BAGIAN 9 🔥

13.5K 480 46
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------

Regina hampir saja memaki orang yang telah berani mencium keningnya ketika dia baru saja keluar dari apartment nya. Namun, saat melihat orang yang telah berani menciumnya, Regina sontak mengurungkan niatnya. Regina hanya bisa mendengus kasar ketika melihat lelaki gila yang terus saja membuat jantungnya hampir meloncat karena setiap tindakan yang di lakukan oleh lelaki itu.

"Bapak ngapain ada di depan pintu apartment saya pagi-pagi kaya begini? Bapak gak ada kesibukan, makanya nyari kesibukan sendiri?" delik Regina kesal.

"Anna, berhenti memanggil saya dengan sebutan bapak. Saya bukan orang tua kamu dan saya cuma beda beberapa tahun dengan kamu. Jadi, tolong berhenti memanggil saya dengan sebutan itu dan ubah panggilan kamu kepada saya" titah Nickholas kepada perempuan di hadapannya dengan pandangan yang hangat.

Iya, lelaki gila yang di maksud oleh Regina tadi adalah Nickholas Wardhana.

"Terus saya harus panggil kakak gitu?" jengah Regina.

"Saya bukan kakak kamu, Anna" tegur Nickholas dengan tatapan elangnya.

"Terus saya harus manggil apa? Tuan, kakanda, mas, gitu? Repot banget masalah panggilan doang" sewot Regina.

"Nick, panggil saya dengan sebutan Nick" perintah Nickholas.

"Okay, Nick. Bisa tolong minggir dari hadapan gue sekarang? Lo ngehalangin jalan gue" ucap Regina dengan tersenyum manis dan tangan bersedekap di dada. Regina tidak peduli jika laki-laki di hadapannya saat ini adalah pemilik agency nya dan anak dari orang berpengaruh di Indonesia. Baginya, Nickholas Wardhana benar-benar seorang pengganggu di dalam hidupnya.

"Lo-gue?" Nickholas terkekeh. Namun, beberapa saat tatapannya berubah menjadi tajam ke arah Regina. Dia pun melangkahkan kakinya maju mendekati tubuh perempuan di hadapannya. Nickholas tersenyum kecil ketika wanitanya memundurkan langkahnya dan terpojok ke pintu apartment nya sendiri. Tangan milik Nickholas pun dengan sigap dan berani memeluk pinggang ramping Regina. "Dengar, Anna. Jangan sekali pun saya dengar kamu mengucapkan kata itu di hadapan saya. Jika sekali lagi saya mendengar kata itu keluar dari mulut kamu, detik itu juga kamu akan berada di bawah saya dan menjeritkan dengan keras nama saya dari mulut kamu" bisik Nickholas.

Regina menahan nafasnya ketika mendengar ucapan tersebut. Tubuhnya benar-benar terasa kaku ketika tangan besar lelaki itu yang berada di pinggangnya meremas pelan pinggangnya di sana. Sialan.

Nickholas terkekeh ketika melihat wajah tegang milik Regina. "Calm down, Anna. Saya tidak akan menyakiti kamu, trust me."

"Bisa tolong menjauh sedikit? Ini terlalu dekat" ucap Regina pelan. Jujur, dia sedikit takut. Catat, hanya sedikit.

Nickholas menurut. Dia menjauhkan tubuhnya sedikit dari Regina. "Bisa kah kita mulai sekarang berbicara santai, Anna? Bukan kah aneh jika pasangan yang telah memiliki hubungan seperti kita ini memanggil pasangannya dengan kata saya?"

"Pasangan?" Mata Regina melotot.

Nickholas mengangguk. "Bukankah aku kemarin sudah mengatakan dengan sangat jelas di hadapan kedua orang tua ku jika kamu adalah calon istri ku? Itu artinya, kamu benar-benar telah menjadi pasanganku, Anna. Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku sendiri."

CRAZY LOVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang