13. Sakit

12.4K 742 11
                                    

Hujan sudah mulai mereda sehingga hanya tersisa rintik-rintik kecilnya yang masih enggan meninggalkan malam yang sunyi.

Anak laki-laki yang sedang tertidur dengan posisi telungkup itu menggeliat pelan ketika telinganya menangkap suara-suara ringisan pelan dari orang di sebelahnya.

Lava perlahan mendudukan diri menghadap Jordan yang terlihat agak gemetar padahal mata pemuda itu tertutup rapat. Tangan mungil Lava bergerak mengusap dahi Jordan yang berkerut, sedikit terperanjat saat suhu kelewat panas yang menyapa jemarinya.

Anak itu mendadak kebingungan, matanya tak lepas dari Jordan yang terlihat sangat tersiksa dalam tidurnya. Jemari kecil itu kembali bergerak untuk mengusap kening Jordan dengan lembut, meniupnya pelan karena berpikir itu akan mengurangi panasnya.

Ingatannya samar-samar mengingat ketika Jordan menempelkan kain basah di dahinya ketika ia terserang demam kemarin. Secepatnya anak itu turun lalu berlari menuju dapur, suara itu jelas membuat mata Jordan terbuka, namun, kepalanya terlalu sakit untuk ikut mengejar Lava.

Tubuh kecil itu berlari menuju dapur, dirinya menyempatkan diri untuk menyeret meja agar bisa menyalakan lampu. Matanya menelisik sudut dapur berusaha mencari termos air panas, Lava tau, dulu Rahayu sering memintanya untuk membawakan air hangat setiap malam.

Lava mengambil satu mangkuk plastik berukuran sedang kemudian mengisinya dengan air dingin, setelah itu barulah dirinya menuangkan air panas dari termos yang berukuran kecil yang ia temukan di atas meja.

"Shh." Ringisan pelan terdengar saat laju air itu tidak sengaja terjatuh pada tungkainya. Sekali lagi, Lava terbiasa, ini sering terjadi.

Dia kembali berlari menuju kamar, membiarkan termos itu tetap di lantai dengan kondisi tidak tertutup.

Lava meletakan mangkuk di atas meja kemudian mengambil baju berukuran kecil dari dalam lemari. Dirinya tidak tau dimana Jordan melerakan kain kecil yang pernah pemuda itu gunakan untuk mengompres Lava dulu.

Tubuh Jordan tersentak kaget saat kain hangat yang airnya tidak di peras dengan benar itu menempel di dahinya. Pemuda itu berusaha membuka mata dan menemukan Lava yang masih berdiri di sebelahnya, menekan-nekan kain di dahi Jordan.

"Lava, kenapa nggak tidur?" tanya Jordan dengan suara serak. Kepalanya masih terasa sangat sakit, belum lagi ia juga merasa suhu tubuhnya meningkat drastis.

Lava menggeleng pelan, kepala itu menunduk enggan menatap Jordan, "S-sakit."

"Lava sakit?" tanya Jordan lagi, seolah tak sadar diri jika dia lah yang sedang terbaring tak berdaya.

Lava tidak menjawab, tetapi, telunjuk mungilnya menunjuk-nunjuk dada Jordan. Seolah memberitahu jika Jordan lah yang sedang sakit.

Jordan tersenyum tipis, hatinya seketika menghangat melihat hal itu, "Papa nggak kenapa-napa, cuma pusing sedikit."

"Itu sakit," ucap Lava mencicit dengan suara yang sangat halus.

Tangan panas Jordan bergerak untuk mengusap helai rambut Lava yang terlihat berantakan, "Sebentar lagi sembuh, kan udah di obatin sama Lava. Sini tidur lagi."

Anak itu menurut, perlahan kembali menaiki ranjang. Berbaring  miring dengan posisi agak menempel pada tubuh Jordan. Sambil menutup mata, Lava menyenderkan dahinya di lengan kekar sang ayah.

"Jangan sakit, Pa," bisik Lava teramat pelan seolah masih merasa takut untuk mengucapkan itu.

Jordan yang hendak kembali tertidur sama sekali tidak mendengar kata terakhir yang sangat ingin ia dengar itu. Jordan hanya mampu tersenyum karena merasakan lengan kanannya perlahan di peluk erat oleh putranya.

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang