BAGIAN 30

6.7K 423 19
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-----------------------------

Tidak ada yang lebih membuat Nickholas bahagia selain Anna nya. Dan, kali ini kebahagiannya bertambah dua kali lipat ketika tau bahwa wanita yang di cintainya mengandung buah hati mereka.

Letupan kebahagiaan begitu terlihat di wajah Nickholas saat ini. Senyum di wajahnya tidak pernah pudar sedikit pun. Bahkan, tangan besarnya terus saja mengusap permukaan perut milik Regina yang masih rata sejak satu jam lalu.

"Nick, kamu gak pegel apa dari tadi ngusap perut aku mulu? Aku yang lihatin kamu aja dari tadi cape banget loh" ucap Regina yang mulai jengah tingkah lelaki di sampingnya. Asal kalian tau, saat Nickholas baru pulang dari Kalimantan dan tiba di apartmentnya, lelaki itu langsung mencium kening serta perut miliknya, tak lupa dia memeluk tubuhnya. Iya, Nickholas benar-benar melakukan janjinya. Bahkan, tubuhnya yang di peluk itu sampai di bawa berputar oleh lelaki tersebut. Gila memang yang namanya Nickholas ini.

"Aku lagi bahagia, sayang. Rasanya masih gak nyangka kalau di dalam perut kamu sekarang ada anak kita" balas Nickholas senang.

"Emang kamu udah siap jadi ayah?" tanya Regina iseng.

Nickholas mengangguk yakin. "Siap. Aku selalu siap, asalkan kamu yang jadi ibu dari anak-anak aku."

"Ucap seorang buaya darat" ejek Regina.

"Aku serius, sayang. Asalkan orangnya kamu, aku akan selalu siap" ucap Nickholas dengan wajah serius.

Regina menatap wajah Nickholas dengan seksama dan menatap manik mata lelaki di sampingnya, sepertinya Nickholas berkata jujur. Asal kalian tau, Regina bisa melihat perkataan jujur atau perkataan bohong dari lawan bicaranya dengan cara menatap wajah dan juga manik matanya. Dan, ketika dia melihat wajah serta manik mata milik Nickholas, Regina yakin jika ucapan lelaki itu kepadanya jujur.

"Kamu sudah periksa ke dokter, sayang?" tanya Nickholas.

Regina mengangguk. "Udah. Setelah kabarin kamu, aku sama Steffi pergi ke rumah sakit. Mau lihat hasil usg nya gak?"

Nickholas mengangguk antusias. "Mana? Aku mau lihat."

Regina langsung bangkit dari duduknya dan mengambil hasil pemeriksaan dan usg dari rumah sakit di kamar miliknya.

Tak berapa lama, Regina kembali dan menyerahkan hasil pemeriksaan dan hasil usg kepada Nickholas.

Tatapan mata Nickholas begitu berbinar ketika menatap hasil usg anak mereka.

"Yang ada lingkaran kecil itu calon anak kita. Masih kecil banget" beritahu Regina sambil menunjuk ke arah lingkaran kecil di lembaran usg miliknya yang berada di tangan Nickholas.

"Kecil sekali" gumam Nickholas sambil mengusap lingkaran kecil tersebut dengan jari tangannya.

"Sekarang emang kecil. Tapi, nanti makin lama janinnya makin berkembang menjadi besar" jelas Regina.

"Anak kita berkembang dengan baik kan, sayang?" tanya Nickholas.

Regina mengangguk. "Kata dokter, janinnya berkembang dengan baik di dalam perut aku. Menurut perkiraan dokter sih, usia janinnya baru empat minggu."

Nickholas menghela nafasnya lega. "Syukurlah kalau begitu. Kalau kamu gimana? Ada yang sakit, pusing, atau mual gitu gak?"

"Pusing sama mual doang kok. Aku juga udah konsultasi sama dokternya. Katanya pusing sama mual pada ibu hamil itu hal yang wajar dan normal, itu karena meningkatnya kadar hormon aku. Seiring berjalannya waktu nanti juga bakal hilang sendirinya kok. Jadi, gak perlu khawatir" jelas Regina.

