34. Kehidupan Baru?

1.3K 127 28
                                    

Jordan mengerjapkan matanya beberapa kali ketika mulai merasakan elusan lembut di bagian rambutnya. Mata sipit itu terbuka, pandangannya mulai menelusuri seluruh penjuru tempat.

Sontak terpaku saat tersadar di mana dirinya sekarang. Dapat Jordan rasakan matanya berembun, ruangan ini adalah kamar miliknya, yang sama persis seperti lima tahun yang lalu tanpa ada yang berubah sedikitpun.

"Jo, kamu udah sadar?"

Suara lembut itu memancing Jordan untuk melirik ke arah sang ibu yang setia mengusap puncak kepalanya dengan penuh perhatian. Rasanya sudah lama sekali Jordan tidak berada di situasi seperti ini.

Jordan ingin berbicara, namun, suaranya seolah tertahan. Tanpa menunggu lagi, Lauren mengambil segelas air kemudian membantunya untuk duduk supaya tidak tersedak.

"M-makasih, Ma," ucap Jordan lemah.

Kalimat itu rupanya mampu membuat pertahanan Lauren runtuh, wanita itu menggenggam jemari kanan Jordan lalu menciumnya berkali-kali. Lauren menyandarkan dahinya pada genggaman mereka, menumpahkan air matanya di sana.

"Maafin Mama, Jo, maaf karena lima tahun lalu Mama nyakitin kamu dengan kata-kata Mama," ungkap Lauren tanpa mengangkat kepalanya, "kamu selalu menjadi anak Mama, Mama nggak pernah buang kamu, sampai kapanpun kamu akan menjadi anak kesayangan Mama."

Mata sipit Jordan kembali berkaca-kaca, tanpa menunggu lama, dirinya langsung memeluk tubuh Lauren yang bergetar. Ikut menumpahkan tangis kerinduannya dalam pelukan sang ibu.

"Bukan salah Mama, Jo minta maaf karena udah bikin Mama kecewa. Wajar kalo Mama marah, ini kesalahan Jo."

Rasanya jahat sekali karena Jordan bahkan pernah berpikiran buruk tentang wanita yang telah melahirkannya ini. Lauren tidak seharusnya meminta maaf atas perlakuannya lima tahun lalu. Siapapun yang berada di posisi Lauren pantas untuk merasa kecewa dan marah.

"Tolong jangan tinggalin Mama lagi, Mama nggak mau kesepian tanpa kamu di sini ... tolong tinggal di sini, Jo," pinta Lauren di pelukan sang anak.

Gerald yang sedari tadi hanya berdiri di belakang Lauren hanya mampu menatap gamang ke arah dua orang yang dulunya adalah hal paling penting di hidupnya.

Mendengar hal itu, Jordan sontak melepaskan pelukan sang ibu. Dirinya menatap kesana-kemari seolah mencari sesuatu, namun, saat menyadari bahwa semuanya bukan mimpi Jordan kembali terisak pelan.

"L-Lava, Jo harus bawa Lava ke sini, Ma, Lava se-sendirian, Jo harus bawa Lava ... Jo---"

"Jordan, stop! Jangan panik." Lauren menangkup wajah penuh air mata sang anak, mengelusnya dengan lembut, "coba jelaskan, kenapa kamu jadi kayak gini? Lalu, Lava, siapa yang rebut dia dari kamu?"

Gerald sendiri langsung sigap memasang telinganya, jika sampai Jordan benar-benar melakukan tindak kriminal maka dia sendiri yang akan menyeret Jordan ke kantor polisi malam ini juga.

Jordan menatap sang ibu dengan tatapan getir, "Jo di pecat karena mereka tau kalo Jo mantan narapidana. Mereka bilang orang kayak Jo nggak pantes ada di sana, mereka bilang kalo sampah kayak Jo seharusnya nggak pernah di kasih kebebasan."

Lauren kembali menangis, menahan diri untuk tidak memeluk Jordan. Sedangkan, Gerald sempat membeku ketika mendengar penuturan itu. Sontak dirinya merasa bersalah telah menampar Jordan untuk hal yang bahkan tidak terjadi.

"Trus Lava? Gimana ceritanya, Nak?" tanya Lauren dengan suara bergetar. Bagaimanapun, Lauren sudah agak dekat dengan anak manis itu, nalurinya sebagai seorang ibu jelas sangat mudah menyayangi darah daging putranya.

"T-Tante Sinta, dia ternyata i-ibu dari tetangga Jo ... tadi, dia ngamuk waktu liat Jo yang mau jemput Lava, Jo nggak bisa tahan emosi, Jo lepas kendali dan ceritain semuanya sama mereka. Setelahnya mereka rebut Lava secara paksa, mereka bilang ... Jo nggak punya hak," jelas Jordan pelan, jika tau seperti ini Jordan tidak akan terbawa emosi dan menceritakan semuanya kepada mereka. Biarlah Jordan tetap di anggap seperti dulu asalkan Lava tetap berada di sekitarnya, "cuma karena Jo bukan ayah kandung Lava, mereka bilang---"

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang