat sahabatnya.
Sampai di ruang rawat sang sahabat, Regina bisa melihat jika saat ini Steffi dengan wajah seriusnya tengah berbicara dengan seseorang di teleponnya. Regina memilih diam sambil berjalan mendekat ke arah di mana Steffi berada.
"Baik, pak Bambang. Terima kasih atas informasinya" ucap Steffi pada orang di seberang sana.
Setelah panggilannya terputus, Steffi memandang Regina dengan tatapan yang terlihat syok. "Lo tau? Tuntutan yang dilayangkan oleh orang tuanya Vito ke gue di batalin gitu aja tanpa alasan yang jelas, Re. Untuk kasus kekerasan yang Vito lakuin ke gue dan juga ke lo, saat ini sudah masuk ke tahap peradilan di persidangan. Gue gak nyangka bakal sat set kaya gini. Tapi, yang paling bikin gue syok adalah, bokapnya Vito kena kasus tindak pidana korupsi atas proyek fiktif sebesar dua ratus lima puluh milyar rupiah, gila gak? Syok banget gue!"
Regina mencerna semua yang di katakan oleh Steffi kepadanya. Tunggu--- apa ini ada hubungannya dengan Nickholas? Jika iya, tidak salah berarti dirinya memilih Nickholas untuk menggantungkan hidupnya. Nickholas benar-benar membalas si bajingan Vito dengan lebih sadis dari apa yang telah lelaki itu lakukan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE || END
ChickLitAkibat dare yang Regina lakukan dua tahun lalu di salah satu club terkenal di Jakarta, perempuan dua puluh lima tahun itu harus mempertanggung jawabkan tindakannya dulu pada seorang laki-laki yang merupakan pimpinan dan pemilik dari agensi model yan...