Kebahagiaan setiap orang jelas berbeda-beda, hal sepele bagimu bisa jadi sangat berharga bagi orang yang sulit mendapatkannya.
• • •
Selama dua hari penuh Jordan habiskan untuk merawat Lava yang terserang demam tinggi. Dirinya juga meminta bantuan kepada Bu Nia, istri dari Pak Wahid tentang bagaimana cara mengatasi jika panas tubuh Lava kembali naik di tengah malam.
Jordan masih belum memiliki keberanian untuk membawa Lava ke puskesmas seperti saran Bu Nia. Bukannya tidak perduli, namun, Jordan benar-benar tidak memiliki jawaban atas luka-luka di tubuh anak itu.
Ingin menyelidiki, tapi, Jordan tidak memiliki kuasa apapun. Dia bukan lagi Jordan Rajaksa sang pewaris tunggal dari keluarga ternama. Sekarang, dirinya hanya Jordan si mantan narapidana.
Siapa yang akan mempercayai mulut busuk seorang mantan narapidana ini?
Jordan menoleh saat mendengar suara pintu kamar mandi yang di tutup pelan. Pemuda itu keluar dari dapur kemudian mengetuk pintu kamar mandi.
"Cuci muka sama gosok gigi aja dulu, ya, Va? Mandinya besok aja," ucap Jordan lalu kembali ke dapur untuk mengambil sepiring nasi dengan lauk ayam goreng.
Yah, setidaknya Jordan sudah berusaha walaupun dapur ini terlihat cukup berantakan. Untunglah panas tubuh Lava sudah turun sejak semalam, satu hal yang sangat di syukuri olehnya.
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Lava yang menyeka wajah dengan baju yang ia kenakan. Tubuh kecil itu masih menatap Jordan yang sudah meletakan piring di atas meja dengan tatapan bingung.
"Sini, makan dulu. Papa mau mandi atau mau Papa suapin?"
Lava buru-buru menggeleng cepat kemudian melangkah untuk duduk di atas sofa. Memakan makanannya tanpa melirik kearah Jordan sedikitpun.
Melihat hal itu, Jordan menggeleng pelan. Setelahnya, ia berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk. Pemuda itu sempat berhenti sejenak, menatap bayangannya di cermin yang menyatu dengan pintu lemari.
Jemari panjang Jordan meraba rahang tegasnya pelan sebelum mengusap kumis tipisnya. Mata sipit dengan kantung mata yang terlalu ketara itu juga tidak luput dari pandangannya. Lihatlah betapa tak terurus wajah kebanggaan para wanita ini.
Terkadang Jordan merindukan dirinya yang dulu, sangat rindu. Sejujurnya Jordan telah lama putus asa. Mungkin dulu dirinya berpikir bahwa dia akan mati membusuk di dalam penjara, namun, siapa sangka takdir membawakan lelucon seperti ini?
Menjadi seorang ayah?
Jordan menggeleng pelan lalu dengan cepat mengambil handuk. Tidak ada gunanya menyesal di hari ini. Hatinya yang sempat membeku kembali terasa hangat saat melihat Lava yang makan dengan lahap.
Pemuda itu tersenyum tipis, lelucon takdir membuat mereka bersatu. Bisakah takdir yang lucu ini membawa mereka pada kebahagiaan?
Jordan hanya melihat Lava yang sedang makan dengan lahap, pemuda itu sama sekali tidak memperhatikan berapa kali Lava mengusap air matanya yang terjatuh tiba-tiba.
Saat pintu kamar mandi tertutup, mata bulat yang sedari tadi berusaha tidak menatap Jordan langsung menatap lekat kearah pintu kamar mandi.
Bolehkah dirinya percaya? Bolehkah Lava mempercayai pemuda ini? Semua hal yang Rahayu katakan dulu ... sangat berbanding terbalik dengan apa ia rasakan.
Lava tidak banyak mengerti apa penyebab Rahayu begitu membenci pemuda ini, namun, yang Lava tangkap dalam pemikirannya adalah Jordan seorang penjahat yang sudah membuatnya terpisah dari sang ibu.
![](https://img.wattpad.com/cover/375678549-288-k702043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PAPA [END]
Fiction généraleJordan Rajaksa, seorang mantan narapidana yang pernah terjerat kasus pembunuhan berhasil bebas setelah lima tahun mendekam di penjara. Jordan merasa tidak ada gunanya lagi saat keluar dari balik jeruji besi ini. Jordan sudah kehilangan semua hal. M...