Gerald termenung di tengah sarapannya. Ucapan Jordan semalam jelas mengganggu pikirannya. Terbesit pemikiran jika pemuda itu berbohong, namun, Jordan bukan tipe orang yang senang menyusahkan dirinya sendiri. Untuk apa Jordan bekerja siang dan malam tanpa kendaraan jika dirinya hanya berbohong perihal uang itu.
"Mas? Kenapa melamun?" tanya Lauren ketika matanya melihat kearah sang suami.
Pria itu menoleh sesaat, memandang wajah Lauren yang terlihat sama lelahnya. Wanita yang menjadi istrinya itu tampak menjadi semakin murung setelah mereka bertemu dan bertengkar dengan Jordan tempo hari.
Lauren yang memang menjadi pendiam sejak lima tahun lalu semakin tak tersentuh. Sering Gerald mendapati Lauren hanya memandang bingkai foto Jordan dalam diam lalu menangis sendirian.
Gerald menggelengkan kepalanya pelan, membuat sang istri lantas mengangguk lalu kembali menundukkan kepalanya, "Kemarin aku ketemu Jordan."
Secepat kilat, Lauren kembali mendongak. Menatap Gerald penuh pertanyaan, "K-kapan? Di mana? A-apa dia tanya aku? Kalian nggak b-berantem, kan?"
Pertanyaan beruntun itu di sertai mata yang berkaca-kaca, membuat Gerald menghela nafasnya kasar.
"Aku ketemu waktu makan malam di restoran, dia kerja di sana. Sebagai pelayan," jawab Gerald sembari meletakkan sendok. Berniat menyelesaikan sarapannya.
Air mata Lauren terjatuh begitu saja, "Seharusnya masa depan anakku nggak seperti ini, dia bilang sama aku dia mau jadi sarjana ... bangun perusahaan sendiri supaya bisa---"
"Melebihi perusahaan Papanya," potong Gerald yang jelas masih sangat ingat cita-cita Jordan yang sangat berambisi untuk mengalahkannya dalam bidang ini, "aku tau, Lauren. Tapi, dia sendiri yang menghancurkan masa depan itu. Dia bukan lagi Jordan kita, dia cuma mantan narapidana yang nggak akan punya masa depan."
Setelahnya, Gerald bangkit kemudian meninggalkan Lauren yang sudah menangis. Tujuannya adalah menemui Rahayu, dia ingin bertanya secara langsung perihal uang yang selama ini dia berikan.
Jika memang apa yang Jordan katakan benar, maka Gerald tidak akan segan untuk menuntut wanita itu karena menyalahgunakan uangnya.
...
Gerald memencet bel rumah Rahayu berkali-kali hingga wanita itu keluar dengan wajah memerah, siap meledakan emosinya saat itu juga. Namun, ekspresi Rahayu langsung berubah saat melihat eksistensi Gerald di depan pintu rumah.
"Pak Gerald? Ada apa, ya?" tanya Rahayu sembari memperbaiki tatanan rambutnya.
"Ada yang ingin saya tanyakan."
Rahayu langsung mempersilahkan Gerald untuk masuk. Membawa pria itu menuju ruang tamunya yang terlihat cukup luas.
"Mau saya buatkan minum? Kopi atau teh?" tawar Rahayu sembari tersenyum.
Gerald menggelengkan kepalanya tak mau, "Tidak perlu berbasa-basi, saya mau tanyakan perihal uang yang selama ini saya berikan."
Rahayu mengernyitkan dahinya bingung kemudian memilih untuk ikut me mendudukkan diri, "Uang? Maksudnya?"
"Uang untuk membesarkan anak itu," jawab Gerald sembari menatap intens kearah Rahayu, "saya mau tau, apa uang itu benar-benar kamu gunakan untuk membesarkan anak itu?"
Nafas Rahayu tercekat, mendadak merasa cemas atas pertanyaan itu, "T-tentu saja! Saya gunakan semua uang yang bapak berikan untuk kebutuhan Lava, bahkan setelah kesepakatan itu, kartu yang bapak berikan juga saya serahkan kepada Jordan!"
Gerald tetap diam, matanya menelisik sikap Rahayu yang terlihat sangat gugup. Wanita itu memberikan penjelasan dengan intonasi suara keras sambil meremas jemarinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/375678549-288-k702043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PAPA [END]
General FictionJordan Rajaksa, seorang mantan narapidana yang pernah terjerat kasus pembunuhan berhasil bebas setelah lima tahun mendekam di penjara. Jordan merasa tidak ada gunanya lagi saat keluar dari balik jeruji besi ini. Jordan sudah kehilangan semua hal. M...