4. Sudut Pandang Orang Asing

6.5K 312 13
                                    

Sudut pandang orang asing —itu membuatku tersadar betapa aku selalu di selimuti oleh ribuan kekurangan yang mengerikan.

• • •


Semalaman Jordan habiskan hanya untuk membersihkan setiap sudut rumah ini. Walaupun melelahkan, Jordan sudah berjanji untuk membuat setiap sudut rumah mereka di penuhi kenyamanan.

Yang pertama ia bersihkan kemarin adalah kamar tidur. Sehingga Lava bisa tidur dengan nyenyak, satu janji setidaknya berhasil Jordan tepati. Lava-nya tidur dengan nyaman di bawah selimut yang menghangatkan tubuh kecil itu.

Pemuda itu melirik lemari kecil tempat penyimpanan piring, dia sudah meletakan lauk yang Pak Wahid antar tadi pagi di sana. Setidaknya Lava bisa makan itu selagi dirinya belanja kebutuhan rumah.

Jordan melangkah menuju kamar, memasukinya tanpa perlu mengetuk terlebih dahulu, "Lava?"

Pemuda itu mendudukkan diri di atas ranjang tepat di samping gundukan kecil yang terlihat tenang.

"Va? Papa mau keluar, Lava mau ikut?" tanya Jordan sambil mengelus permukaan selimut berwarna abu itu.

Dapat Jordan rasakan anak ini menggeleng pelan tanpa membuka selimut. Hal itu membuat Jordan mengetuk selimut beberapa kali.

"Lava nggak masalah tinggal sendiri?" Hening lagi-lagi menjadi jawaban atas pertanyaan Jordan, membuat pemuda itu mendengus pelan, "Ya udah, ada makanan di lemari dapur. Lava jangan keluar rumah selagi Papa di luar."

Setidaknya nanti Jordan bisa meminta istri Pak Wahid untuk sedikit mengawasi Lava. Jordan jelas tidak mau seharian ini di habiskan hanya untuk membujuk anak kecil itu. Bisa-bisa mereka hanya makan angin untuk kedepannya.

Jordan bergegas untuk ke kamar mandi, mungkin satu-satunya hal yang paling Jordan syukuri adalah kamar mandi rumah ini benar-benar terawat.

Sungguh, dirinya sangat muak selama lima tahun berhadapan dengan kamar mandi lapas yang jorok dan menjijikkan.

...

Langkah santai Jordan berhenti di sebuah toko yang tidak terlalu besar, namun, cukup ramai. Ini tidak jauh dari rumah kecilnya, jadi, Jordan tidak terlalu keberatan untuk berjalan kaki.

"Bapak rumah tangga," gumam Jordan kemudian meringis sendiri. Tangannya bergerak mengambil sebuah troli lalu mulai menelusuri penjuru toko yang di dominasi kebutuhan pokok.

Tempat ini hampir di penuhi oleh perempuan, hal itu membuat Jordan agak sungkan untuk bergerak kesana-kemari. Terlebih para perempuan ini gemar melirik jemarinya kanannya yang di penuhi tato. Padahal Jordan sudah memakai pakaian panjang untuk menutup ini.

Tangannya bergerak mengambil dua karung beras ukuran sedang untuk di masukan ke dalam troli, kemudian langsung menjauh dari sana.

"Tau gini tadi gue pake masker sama sarung tangan."

Jordan di bilang cukup cekatan untuk seorang lelaki yang tengah berbelanja sendirian. Tidak sampai satu jam, trolinya sudah di penuhi dengan berbagai bahan makanan dan sayuran segar. Ada juga buah, roti, dan susu yang Jordan beli untuk Lava.

"Belanja, Mas?"

Jordan menoleh, tersenyum tipis kepada seorang wanita setengah baya yang berada di sebelahnya, "Iya, Bu."

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang