4. SIMPANAN DOSPEM

869 97 25
                                    

20.34 WIB
Mobil mewah hitam polos mengkilap itu memasuki kawasan perumahan unit elit yang mahal di pertengahan kota. Ban mobil itu berputar masuk melewati gerbang rumah mewah dan megah bergaya modern itu.

Damian melepas seatbelt-nya ketika sudah masuk kedalam garasi. Ia keluar dari mobil dengan wajah kusut karena lelahnya terlihat jelas.

Rencananya malam ini tidur bersama perempuan kesayangannya, tetapi rencana itu gagal total karena Shera sudah pulang dari luar negeri lebih cepat dari perkiraan.

Belum sempat Damian keluar dari garasi, lampu mobil menyorotnya, itu mobil Shera yang baru saja masuk melewati gerbang. Damian memperhatikan mobil Shera hingga terparkir tepat disampingnya.

Tidak lama, sosok wanita berusia tiga puluh tahun itu keluar dari mobil putih polos mewah dengan heels lima cm-nya. Shera menatap Damian cukup lama.

Seperti biasa mereka hanya saling pandang tanpa bicara. Damian melangkah pergi lebih dulu melalui pintu garasi yang terhubung ke ruang utama di ikuti Shera di belakangnya.

"Gimana sama event-nya, kamu setuju kan?" tanya Shera menyusul langkah lebar Damian.

"Sudah ku usahakan, tetapi mustahil." ujar Damian menaiki tangga.

"Kenapa mustahil? Itu karya ku, tugas kamu cuma memasukan karya ku itu ke pameran yang bakal keluarga kamu adain." ujar Shera. "Tanpa aku, mungkin kamu sudah mati Damian!"

Langkah kaki Damian terhenti. Ia berbalik menghadap Shera yang terlihat marah, walaupun wajah Damian tenang tetapi sorot matanya menunjukan sebaliknya.

"Sialan." Shera mendesis tidak suka dengan tatapan mata tajam itu. Ia mengalihkan pandangannya. "Bulan depan aku harus bisa tampil, apapun itu!"

Damian menyentuh rahang Shera kemudian mencengkram nya membuat perempuan itu memberontak namun tenaganya tentu saja kalah telak.

"Le-lepas bajingan!!" serunya mencengkeram tangan Damian yang hampir mencengkiknya.

Damian melepaskan rahang Shera ketika perempuan itu sudah hampir kehabisan nafas, Damian memperhatikan tubuh Shera yang terjatuh dilantai tepat didepan kakinya.

"Ingat siapa dan posisi kamu," ujar Damian, wajahnya tidak menunjukan sedikitpun ekspresi.

Damian meraih dagu Shera agar wanita itu menatap matanya. "Jalang sialan." balasnya.

Damian melanjutkan langkah menuju kamar yang tentu saja tidak sama dengan Shera. Pernikahan mereka yang hanya didasari politik membuat tidak ada rasa cinta dan belas kasih diantara keduanya. Malah sebaliknya, mereka seperti musuh yang terperangkap dalam kandang yang sama.

Demi nama baik marga keduanya tetap satu rumah dan menjalankan peran suami istri dihadapan khalayak ramai. Semuanya hanyalah formalitas untuk melindungi aset masing-masing.

Baru saja Damian masuk kedalam kamar, suara notifikasi dari ponselnya membuatnya merogoh benda pipih itu dari dalam saku celana.

Pharita Stephanie
Aku kecelakaan

Hanya dua kata sukses membuat Damian segera menelpon nomor perempuan itu. Dengan tergesa-gesa Damian meraih kunci mobilnya yang sempat ia letakan diatas meja dan melangkah keluar dari rumah menuruni tangga.

"Tunggu saya disana." ujar Damian memutus sambungan telpon dan masuk kedalam mobil untuk menjemput Pharita.

🍑🍑🍑

Mobil hitam Damian melaju kencang dijalan raya, sesekali Damian melirik ponselnya. Ia memelankan laju mobilnya ketika sudah hampir tiba di lokasi, ia melihat dengan jelas kerumunan orang dan mobil Raize putih yang di kendarai Pharita tadi pagi kini hancur sebelah kanan sudah dinaikan keatas mobil derek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simpanan DospemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang