Joss menghela nafas dan menghampiri gawin lagi, dia menarik gawin kedalam pelukan nya dan memeluknya dengan erat, dia mengusap pelan punggung gawin."Sstt udah, gausah nangis. " ujar nya.
Joss melepaskan pelukan nya dan mengusap air mata gawin, joss mencium lembut kening gawin dan ciuman nya turun kearah hidung mancung gawin hingga akhirnya bibirnya bertemu bibir gawin, tangan joss yang sejak awal ada di bahu gawin, perlahan turun dan memegang pinggang gawin, joss memperdalam ciuman nya dan mendorong tubuh gawin kearah tembok, sebelum akhirnya dia mengangkat tubuh gawin dan menahan nya menggunakan tangan nya dengan bibir yang masih bertautan dalam.
Tanpa memerlukan waktu lama, gawin dibawa kearah kamar joss menurunkan tubuh gawin dan membuka baju anak itu dengan paksa, setelah itu dia mendorong nya dan menahan tangan gawin, joss tersenyum miring melihat gawin dibawahnya.
"Joss, gue gak mau... " ucap gawin, dia menatap takut joss diatas nya.
"Gak mau apa? Bukannya lo suka hm" balas joss, gawin menggelengkan kepalanya dia berusaha bangun namun joss menahan nya dan menekan nya diatas tempat tidur itu.
"Joss enggak buat sekarang, gue cape " tolak gawin berusaha menghentikan joss.
"Lo pikir gue bakalan berhenti? Enggak sayang, " joss tersenyum kearah gawin, melihat senyuman itu gawin semakin merasa takut.
"Gue mohon! Eng... Mhhhh... "
Belum sempat gawin melanjutkan ucapan nya terlebih dulu joss mencium lagi bibir nya.
"Nghh.. Mhh... "
Gawin yang hampir tidak bisa bernafas berusaha mendorong joss, namun usahanya sia-sia.
"Krak! "
"Arghh! "
Joss mengerang kesakitan saat bibirnya dengan sengaja gawin gigit, ciuman mereka terlepas dan joss mengusap darah yang keluar dari bibirnya, gawin terengah-engah dia menatap takut joss yang sudah terlihat marah, joss melihat kearah gawin.
"Berani lo buat gue gini win! " geram nya.
Gawin segera bangun, namun dengan cepat joss menariknya dan menjatuhkan lagi gawin diatas tempat tidur itu.
" joss! Lepasin gue! Lepassss... "Ronta gawin berusaha melawan joss yang ada diatas nya.
Joss tertawa pelan, dia meraih dasi yang ada di samping tempat tidur dan mengikatkan nya pada lengan gawin.
" joss sakit!! Lepasin gue! "
Joss menyimpan telunjuknya di bibir gawin, dia menyeringai tipis, " siapa yang ngajarin lo buat lakuin ini? "Tanya joss.
" lo gila! Lepasin atau gue teriak sekarang" ancam gawin.
"Teriak, teriak sesuka lo siapa yang mau nolong lo emangnya? Bukannya lo yang nyari gue, sekarang lo buat bibir gue berdarah. Lo tau kan anak nakal harus di hukum " ujar joss, dia bangun dan membuka bajunya, gawin menelan ludahnya kasar melihat joss di depan nya.
"Enggak... Gue mohon" gawin berusaha memohon, namun joss tetaplah joss dia tidak akan pernah mendengarkan siapapun, yang terpenting untuknya sekarang hanyalah kepuasan pribadi nya.
"Nghhh.. Aaah... Sak...sakit nghh ahh! "
Gawin memalingkan wajahnya kearah samping saat joss terus menggerakan nya dengan gerakan cepat, sementara tangan nya di tahan diatas kepalanya, gawin tidak bisa melakukan apapun selain menerima itu semua.
"Lagi sayang?? " tanya nya dia merasa puas melihat gawin.
"Stop ahh! Ud.. Udah.. Josss. Ahhh! "
Suara gawin semakin terdengar memenuhi ruangan remang-remang itu, joss meraih dagu gawin dan jarinya bergerak mengusap perlahan bibir ranum gawin.
"Sshh ahh! Unghh... Ahhh"
Joss menghentikan gerakan nya dan merendahkan tubuhnya untuk mencapai bibir gawin, dia menahan rahang gawin dan mencium dalam bibirnya.
