3. Langkah Yang Baru

1.7K 98 16
                                    

Langkah Yang Baru —untuk itu aku lepas semua ikatan yang pernah terjalin di masalalu.

• • •

Jordan mengerjapkan matanya beberapa kali saat sinar matahari mulai mengusik tidurnya. Pemuda itu terperanjat pelan saat sadar jika dirinya sudah di kerubuni oleh beberapa orang.

Perasannya di rundung cemas seketika, namun, langsung lega saat masih mendapati Lava yang meringkuk di pangkuannya.

"Ya ampun, Dek, saya kira mayat," ucap seorang bapak-bapak seraya berjongkok di hadapan Jordan.

Jordan meringis tak enak, merasa agak canggung di tatap intens oleh orang-orang ini. Tangannya semakin merengkuh tubuh mungil Lava untuk semakin masuk ke dalam pelukannya.

"Maaf, Pak, saya ketiduran di sini," ujar Jordan sembari menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal. Jordan menoleh kearah plang yang masih tergantung di pintu, "Bapak ada yang kenal pemilik rumah ini?"

"Kamu mau ngontrak di sini, Dek?" tanya seorang pria yang masih dalam posisi berdiri.

Entah mengapa mereka semua betah mengerumuni Jordan yang masih terduduk dalam posisinya. Mendengar hal itu Jordan hanya mengangguk singkat.

"Saya boleh minta tolong buat hubungin pemiliknya, Pak?"

Pria itu mengangguk tanda menyetujui, dirinya langsung sibuk dengan ponselnya dan berjalan sedikit menjauh.

Jordan berusaha tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang ini. Dirinya sebisa mungkin mengubah posisi Lava untuk menghadap dadanya tanpa membuat anak ini terbangun.

"Anaknya, Dek?"

Pemuda itu tersenyum tipis, "Iya, Pak, nama saya Jordan."

Pria itu mengangguk mengerti, "Saya Wahid, rumah saya yang di sebrang sana. Ngomong-ngomong, kenapa bisa tidur di sini? Mana bawa tas besar, kasian anaknya, Dek."

Jordan terdiam membisu, tangan pemuda itu mengelus surai lepek Lava dengan lembut. Membiarkan rasa bersalah menggerogoti hatinya.

"Ibunya kemana?"

Pertanyaan itu sontak membuat Jordan mendongak, pemuda itu masih membisu. Tak tau harus mengatakan apa kepada orang-orang ini.

Kebetulan ibunya sudah meninggal di bunuh, Pak, dan saya baru bebas dari penjara atas tuduhan pembunuhan itu, lalu anak saya di paksa untuk ikut saya. Begitu? Jordan yakin mereka semua pasti mengusirnya saat ini juga jika sampai kalimat bodoh itu keluar dari mulutnya.

"Sudah meninggal." Jordan kembali mengelus rambut Lava, mengabaikan tatapan prihatin yang mulai mereka layangkan kepadanya.

Deheman pelan membuat atensi mereka beralih. Pria yang Jordan minta untuk menghubungi pemilik kontrakan tadi tersenyum tipis, "Pak Hasan baru bisa dateng agak siangan, ini baru jam delapan. Mungkin lebih baik kamu bersih-bersih dulu. Bisa di rumah saya atau---"

"Rumah saya aja, Pak, mumpung deket," tawar Pak Wahid sembari membantu mengangkat dua tas milik Jordan. Pria itu memberi isyarat agar Jordan mengikuti ucapannya, "jangan malu-malu, Dek, sebagai tetangga udah semestinya kita saling membantu."

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang