31. Terbongkar

1K 108 14
                                    

Anyelir membuka ponselnya ketika berada di perjalanan pulang. Mata gadis itu tertuju pada salah satu video seseorang yang postur tubuhnya sangat tidak asing. Tubuh Anyelir menegang sesaat setelah membaca kalimat pelengkap video itu.

Pelaku pembunuhan lima tahun lalu, Jordan Rajaksa. Atas dua korban S dan A, penyebab di yakini karena merasa terancam saat A ingin membongkar kehamilan di luar nikah yang terjadi pada korban S.

Video ini jelas Jordan, dengan seragam khas pelayan sebuah restoran. Tato sepanjang lengan yang menjadi ciri khasnya pun terlihat sangat menonjol.

Anyelir menggeleng beberapa kali, "Ada banyak pembunuhan lima tahun lalu ... mungkin, mungkin J-Jo pernah salah jalan?"

Gadis itu mempercepat langkahnya, entah kenapa air matanya tiba-tiba mengalir begitu saja. Mungkin karena Anyelir memiliki rasa trauma tersendiri atas kasus yang sama, itulah sebabnya perasaan Anyelir menjadi gelisah.

Anyelir terus melangkah, dirinya bahkan tak menghiraukan Lava yang duduk di teras seperti biasa. Gadis itu melewatinya kemudian langsung menghilang di balik pintu rumah.

"Adek, kenapa?" tanya Sinta yang sedang melipat baju di ruang tengah. Wanita itu menatap heran putrinya yang tiba-tiba masuk dan menutup pintu dengan kencang.

Anyelir menggeleng kacau, "A-Anye kebelet, Bun."

Gadis itu kemudian langsung memasuki kamarnya tanpa mengatakan apapun lagi. Anyelir kemudian mendudukkan diri di atas ranjang, mengusap wajahnya sendiri dengan kasar.

Kepalanya menggeleng beberapa kali demi menghilangkan pikiran buruk yang terus memenuhi pikirannya. Banyak kebetulan yang terjadi di dunia, mungkin ini adalah beberapa contohnya.

Lagipula tidak mungkin ... Jordan sudah memiliki anak, dan itu tidak mungkin Jordan. Pembunuh kakaknya adalah seorang siswa kelas satu SMA. Hanya itu yang Anyelir ketahui.

Gadis itu kemudian memutuskan untuk pergi mandi, hanya sebentar sebelum dirinya mendengar suara Sinta yang terdengar seperti sedang mengobrol dengan seseorang.

Langkah kaki membawanya keluar sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Langkah Anyelir berhenti saat melihat Sinta yang sedang berbicara dengan Lava di sana.

"Mungkin sebentar lagi, Nak." Sinta mengusap rambut halus Lava dengan lembut, "kalo Nenek boleh tanya ... Mama Lava di mana?"

Anyelir ikut mendudukan diri, tersenyum tipis saat Lava menoleh kearahnya sesaat. Anyelir hanya menyimak obrolan yang sebenarnya sangat sensitif itu dalam diam.

Lava kembali tersenyum kearah Sinta, "Mama udah nggak ada, Papa bilang Mama udah bahagia di surga."

Wajah Sinta tampak merasa bersalah, "Maaf, Nenek nggak tau. Maaf, ya?"

Lava menggeleng tanda dirinya tidak merasa keberatan sama sekali. Anyelir yang mendengar hal itu lantas merenung, mungkinkah lima tahun lalu Jordan menghabisi istrinya? Seorang wanita hamil yang juga menjadi korban, namun, dua korban?

...

Jordan berlutut di lantai sebuah kantor polisi, di belakang sana ada Pak Brata yang sedang mengurus penebusannya. Hanya ada Jordan sendiri, karena Harsa sudah di bawah ke rumah sakit setelah pria itu kehilangan kesadarannya.

"Jordan Rajaksa." Seorang polisi membuka borgol yang membelenggu kedua pergelangan tangan Jordan, "saya mengingat kasusmu dulu."

Jordan berdiri, mengangguk sekilas sebelum melangkah menuju Pak Brata yang memintanya untuk ikut pergi dari ini. Langkah mereka di kuasai keheningan yang terasa sangat canggung. Keduanya berhenti tepat di samping mobil milik Pak Brata.

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang