9. Euforia Asing

1.2K 71 13
                                    

Bangun sendirian tanpa sosok kecil di sebelahnya mulai menjadi hal yang biasa bagi Jordan. Saat dirinya keluar, seperti biasa, Jordan akan menemukan Lava yang sedang menyapu lantai ala kadarnya.

Jordan menggelengkan kepalanya heran, mendengus geli saat melihat cara si kecilnya menyapu, "Rajinnya anak Papa."

Lupakan betapa sedihnya Jordan saat Lava memanggilnya dengan sebutan 'Om' kemarin. Itu masih membuat hatinya terluka jika kembali diingatkan.

Seharian Jordan merasa hidupnya agak hampa, dia galau. Seperti remaja yang sedang patah hati, namun, Jordan jelas tidak ingin memaksa kehendaknya kepada anak itu.

"Lava mau sarapan pake apa, nih?" tanya Jordan seraya memasuki kamar mandi, hanya untuk mencuci muka.

Pak Wahid sudah mendatanginya sore kemarin, katanya seorang teman lama pemilik restoran tak jauh dari perusahaannya bekerja sedang mencari tenaga kerja, jadi, beliau berniat mengajak Jordan untuk mendatangi tempat itu nanti sore.

Lava kembali meletakan sapu di di samping kulkas, anak itu mendongak menatap Jordan yang sangat tinggi. Wajah tampan pemuda itu tampak masih basah di beberapa sisi.

"Ayam goreng? Tahu, tempe, ikan?" tawar Jordan saat melihat masih ada beberapa bahan yang bisa di goreng di dalam kulkas. Lihat, bahkan sayuran yang Jordan beli waktu itu sama sekali tidak tersentuh. Apa bisa di goreng juga?

Melihat Lava yang hanya di, Jordan kembali menutup kulkas satu pintu itu. Dirinya memilih berjongkok kemudian mencubit dagu kecil Lava, "Lava bosen, ya, makan itu terus?"

Dengan takut-takut Lava mengangguk, mata bulatnya terpejam erat seolah mempersiapkan diri akan sesuatu. Jordan sendiri hanya mengacak-acak rambut putranya hingga berantakan.

"Jadi, Lava mau makan apa, nak?"

"B-boleh makan sayur sup?"

Sepertinya sangat enak, Lava sangat ingin mencobanya. Dulu, dia hanya di izinkan memakan makanan sisa dari neneknya. Wanita itu sangat suka memasak sayur sup yang aromanya sangat harum. Namun, sayang Lava hanya bisa merasakan sisa-sisa kuah dari bekas makanan neneknya saja.

Jordan tersenyum kemudian mengangguk pasti akan permintaan sederhana dari putranya. Mengabaikan fakta jika dirinya sama sekali tidak bisa memasak benda itu. Bahan-bahannya saja Jordan tidak tau!

"Siap, bos! Sayur sup segera datang!" ucap Jordan seraya mengangkat Lava ke dalam gendongannya. Berlari kecil menuju ruang tamu sempit mereka.

Jordan sedikit terperangah, untuk pertama kalinya suara tawa halus milik Lava mengudara di rumah mereka. Hal itu membuat hati Jordan menghangat begitu saja dan terus berputar-putar tanpa niat untuk berhenti hanya demi terus mendengar tawa indah itu.

Lava lalu di turunkan ke atas sofa, tangan besar Jordan masih melingkupi tubuh kecilnya. Jordan tersenyum dengan mata berkaca-kaca, menatap wajah Lava yang masih menyisakan sedikit senyuman.

Cup!

"Papa suka suara tawa Lava," bisik Jordan setelah mengecup dahi Lava secepat kilat.

Setelahnya, Jordan melangkah keluar. Meninggalkan Lava yang meraba dahinya dengan jemari kecilnya. Anak itu menggigit bibir bawahnya cukup kuat.

Untuk pertama kalinya ada seseorang yang menyukai tawanya dan untuk pertama kalinya pula, Lava tertawa sehangat ini.

...

Jordan yang masih merona lantas berlari kecil saat melihat seseorang yang tak jauh di depannya. Entah berapa banyak kebetulan saat Jordan baru saja keluar dari rumah setiap harinya.

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang