Senin. Akhir bulan. Perfect combo.
Sejak pagi Nadia disibukkan oleh dokumen-dokumen yang harus disupervisi. AP-payment, AR-collection, company budgeting, cashflow report, treasury report, dan masih banyak lagi. Semua itu dilahapnya penuh ketelitian nyaris tanpa jeda.
Perusahaan baru sama dengan adaptasi. Tanggung jawab Nadia terasa semakin berat karena posisi manager finance yang kini diisinya sempat kosong selama satu tahun ke belakang. Perusahaan sulit menemukan SDM yang qualified, katanya. Namun imbasnya, banyak pencatatan yang jadi kacau balau. Alamat bakal cuci piring.
Ting.
Denting khas yang sejak tadi diabaikan kini menarik perhatian. Masih dengan mata yang sesekali mencuri lirik ke layar komputer, Nadia pun meraba-raba tumpukkan map. Ponselnya ternyata menyelip di paling bawah. Pop up pesan dari Ariya, suaminya, langsung mengintip melalui layar yang menyala.
Ariyasena Hermawan
Aku bikin beef cordon blue buat dinner.
Nanti panasin di microwafe aja ya kalau aku belum balik.Sip.
Thanks.
Ada jadwal ngelatih?Ariyasena Hermawan
Yes. Di GOR Wijaya.
Anak2 SMP sih.
Jam 9 juga mungkin udah beres.Oke
Tapi kayaknya jam segitu aku belom sampe rumahAriyasena Hermawan
Lembur akhir bulan?
Aku jemput yaNo
Gak usahBagi perempuan lain, tawaran Ariya tadi pasti terlihat manis. Namun bagi Nadia justru kurang efektif. Kalaupun nanti dia sudah tidak kuat mengemudi, mending pulang pakai transportasi umum atau taksi online saja. Win-win solution. Lebih praktis.
Jangan sampai kejadian dua minggu lalu terulang lagi. Ariya bersikeras menjemput padahal dalam kondisi fisik lelah habis melatih badminton. Suaminya itu pun memaksakan diri menyetir Bogor Tengah-Jakarta Utara-Sentul. Sementara mobil Nadia jadinya harus menginap semalam di parkiran.
"Siang, Bu. Mau tambah air?" Ketukan pelan disusul pintu kaca ruangan kerjanya yang terbuka membuat Nadia mengangkat wajah. Seorang office girl berperawakan mungil mengangguk sopan.
Secara refleks, Nadia pun melirik jam di komputer yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Botol minum satu liter miliknya nyaris habis dan harus diisi ulang.
"Sama saya sendiri aja, Mbak Ning. Makasih ya."
"Oh, baik, Bu. Mari."
Hitung-hitung meregangkan otot yang sejak tadi tegang, Nadia bergegas keluar ruangan. Langkahnya terayun melewati kubikel-kubikel yang tertata presisi. Beberapa staff yang menyadari kehadirannya langsung menyapa dengan anggukan sopan, sapaan basa-basi, atau sekadar senyum karir.
Head quarter yang terletak di salah satu tower ini memang menganut konsep open space. Hanya manager ke atas yang punya ruangan khusus. Supervisor, senior staff dan junior staff bekerja di kubikel-kubikel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Happily Ever After [✓]
ChickLitTiga sahabat. Tiga masalah. Tiga rahasia. Apa yang dibagi belum tentu selalu merupakan apa yang terjadi. Melalui sebuah kejadian di luar nalar, mereka diizinkan mencicipi mimpi yang tidak pernah dimiliki. __________ Start: 22 Feb 2023 End: 10 Okt 20...