"Hnghhh... "
Nafas gawin tercekat saat dia merasakan milik joss semakin memenuhi nya.
"Haa.. Ahh..nghh annhhhh... "
Tangan joss turun dan memegang leher gawin, dia sedikit menekan nya dan semakin mempercepat gerakan nya, dia tidak memperdulikan gawin yang memohon untuk berhenti melakukan nya.
"Anghhhh!! Ahhh! "
Suara gawin semakin terdengar memenuhi seluruh ruangan itu, joss berdecak pelan dia merendahkan tubuhnya dan membekap mulut gawin menggunakan tangan nya, sementara gerakan nya masih sama.
"Hmmhh.. Mhhh... "
"Akhh!! "
Lagi-lagi tanpa disangka gawin mengigit tangan joss, membuat joss kesakitan dia melihat bekas gigitan yang memerah, emosinya terpancing dia menatap gawin dan mencengkeram rahang nya.
"Lo suka gue kasarin iyaa!! " sentak nya.
Air mata sudah terlihat membasahi pipi nya, gawin hanya diam dengan nafasnya yang terengah-engah.
Gawin menggelengkan kepalanya, " bukan... Bukan ini yang gue mau... " lirih gawin.
Joss tertawa pelan dan menatap dalam mata gawin, "gak usah munafik gawin, gue tau lo suka " ucapnya.
Malam itu gawin harus menghadapi joss yang terus saja menggempur nya tanpa ampun, dengan keadaan terpaksa karna yang gawin inginkan saat dia ada di dekat laki-laki itu bukan hanya seks saja, sejujur nya gawin hanya membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya tenang, namun bukan ini yang dia maksud.
Sejak pagi, phuwin terus memperhatikan gawin yang terus saja tidur menumpukan kepalanya di kedua tangan nya, dia merasa heran meskipun terkadang gawin memang suka tidur dikelas, tapi tidak biasanya dia tidur selama itu, bahkan rasanya kebisingan anak-anak di dalam ruangan kelas itu tak bisa membuatnya terusik.
"Win, " panggil phuwin.
Tidak ada jawaban dari gawin, phuwin menghela nafas dia mengguncang pelan tangan gawin.
"Win bangun! Udah jam istirahat ke kantin yuk" ajak nya.
"Gawin... "
"Duluan aja phu, gue lagi ngantuk gue mau sendiri " jawab gawin tanpa mengangkat kepalanya.
"Lo kenapa? Ada masalah, atau lo berantem lagi sama joss " tanya phuwin.
Gawin menggelengkan kepalanya, "gue mau tidur "
"Ya dari pagi lo tidur, belum puas? "
Gawin mengangkat kepalanya dan melihat kearah phuwin, phuwin terdiam melihat wajah pucat gawin.
"Lo sakit win? " tanya nya.
"Lo kalo mau pergi, pergi aja jangan nunggu gue. Gue lagi males " titah nya.
"Yaudah kalo lo mau istirahat gue duluan kalo gitu"
Gawin mengangguk pelan dan setelah phuwin pergi dia kembali ke posisi semula, gawin memejamkan matanya dan merasakan angin yang menerpa wajahnya, gawin membuka matanya melihat seekor burung yang hinggap di jendela itu, burung itu tampak menatap nya seakan dia bertanya apa yang terjadi pada dirinya, gawin tersenyum melihat itu, tangan nya bergerak untuk menyentuh nya namun burung kecil itu segera pergi darisana, gawin berdiri dan melihat burung yang terbang semakin menjauh darisana, gawin menghela nafas pelan.
"Belum juga gue tangkap" gumam gawin, namun tidak lama tatapan nya beralih pada lapangan basket yang ada dibawah, gawin melihat joss yang sedang berlatih bersama tim nya. Bukan joss yang membuat perhatian gawin teralihkan namun seorang gadis yang tampak menunggu nya di pinggir lapangan memegang botol minum dan handuk kecil di tangan nya, bukan hanya itu joss tampak menghampiri nya dan mengambil minum di tangan gadis itu, tangan gawin mengepal erat melihat pemandangan yang terasa membakar hatinya.
" bangsat lo joss... " geram gawin.
-------
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝑶𝑿𝑰𝑪 𝑹𝑬𝑳𝑨𝑻𝑰𝑶𝑵𝑺𝑯𝑰𝑷
Ficção Adolescente" 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒏𝒚𝒂 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒍𝒖𝒌𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒃𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊...