Behind The Scene 12: New Life 1 (Tami)

396 34 2
                                    

Alih-alih tidur lagi seperti yang Ibuk suruh, Tami justru duduk linglung di atas kasur. Matanya mengerjap-ngerjap bingung. Sesekali tangannya refleks menggaruk kepala. Kadang juga mencubit-cubiti lengan sendiri. Ternyata rasanya sakit. Itu berarti semua ini sama sekali bukan cuma mimpi.

Untuk kesekian kalinya, Tami lantas mendekati kaca panjang yang menempel di lemari jati. Diamatinya pantulan di sana dengan saksama. Tubuh semampai proporsional, rambut panjang tebal bergelombang, dan wajah berbentuk hati dengan struktur manis. Semua itu jelas bukan miliknya. Melainkan figur yang menggambarkan Risti secara keseluruhan.

Tami pun menggeleng tak habis pikir. Semua ini sungguh tidak masuk akal. Tukar jiwa hanya pernah ditemuinya di Drama Korea.

Namun, mau percaya ataupun tidak, sekarang dia mengalaminya sendiri. Entah kenapa, kapan dan seperti apa prosesnya. Entah siapa juga sosok yang menggantikannya di sana. Pokoknya yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara agar segera kembali menjadi Cyntia Utami lagi.

Jika dia di sini, alias di tubuh Risti, maka siapa yang akan merawat suami dan keempat anaknya? Apakah ada Tami yang lain di sana ada? Ataukah justru sosok Tami menghilang?

Bayangan Fina yang sedang sakit dan Fio yang sedang rewel terus mengganggu pikirannya.

Handphone.

Setelah sempat bolak-balik mencari, Tami akhirnya menemukan ponsel Risti terselip di bawah bantal. Nomor atas nama 'Jeng Tami' diteleponnya paling dulu. Akan tetapi, nada tunggu senyap panjang membuatnya tertegun. Seperti ... tanda-tanda nomor yang diblokir. Padahal seingat Tami, dia tidak pernah melakukannya sekali pun.

Kok bisa?

Enggan menyerah, Tami pun segera menghubungi nomor Frans. Namun, nada senyap yang sama membuat keningnya makin berkerut dalam. Apalagi ketika nomor Nadia dan Ariya juga tidak bisa dihubungi.

"Aneh banget." Tami (dalam sosok Risti) bermonolog sambil mengacak-acak rambut. "Oh, Mas Tio kali ya? Kali aja Risti yang asli ternyata ada di rumah sana," gumamnya lagi.

Berbeda dengan tadi, kali ini Tami beralih pada aplikasi Whatsapp dulu. Pesan masuk dari Tio yang belum sempat dibuka tanpa sengaja malah terbaca.

Sorry br reply.
Hpku ketinggalan di mobil tadi.
Bawah alis Gavin dijahit dikit.
Untungnya bukan pas kelopak.
Tapi besok cek lagi ke dokter mata sih buat screening semuanya.
Km kok gak ada di rumah?
Nginep di Ibuk?
Pulang ya, ngobrol langsung lbh enak.

Lalu di atasnya, ada deretan pesan Risti dengan ketikan yang nampak frustasi.

Mas gimana Gavin? Bagian apanya yang luka?

Mas kalau udah gak hectic kabarin aku.

Ke RS mana Gavin dibawanya Mas? Aku nyusul ya.

Mas, maaf. Aku bener-bener gak sengaja ninggalin Gavin buat angkat telepon sebentar.
Kamu pasti kecewa ya sama aku?
Marah sama aku sampe tlpn aku g diangkat, chat aku gak dibales2?
Aku bener2 sayang ke Gavin, Mas.
Aku gada maksud jahatin dia.

Behind Happily Ever After [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang