32. Suara Yang Tidak Di Dengar

1.1K 114 42
                                    

Jordan melangkah maju, mengabaikan beberapa tetangga lain yang mulai berbisik-bisik membicarakannya, namun, benar-benar tidak ada satupun dari mereka yang mendatangi Sinta yang masih histeris di depan pintu.

"Gue nggak pernah sekalipun punya pemikiran bodoh kayak gitu!"

Tanpa sadar cara bicaranya berubah, tapi, Jordan tidak perduli. Jordan tidak pernah menyukai siapapun yang berbicara seolah tau segalanya apalagi menyangkut Lava.

"Tadi lo bilang Abang lo nggak pernah nyakitin orang lain?" Jordan tertawa miris sambil menggelengkan kepalanya, "munafik. Lo bahkan nggak pernah tau gimana pergaulan Abang lo, Anyelir."

Anyelir mengacungkan telunjuk tepat di wajah Jordan, terlihat pipi gadis itu memerah akibat tamparan keras tadi, "Apa maksud kamu?! Jangan coba-coba buat bela diri, Abang aku nggak pernah nyak---"

"TAPI, DIA NYAKITIN CEWEK GUE! Dia manfaatin Siera demi nafsu binatangnya itu, dan setelah ngerasa bosen, dia pergi tanpa bertanggung jawaban apapun! Dari segi mana dia nggak pernah nyakitin orang lain?!" sentak Jordan dengan suara bergetar karena berusaha mengontrol dirinya sendiri.

Jordan tidak pernah menyentuh Siera seujung kuku pun, saat ia mengatakan cinta, maka Jordan dengan sepenuh hati menjaga Siera.

"N-nggak mungkin...."

Jordan mendadak tertawa keras sembari menutup wajahnya, sangat kontras dengan air matanya yang kembali mengalir deras.

"Nggak mungkin ... nggak mungkin. Semua orang yang denger penjelasan gue selalu bilang nggak mungkin. Karena apa? KARENA MEREKA NGGAK NGERASAIN APA YANG SELAMA INI GUE RASAIN! MEREKA NGGAK TAU APA AJA YANG UDAH GUE LALUI, ANYELIR, KALIAN SEMUA SAMA SEKALI NGGAK TAU!"

Jordan menepuk dadanya sendiri dengan cukup kencang, "Gue, gue satu-satunya orang yang masih hidup di antara mereka."

"K-kamu gila! Bunda bener, seharusnya kamu masih di penjara!" ucap Anyelir sembari menutup telinganya sendiri, enggan mendengar lebih jauh.

"Iya, gue gila." Jordan mengangguk membenarkan, air matanya masih mengalir tanpa henti karena memori lama terus berputar seperti kaset kusut di kepalanya, "tapi, lebih gila Alendra yang ninggalin Siera sendirian waktu lagi hamil anaknya."

"S-Siera?"

"Cewek gue, pacar gue."

Wajah Anyelir semakin tak percaya, kedua tangannya menutup mulut menahan keterkejutan yang tiada henti berdatangan kepadanya.

"Tadi, lo tanya apa gue tau seberapa penting Alendra buat kalian, kan? Gue nggak tau, Anye, gue bener-bener nggak tau, tapi, Alendra tau betul betapa pentingnya Siera buat gue," tekan Jordan sembari menunjuk dirinya sendiri, jemari pemuda itu bergetar tak karuan, "sangat penting sampai-sampai gue nggak bisa marah waktu Siera bilang dia hamil anak Alendra. Lo tau apa artinya itu? Gue relain Siera buat Alendra, TAPI, ABANG LO MALAH PERGI TANPA NGASIH TANGGUNG JAWAB!"

"BOHONG! PENJAHAT KAYAK KAMU PASTI MEMUTAR BALIKKAN FAKTA!" pekik Anyelir di sela isak tangisnya yang memecah keheningan malam.

"Gue emang penjahat! Tapi, perlu lo tau, cuma penjahat ini yang rela ambil alih tanggung jawab dari semua perbuatan Abang brengsek lo itu ... gue, penjahat dan orang gila ini yang tanggung semua getah dari perbuatan Abang lo, Anyelir!"

Jordan melakukan semuanya dengan suka rela hanya karena Jordan sangat mencintai Siera. Cintanya bahkan membuat Jordan tidak bisa hanya untuk sekedar membenci. Jordan rela di cela ribuan kali  karena membela Siera di hadapan banyak orang.

"Kalo emang kamu sebaik itu, kenapa kamu bunuh Abang?! KENAPA KAMU BUNUH AB---"

"KARENA DIA BUNUH SIERA!" teriak Jordan sembari mencengkram dua sisi bahu Anyelir kencang, "dia.bunuh.Siera."

BAD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang