Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------
Regina hanya bisa menebalkan pendengarannya ketika mendengar rentetan demi rentetan yang keluar dari mulut mamanya yang tidak ada angin tidak ada hujan mengunjungi apartment miliknya.
"Pola makan kamu itu di jaga menjelang pernikahan. Pernikahan kalian kan tinggal satu minggu lagi. Makan yang sehat-sehat, olahraga yang teratur. Pekerjaan kamu sementara waktu di off dulu, atau kalau bisa kamu berhenti aja untuk selamanya dari dunia permodelan kamu. Lagi pula, tanpa kamu bekerja pun, Nickholas mampu membiayai dan menghidupi kebutuhan kamu" ucap Sofia tanpa tau raut wajah Regina yang mulai berubah.
"Model itu impian aku, ma. Dan aku gak akan mungkin ngelepasin mimpi yang udah aku raih dengan susah payah gitu aja. Nickholas bahkan gak pernah melarang aku untuk melanjutkan karir ku setelah menikah" sahut Regina dengan wajah yang sedikit memerah karena menahan amarah.
"Kamu dan juga Valen benar-benar sulit untuk di beritahu" decak Sofia.
"Bukan kami yang sulit di beritahu, ma. Tapi, mama dan juga papa yang terus menerus menekan kami supaya kami menjadi seperti yang kalian mau. Kami ini anak-anak mama, bukan bahan untuk investasi kalian. Seperti mama dan papa yang punya impian, aku dan Valen pun sama. Kami juga punya impian, ma. Jadi, wajar jika memberontak ketika kami ingin mengejar impian kami sendiri" ucap Regina dengan nada yang mulai menaik, pertanda dia mulai terpancing amarahnya.
"Selama kamu hidup sendiri di apartment ini, kamu sepertinya hidup semakin bebas. Lihat saja, kamu berani menyahuti perkataan mama" balas Sofia dengan wajah kesal.
Regina mencoba menarik nafasnya guna meredamkan amarahnya yang tersulut. "Mama tau alasan kenapa aku memilih untuk tinggal di apartment di banding hidup bersama kalian di rumah mewah itu?"
"Karena kamu ingin hidup bebas, bukan?" sahut Sofia tanpa rasa bersalah.
Regina menggeleng seraya tersenyum miris. "Aku memilih tinggal di apartment di banding hidup bersama kalian karena sikap kalian yang udah buat aku muak. AKU MUAK TAU GAK DENGAN SIKAP KALIAN YANG TERUS MENERUS MENEKAN AKU UNTUK INI DAN ITU."
Sofia terkejut, dia begitu terkejut ketika mendengar teriakan sang anak. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar teriakan anak perempuannya.
"Coba aku tanya. Apa mama dan papa pernah nanya apa kesukaan aku dan juga Valen? Apa impian kami? Apa makanan kesukaan kami? Apa yang tidak kami suka? Pernah mama dan papa menanyakan itu kepada kami?" Tanya Regina dengan tatapan intens kepada mamanya yang kini malah terdiam. "Enggak pernah kan? Yang ingin kalian dengar dari kami hanya kata iya untuk semua kemauan kalian tanpa kalian tau apa kami mau menjalani itu atau enggak" sambungnya dengan wajah yang keras.
"Selama ini aku dan juga Valen gak pernah sekalipun menuntut kasih sayang dan juga waktu kalian, gak pernah sekali pun. Di saat orang tua lain memberikan kasih sayang, perhatian dan waktunya untuk anak-anak mereka, apa mama dan papa pernah melakukan itu? Enggak kan? Yang kalian ingat cuma kerja, kerja dan kerja. Bahkan, di hari libur yang harusnya kita sebagai keluarga menghabiskan waktu bersama, apa yang mama dan papa lakukan? Kalian malah mengurusi pekerjaan kan? Apa respon aku dan Valen? Kami mencoba mengerti kalian. Tapi, kalian gak pernah sekalipun mencoba mengerti kami."
"Valen--- dia bahkan lebih memilih meninggalkan hidup mewah dan nyamannya bersama kalian karena dia sudah merasa muak dengan tekanan yang kalian berikan. Aku, ma--- aku yang jadi saksi gimana kecewanya Valen saat dia harus mengundurkan dirinya sendiri dari klub basketnya di sekolah karena paksaan kalian. Kalian gak pernah tau seberapa cintanya Valen terhadap basket. Yang kalian tau, hanya keinginan kalian. Aku sebagai kakaknya benar-benar merasa sakit dan hancur melihat adik ku sendiri juga mengalami apa yang aku rasakan. Mama, papa--- kalian orang tua yang paling egois yang pernah ada. Dan aku berjanji dengan diriku sendiri kalau aku gak akan pernah mau menjadi orang tua seperti kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE || END
ЧиклитAkibat dare yang Regina lakukan dua tahun lalu di salah satu club terkenal di Jakarta, perempuan dua puluh lima tahun itu harus mempertanggung jawabkan tindakannya dulu pada seorang laki-laki yang merupakan pimpinan dan pemilik dari agensi model yan...