"Kerjaan si Tami emang," gerutu Nadia yang terhimpit di tengah-tengah boncengan.
Di belakangnya Risti menenangkan dengan tepukan-tepukan lembut di bahu. Sementara itu, si pelaku yang sedang mengemudikan motor malah terkekeh girang.
"Asli deh nanti gak akan nyesel. Aku baca-baca di blog yang suka review makanan, katanya kue pancong di sana tuh beda. Topingnya bisa milih. Mantap gak tuh?" cerocos Tami penuh semangat.
Nadia langsung menjawab 'enggak' dengan nada ketus, sedangkan Risti justru tertawa geli.
Sudah bukan hal aneh memang, Tami mengajak kedua sahabatnya ke tempat random. Dadakan. Kadang pulang kuliah tiba-tiba pergi ke antah berantah.
Kali ini tempat tujuan Tami adalah penjual kue pancong pinggir jalan yang sedang viral. Konon antriannya sampai tumpah-tumpah. Jadi, meskipun jaraknya lumayan jauh dan mereka habis ada acara kampus, tetap dikejar.
"Mana sih Indomart-nya? Katanya persis di seberang Indomart. Di pelataran toko elektronik gitu." Tami bersuara lagi sambil celingukan. Laju motor Supra yang dia kendarai pun melambat.
"Ndak ada Indomart sih dari tadi. Oh, itu di depan. Dikit lagi," jawab Risti kalem. Namun sedetik kemudian dia langsung heboh sendiri. "Eh, eh, Tam, stop, stop. Itu liat ada nenek-nenek ditabrak. Di sana!"
Rem berdecit dadakan. Risti nyaris terjungkal kalau saja tidak berpegangan pada palang besi di belakang boncengan. Dahi Nadia bahkan berbenturan dengan kepala belakang Tami yang pakai helm. Namun, tidak ada yang saling menyalahkan. Motor diparkirkan asal. Ketiganya lalu berlarian ke lokasi yang tadi Risti tunjukkan. Hanya lima puluh meter di depan sana, seorang nenek baru saja diserempet oleh mobil tidak bertanggung jawab hingga tubuhnya terjungkal ke aspal.
"Ibu, Ibu gak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Tami yang paling dulu sampai. Uluran tangannya langsung disambut oleh si nenek yang susah payah berusaha berdiri.
"Ke pinggir dulu mendingan." Nadia ikut memapah tubuh renta si nenek agar menepi ke pelataran Indomart.
Dengan gesit Risti berinisiatif membelikan minuman ke dalam.
"Gak apa-apa, Neng. Untungnya tadi mobilnya lagi gak ngebut," jawab si nenek. Punggungnya sedikit bungkuk meski sudah coba menegak. Kulit berlekuk keriput serasi dengan rambut tipis kelabu. Usianya mungkin sudah lebih dari tujuh puluh tahunan.
"Beneran gak ada yang luka, lecet-lecet, atau kerasa sakit?" Tami memeriksa bagian-bagian tubuh si nenek dengan cermat. Secara kasat mata memang tidak ada luka terbuka. Hanya ada baretan tipis di siku kanan.
"Gak ada, Neng."
"Perlu pake Betadine kayaknya, Bu."
"Ah, gak usah. Cuma baret gini aja."
Sementara Tami sedang memastikan ulang, Nadia justru mengedarkan pandangan ke sekitar. Banyak orang berlalu lalang. Kursi-kursi besi Indomart terisi sebagian oleh anak muda nongkrong. Bahkan di seberang sana lapak kue pancong yang Tami maksud sedang ramai oleh pembeli. Namun, tidak ada orang selain mereka bertiga yang nampak peduli dengan kejadian tadi.
"RIP empati," desis Nadia pelan sekali.
Risti yang baru keluar dari Indomart berlari-lari kecil. Disodorkannya botol air mineral yang segelnya baru dibuka itu pada si nenek. "Minum dulu, Bu. Monggo."
"Makasih ya Neng geulis semua." Si nenek menerima air mineral sambil tersenyum lebar. Deretan gusinya yang ompong mengintip terang-terangan. "Cuma kalian yang peduli sama Enin. Yang nolongin Enin. Semoga kebaikan Neng geulis semua dibalas sama Tuhan."
"Amiiin," jawab ketiga mahasiswi semester dua itu kompak.
Karena si nenek menolak diantar, mereka akhirnya hanya bisa memperhatikan tubuh renta itu pergi. Langkah yang pelan-pelan membuat si nenek butuh waktu lama hilang dari pandangan mata.
"Eh, motormu loh, Tam. Posisinya ngalangi pejalan kaki," tegur Risti sambil menunjuk ke arah trotoar di belakang.
Tami dan Nadia spontan menoleh ke arah itu. Lantas saat pandangan mereka bertiga kembali ke depan, si nenek tadi sudah lenyap. Padahal hanya selang satu detik, tidak ada belokan, dan langkah si nenek juga super lambat.
"Lho, kok?" Nadia menunjuk ke titik dimana si nenek menghilang.
"Lho, iya. Kemana to si Ibu."
"Kayak punya ilmu meringankan tubuh aja gak sih."
Tami, Nadia, dan Risti otomatis saling berpandangan.
TAMAT
**********
Bentar mau terharu dulu di pojokan 🥺🥺🥺
Akhirnya tamat gaesss.
Aduh. Cerita ini bener-bener fenomenal buatku karena ditulis paling lama dan melewati momen-momen penting dalam hidupku juga.
Terima kasih ya buat kalian yang udah baca, vote, komen ....Gaes, akhir kata dapet salam dari Tami, Nadia, dan Risti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Happily Ever After [✓]
ChickLitTiga sahabat. Tiga masalah. Tiga rahasia. Apa yang dibagi belum tentu selalu merupakan apa yang terjadi. Melalui sebuah kejadian di luar nalar, mereka diizinkan mencicipi mimpi yang tidak pernah dimiliki. __________ Start: 22 Feb 2023 End: 10 Okt 20...