10. Hadiah Kecil

1.2K 76 3
                                    

Jordan tidak di terima di tempat ini.

Sedari pertama ia menginjakkan kaki ke dalam restoran, tatapan sinis dan tidak suka sudah di layangkan padanya dari pekerja lain.

Jordan tidak merasa takut, hanya saja rasanya menyakitkan saat di tolak dengan orang-orang yang bahkan memiliki kedudukan yang sama sepertinya.

"Gue nggak ngerti kenapa bos mau nerima orang yang bahkan nggak lulus SMA," ucap seorang pria sambil menyusun piring yang telah ia cuci bersih.

Pemuda lainnya terkekeh, usianya mungkin bisa jadi lebih muda dari Jordan, "Kita masuk ke sini susah payah, dia cuma modal tampang doang langsung di terima. Tampang kaya kriminal baru lepas dari bui aja bangga."

"Kekuatan orang dalem nggak main-main."

Restoran ini cukup besar dengan pelayannya di dominasi laki-laki, hanya ada beberapa gadis yang menjadi pelayan dan kasir.

"Lo---"

Jordan meletakan nampan kosong dengan kasar di atas meja. Memandang datar orang-orang yang tengah membicarakannya. Mereka yang di pandang tidak berkutik, hanya mampu bertahan dengan tatapan sinis saja.

"Masalah buat lo kalo gue ke terima karna modal tampang?" tanya Jordan seraya meletakan kedua tangannya di atas meja. Telak memandang sekumpulan orang yang tidak lagi berbicara, "kenapa? Iri? Jelek, sih."

Ayolah, Jordan hanya miskin sekarang, dia hanya kehilangan harta bukan keberaniannya. Sekalipun Jordan bilang bahwa ia sudah kehilangan dirinya sendiri, sifat kasarnya tentu bisa kembali kapan saja. Apalagi hanya untuk melawan orang-orang ini.

"Nggak usah sok sok mau nindas gue, gue bisa aja hancurin mulut busuk lo itu sekarang kalo perlu," ucap Jordan sembari mengarahkan telunjuknya kearah pria yang paling semangat menghinanya tadi.

Jordan menoleh saat bahunya di tepuk pelan, terlihat seorang pria yang merupakan manager  mereka berdiri dengan tampang datar.

"Perhatikan sikap kamu, ini restoran, bukan ajang adu kekuatan," ucap pria yang bernama Panji itu. Dari gesturnya saja sudah memberitahu jika pria ini adalah salah satu orang yang juga tidak menerima kehadirannya.

Saat Pak Brata mengenalkan Jordan kepada Panji tadi, pria itu tampak memasang wajah tak suka. Jelas alasannya karena Pak Brata menerima Jordan hanya untuk membantu Pak Wahid. Namun, Panji sama sekali tidak bisa membantah apa yang pemilik restoran ingin lakukan.

"Maaf." Setelah mengatakan itu, Jordan langsung mengambil nampan baru yang sudah terisi berbagai pesanan, dirinya sangat ingin menjauh dari tempat ini segera.

"Jangan bangga karna di terima karna modal wajah, fisik bisa rusak kapan saja. Perbaiki sikap kamu, keahlian kamu yang kosong itu juga benar-benar harus di latih, karna saya juga punya hak untuk memberhentikan kamu," jelas Panji sambil bersedekap dada, memandang remeh Jordan yang sudah membelakanginya.

Jordan hanya melirik Panji dengan ekor matanya, "Saya akan perbaiki semuanya."

Bisa ia dengar tertawaan mengejek mengudara di belakang sana. Persetan dengan mereka, Jordan tidak perduli dirinya di sukai ataupun tidak. Selagi itu tak mempengaruhi kehidupannya ataupun penghasilannya, biarlah mereka menggonggong sesuka hati.

Manusia yang menggonggong jelas lebih berisik daripada anjing.

...

Jordan pulang menggunakan angkutan umum, tak jauh dari rumahnya terdapat halte bus mini sehingga tidak terlalu melelahkan jika berhenti di sana dan melanjutkan pulang dengan berjalan kaki.

Ini sudah pukul empat sore, untuk satu minggu ke depan, Jordan mendapatkan shift pagi. Itu memberinya cukup waktu agar Lava sedikit terbiasa di rumah sendirian ketika ia bekerja.

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang