8.29 WIB
Sepatu putih branded milik Pharita turun dari mobil Raize putih yang dibelikan Damian. Tepat di parkiran kampus, dibawah terik matahari pagi, Pharita membawa tote bag tidak lupa menggunakan kacamata radiasi biasa namun harga selangit.Ia yang menggunakan celana bahan hitam dipadukan kemeja kaos putih polos berkerah dan rambut yang digerai bebas itu menoleh kearah mobil hitam mewah dengan nomor plat yang Pharita hapal milik Damian terparkir didekatnya.
Hari ini adalah kelas Damian, pantas saja jika pria itu parkir di dekat sini. Pharita menahan senyumnya ketika melihat sosok pria dewasa itu keluar dari mobil.
Dengan sadar Damian melihat Pharita, namun tidak menunjukan raut wajah apapun. Pria itu melanjutkan langkahnya menuju ruangan dosen dan Pharita membuntutinya dari belakang.
Damian yang hanya membawa tablet dan ponsel itu sesekali melirik ke belakang, di persimpangan mereka berdua mengambil jalur yang berbeda kali ini Damian menatap Pharita dan Pharita menyunggingkan senyumnya.
Setelah tidur bersama malam tadi, pagi ini mereka terlihat asing.
Pharita masuk kedalam kelas disambut Twila yang sudah membooking kan kursi untuknya. Seperti biasa, jika matkul sang kekasih Pharita akan duduk paling depan. Mengerti tidak pun itu urusan belakang yang penting melihat si tampan dari dekat.
"Tugas lo udah, Ta?" tanya Twila.
Pharita mengangguk. "Ya, kali gue ngga ngerjain tugas nih dosen,"
"Dospem lo dia, kan?" Twila mencoba mengingat-ingat. "Enak ngga sama dia?"
"So far so good so nice." jawab Pharita mengacungkan dua jempolnya.
"Lo udah dapet judul proposal?" tanya Twila, "gue rencana mau joki, lo ikutan ngga?"
Pharita terdiam sejenak, tadi malam Damian bilang pria itu yang akan mengerjakan proposalnya, Pharita menoleh pada Twila dan menggeleng. "Gue ada ide dikit."
"Anjir, encer lo sekarang?" Twila tertawa kecil.
"Pharita," panggil seseorang dari arah belakang membuat Twila dan Pharita menoleh.
Dia- Bara, cowok starboy dari sirkel sebelah, di rumor-rumorkan menyukai Pharita. Terlihat dari seluruh akun sosial media Pharita di ikutinya, padahal tidak di follback, di grup kelas paling sering meminta sekompok dengan Pharita.
Sering flexing didepan Pharita, meskipun ya dia benar-benar kaya. Tapi, Pharita tidak tertarik jadi tidak merespon apapun, lagipula Damian juga akan marah jika ia merespon laki-laki lain. Jangankan merespon, Pharita juga selalu diperingati untuk tidak berkomunikasi dengan pria lain di kampus maupun diluar yang mana komunikasi itu sudah lewat dari hal wajarnya.
Pharita mengangkat sebelah alisnya sebagai tanggapan.
"Mobil lo baru, ya?" tanya Bara, tadi di parkiran ia melihat mobil Pharita berganti lagi. Ia selalu mengamati gerak-gerik Pharita saking penasarannya dengan sikap dingin Pharita.
Pharita melirik Twila sebentar sebelum menjawab Bara. "Urusannya sama lo apa, ya?"
"Gue cuma nanya doang, lo asli mana, sih?" tanya Bara menopang dagu, karena posisi duduknya tepat dibelakang Pharita.
Twila memutar bola matanya jengah. "Sok asik!"
"Kenapa sih, Wil? Gue cuma nanya woi, salah?" tanya Bara heran pada Twila yang selalu sensi. "Lo ngga di grup, di kelas, misuh trus perasaan."
Dimas yang duduk disamping Bara memperhatikan Pharita yang sudah kembali menghadap ke depan.
"Cewe cantik itu emang sering cuek, Bar. Gas aja trus siapa tau dia luluh." ujar Dimas terang-terangan terdengar satu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dospem
RomanceUntuk apasih susah-susah kerja kalo bisa jadi ani-ani? Tinggal minta aja ke gadun kalau mau barang-barang mewah, treatment badan, dan jadi kaya secara instan. Itulah yang dilakukan oleh Pharita, perempuan cantik berasal dari kampung yang berkuliah d...