Dentingan lonceng di atas pintu masuk, aroma harum berbagai kue dan roti-rotian, serta alunan musik bernada lembut, kompak menyambut kedatangan Tami begitu sampai di Sweet Bites. Kepalanya pun menggeleng kecil diiringi dengan dengkusan tawa tanpa suara. Sungguh di luar nalar, karena kedatangannya kini adalah sebagai ibu owner. Alias Ristia Asmarani.
Omong-omong, kehadiran Tami bukan tanpa alasan. Dia sebenarnya sempat meminta saldo Gopay pada Tio untuk ongkos pulang, tapi hal aneh lagi-lagi terjadi. Setelah lebih dari lima kali putaran, pengemudi ojek online tidak juga menemukan alamat rumah Tami. Sampai akhirnya si bapak kesal dan meminta Tami turun di pinggir jalan. Lebih apesnya lagi, sisa saldo Gopay tiba-tiba tersedot habis tanpa alasan.
Untunglah lokasi itu cukup dekat dengan Sweet Bites dan bisa dijangkau dengan jalan kaki. Tami pun memutuskan mampir ke sana untuk sekadar pinjam uang kas.
Keputusan itu dirasa tepat sampai ketika perkara ganjil menyambutnya begitu sampai.
"Nah, Bu Risti datang." Seorang karyawan berpapan nama Alia melongok dari balik salah satu rak. Langkahnya berderap cepat. Sementara raut wajahnya menyiratkan kecemasan sekaligus kelegaan.
"Ah, iya. Saya datang." Tami (dalam tubuh Risti) memamerkan cengiran kaku.
Sekilas diliriknya suasana bakery yang cukup ramai. Mayoritas customer berlalu-lalang di balik rak-rak yang memajang roti. Keranjang kecil yang mereka bawa rata-rata penuh. Beberapa sedang antre di depan meja kasir. Sementara meja-meja bundar dengan sofa warna-warni itu nampak terisi.
Salah satu meja dekat jendela di sudut utara kemudian menarik perhatian Tami. Tempat itu selalu jadi pilihan Na-Ri-Ta jika mereka sedang kumpul. Strategis. Spot di sisi kirinya paling luas hingga bisa menaruh baby chair dan stroller. Dari jendela besarnya juga pemandangan taman terlihat jelas. Friska dan Fina jadi bisa terpantau jika mereka sedang bermain-main di sana.
Omong-omong, bukannya Na-Ri-Ta akan merayakan anniversary di Sweet Bites? Eh, tiga hari lagi, dong!
"Bu, Bu, Bu, itu Mega sama Teh Ela lagi berantem." Bisikan Alia yang bernada panik seketika merebut kembali perhatian Tami.
Dia pun menoleh dengan kerjapan bingung. "Hah? Siapa yang berantem? Mega ... Teh Ela ... karyawan sini?"
"Ya masa karyawan Indomart seberang numpang berantem di sini, Ibuuu." Alia menggeleng-geleng gemas.
"Tunggu, tunggu. Jelasin dulu masalahnya apa. Jadi saya paham. Dari awal. Jangan ada yang kelewat. Belakangan ini saya lagi pelupa."
"Itu loh ... dua hari lalu setelah Ibu periksain semua pembukuan dan rekening, katanya kan ada yang aneh. Nah, yang hubungan sama uang tuh dua orang. Teh Ela kasir, Mega keuangan sama pembukuan. Barusan pas Teh Ela abis dari toilet, dia liat Mega pake Iphone baru. Teh Ela langsung nyeletuk gitu. Katanya Mega hedon mulu. Duit dari mana? Jangan-jangan nilep uang kas. Gitu."
"Terus, terus?"
"Mega gak terima. Langsung nyolot. Adu mulut lah mereka sampe sekarang."
"Tapi meja kasir ada yang jaga?"
"Ada. Itu si Ima tadi dititip bentar. Pisahin, Bu. Takut jambak-jambakan."
Tami (dalam sosok Risti) menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Mengurus sumber daya manusia selain keluarga baginya merupakan hal baru. Tolong catat. Cyntia Utami hanya pernah bekerja sebagai admin pabrik selama setahun. Waktu itu pekerjaannya adem-ayem dengan job desk sederhana. Sementara Lumpia Cocol Mak Rempong pun skala usahanya masih kecil dan relatif baru hingga tidak pakai karyawan.
Jadi, orang-orang ini harus diapakan?
Jujur saja Tami paling malas kalau sudah ada perselisihan ini dan itu. Sedangkan hidup Risti ternyata penuh dengan drama. Sinetron saja kalah saing. Aduh! Rempong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Happily Ever After [✓]
Literatura FemininaTiga sahabat. Tiga masalah. Tiga rahasia. Apa yang dibagi belum tentu selalu merupakan apa yang terjadi. Melalui sebuah kejadian di luar nalar, mereka diizinkan mencicipi mimpi yang tidak pernah dimiliki. __________ Start: 22 Feb 2023 End: 10 Okt 20...