Behind The Scene 17 : Masih Terjebak?

231 33 0
                                    

Suasana hening dan temaram menyambut Risti begitu kelopak matanya terbuka. Dia pun mengerjap-ngerjap guna menyesuaikan penglihatan dengan intensitas cahaya. Begitu menyadari kalau kamar ini asing, barulah napasnya tertahan sesaat.

Dimana ini?

Jangan bilang kalau Risti berpindah raga lagi lalu kembali terjebak di kehidupan orang lain.

Duh Gusti. Piye iki?

Meski kepalanya terasa agak pening, Risti lantas memaksakan diri untuk beringsut duduk. Waktu ternyata baru menunjukkan pukul empat dini hari. Garis cahaya dari luar mengintip lewat celah gorden. Embusan sejuk AC membelai tubuhnya yang sebagian masih terbungkus selimut. Sementara itu karpet bawah dialasi lagi bed cover dengan banyak bantal. