Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------
Suara musik dj yang memekakkan telinga tidak sama sekali membuat Regina terusik. Dia justru menikmati setiap irama musik dj yang sedang terputar dengan keras sambil sesekali menggoyangkan tubuhnya.
"Sumpah! Akhirnya gue bisa bebas juga dari tugas kantor yang seabrek dan bikin mumet itu" seru Brian, salah satu sahabat Regina dan Steffi yang ikut bergaul bersama di club.
"Alah, Bri. Gue nyuruh lo buat jadi manager gue malah lo nolak jadi budak corporate" cibir Regina
"Gue gak tertarik sama dunia permodelan lo, Re. Mending gue mempergunakan ilmu semasa gue kuliah buat mengabdi pada perusahaan" sahut Brian sambil meneguk alkohol miliknya.
"Brian... Brian... Emang gue gak tau apa akal bulus lo milih kerja di perusahaan di banding kerja jadi manager gue? Lo kan ngejar pujaan hati lo. Hani kan namanya? Gagal dapat di bangku perkuliahan, malah di kejar sampai ke tempat kerjanya" ejek Regina.
"Itu namanya perjuangan cinta. Sampai keujung dunia pun, kalau udah cinta ya pasti bakal di kejar sampai dapat. Jangan sampai jadi penyesalan seumur hidup" sanggah Brian.
"Kalau kata Satria, this is cogil" ejek Steffi yang membuat Regina menyemburkan tawanya.
"Gue doain lo berdua, semoga ada cowok yang ngejar-ngejar kalian kaya orang gila, terus orangnya posesif dan bikin lo frustasi" ucap Brian menyumpahi kedua sahabat perempuannya.
"Anjing lo, Bri. Amit-amit, setan!" sahut Regina sambil mengetuk-ngetukkan tangannya ke kepala dan ke meja di hadapannya.
"Sialan emang lo, Bri! Gue udah berpawang ya" maki Steffi sambil memukul punggung belakang lelaki di sampingnya.
"Buset, Steff! Sakit, anjing!" Pekik Brian.
"Mampus lo! Bagus, Steff" ucap Regina memberikan jempolnya.
"Dasar cewek ular lo berdua" maki Brian kesal.
Regina dan Steffi tertawa bersama, menghiraukan wajah kesal Brian di kiri dan kanan mereka. Jadi, posisinya Brian ada di tengah-tengah antara Regina dan juga Steffi.
"Syut. Arah jam sembilan, Re" kode Steffi.
Regina menolehkan kepalanya sesuai arahan dari Steffi. Matanya menatap seorang lelaki dewasa yang duduk menyendiri di meja bartender.
"Temenin gih sana, Re. Kayanya ini laki-laki berduit deh" tebak Steffi sambil mendorong tubuh Regina.
"Gila lo, Steff! Ogah. Lo aja sana. Takut banget itu suami orang. Gak mau gue. Lo lihat aja mukanya kaya orang yang udah beristri gitu. Ganteng sih. Tapi, kalau suami orang gue ogah" tolak Regina.
"Alah! Sekarang kan musim pelakor, Re. Ikutan trendnya deh lo" sahut Brian enteng.
"Brian, anjing! Iblis semata lo emang" maki Regina.
"Gini aja, kita main truth or dare, gimana?" usul Steffi iseng. "Nanti kita putar botol kosong bekas nih minuman, terus di saat putaran botolnya terhenti berputar dan ujung botolnya menunjuk ke salah satu dari kita, yang terpilih bisa bebas pilih truth or dare. Setuju gak?"
"Ngapain main kaya ginian segala sih, Steff?" sanggah Brian tak setuju.
"Kenapa? Lo takut, Bri?" ejek Regina.
"Heh, iblis betina! Gue bukannya takut ya, masa main truth or dare di club? Kurang kerjaan banget, anjir" tutur Brian aneh.
"Main truth or dare di club lebih menantang, Bri. Gimana? Mau gak?" sahut Steffi menatap kedua sahabatnya secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE || END
ChickLitAkibat dare yang Regina lakukan dua tahun lalu di salah satu club terkenal di Jakarta, perempuan dua puluh lima tahun itu harus mempertanggung jawabkan tindakannya dulu pada seorang laki-laki yang merupakan pimpinan dan pemilik dari agensi model yan...