Nadia tidak punya waktu untuk berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Tangisan heboh si kembar membuatnya kelabakan. Dia bingung dimana tempat botol, termos air panas, dan susu formula disimpan. Belum lagi rengekan Fina yang mengompol. Ditambah Friska yang ikut bangun dan protes karena katanya kasur bau pesing. Sementara Frans malah meringkuk pulas seperti newborn.
Gila apa!
"Frans! Frans! Bangun, dong! Ini botol susu dkk. disimpen di mana, sih? Itu si kembar udah nangis." Nadia (dalam sosok Tami) menggoyang-goyangkan tubuh Frans dengan agak brutal.
Orangnya lantas melenguh pelan. "Apaan? Biasanya juga bisa sendiri," gerutunya sambil menguap lebar.
"Are you crazy?! Bikin anak aja berdua, masa ngurusnya cuma sendiri!" Nadia (dalam sosok Tami) membelalak. Dia lalu menggeleng tak habis pikir.
Kok bisa sih si Tami dapet laki macem gini?
Sementara itu Frans sontak berjengit. Matanya memindai sosok sang istri dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Kamu ... aneh," gumamnya sambil menggeleng kecil. Sekian detik kemudian barulah dia beranjak meski malas-malasan.
Nadia (dalam sosok Tami) hanya berdecak gemas. Dia lantas mencolek lengan Friska yang nampak masih linglung. "Kak, coba dong bantu juga. Cebokin Fina gih. Terus diganti tuh baju sama celananya. Onty kan mau bikinin susu dulu buat Fio sama Flo. Ya?" bujuknya.
"Onty siapa, Mama?" tanya Friska disertai kerjapan bingung.
"Bukan siapa-siapa, kok. Salah ngomong." Daripada urusan jadi panjang. Masalahnya sekarang situasi sedang genting.
"Oh gituuu ...."
"Iya. Ayo, Kak, bantuin. Yuk."
Pada saat itu Frans datang membawa termos. Dia lalu menunjuk meja di pojok kanan ruangan.
"Apaan?" Nadia (dalam sosok Tami) mengangkat dagu.
"Botol sama susu. Kan kamu yang selalu siapin di sana. Masa lupa."
"Oh. Okay."
"Hm."
Untung saja Nadia pernah dititipi si kembar belum lama ini. Dia masih hapal takaran susu mereka dan bagaimana cara membuatnya. Namun ternyata, perbedaan suasana punya pengaruh besar. Kondusif versus super ricuh.
"Mamaaa ... pengen ee ...." Suara rengekan Fina terus bersahutan dengan tangis si kembar.
Nadia bukan orang yang mudah panik, tapi kali ini jempolnya tersiram air panas. "Shit!" makinya refleks sambil mengibas-ngibaskan jari yang terasa melepuh. Sesendok susu formula lalu tersenggol dan serbuknya mengotori kaki.
"Mama kok ngomong jorok," protes Friska dengan wajah polos.
Frans langsung melotot. Mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu tapi batal. Hal itu berganti dengan embusan napas panjang.
Oh, Godness! Keceplosan.
"Itu maksudnya ... sip. Sip. Sip. Sip." Nadia (dalam sosok Tami) mengacungkan kedua jempol seraya memamerkan cengiran kaku. Jika bercermin, dia yakin ekspresinya kini lebih mirip dengan kerbau betina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Happily Ever After [✓]
ChickLitTiga sahabat. Tiga masalah. Tiga rahasia. Apa yang dibagi belum tentu selalu merupakan apa yang terjadi. Melalui sebuah kejadian di luar nalar, mereka diizinkan mencicipi mimpi yang tidak pernah dimiliki. __________ Start: 22 Feb 2023 End: 10 Okt 20...