"Tetap aja aku khawatir sama kamu" ucap Nickholas.

"Dari pada kamu khawatirin aku, mending kamu khawatirin gimana respon kedua orang tua kita dengar kalau anak-anaknya yang mau nikah ini udah deposit duluan" jerit Regina tertahan. Regina sebetulnya tak akan ambil pusing dengan respon kedua orang tuanya nanti. Selagi kedua orang itu mendapatkan menantu yang punya privilege yang luar biasa, tentu hal itu tidak menjadi masalah. Yang Regina pikirkan adalah respon kedua orang tuanya Nickholas. Sial, pemikiran buruk seketika bersarang di otaknya.

"Gak perlu merasa khawatir berlebih, aku yang akan bicara dengan kedua orang tua kita. Kamu gak perlu takut. Selagi ada aku, aku jamin semuanya aman" ucap Nickholas menenangkan wanita di sampingnya.

"Sebenarnya yang aku khawatirin bukan cuma itu, Nick" cicit Regina pelan.

"Apa? Ngomong sama aku" ucap Nickholas sambil menggenggam tangan sang wanita.

"Kalau sampai orang-orang di luaran sana tau kalau aku hamil duluan, pasti mereka bakalan rame dan heboh banget. Kalau di luar negeri ini hal yang biasa bagi masyarakat di sana, tapi kalau di Indonesia ini hal yang tabu, Nick. Jahatnya ketikan-ketikan netizen di media sosial itu mengerikan. Aku gak masalah kalau aku sendiri yang di serang. Yang aku takutin, mereka nyerang aku sambil bawa-bawa anak yang ada di kandungan aku. Jejak digital itu pasti akan sulit hilang, Nick. Aku gak pengen kalau anak kita nantinya tau perbuatan orang tuanya. Bahkan, yang paling parah suatu saat nanti dia di olok-olok orang lain. Aku gak pengen itu kejadian, Nick" ungkap Regina dengan helaan nafas kasarnya.

"Kamu tenang, sayang. Serahin semuanya sama aku. Aku jamin, orang-orang gak akan tau masalah ini. Aku gak akan biarin kamu, atau pun anak kita sampai di jadikan sebagai konsumsi publik, aku gak akan biarin hal itu terjadi sama kamu dan juga anak kita. Dan, untuk rumah sakit serta dokter yang menangani kamu, serahkan semuanya ke aku. Aku jamin mereka akan merahasiakan semua ini dan aku jamin mereka gak akan berani mengeluarkan sepatah kata pun mengenai kehamilan kamu" ucap Nickholas dengan wajah serius.

"Aku serahin semuanya sama kamu dan aku percaya kalau kamu bisa beresin semua ini. Makasih ya, Nick" balas Regina dengan tatapan mata yang lekat kepada lelaki di sampingnya.

"Gak perlu berterima kasih. Apapun akan aku lakukan demi kamu dan juga anak kita" setelah mengatakan itu, Nickholas langsung membawa tubuh Regina ke dalam dekapannya.

Baru beberapa detik, Regina sudah mendorong tubuh Nickholas ke belakang. Regina menjauhkan dirinya dari lelaki itu seraya menutup mulutnya.

"Sayang...!" protes Nickholas tak terima.

"Aku tiba-tiba mau mual cium aroma kamu, Nick" ucap Regina sambil menahan rasa mualnya.

"Jangan kemana-mana. Di situ aja" cegah Regina pada Nickholas yang ingin menghampirinya.

Nickholas mendudukkan tubuhnya kembali sambil menghembuskan nafasnya kasar. Apa setiap ibu hamil akan bereaksi seperti ini? Nickholas mengusap rambutnya dengan kasar.

Regina yang melihat Nickholas hanya menatap lelaki itu iba. Ini bukan kemauannya. Padahal sebelumnya ketika lelaki itu datang, dia biasa-biasa saja tidak bereaksi seperti sekarang. Tapi, kenapa saat lelaki itu kembali memeluk dirinya, dia malah merasakan mual seakan ingin muntah?

Poor, Nickholas.

-bersambung-

-bersambung-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CRAZY LOVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang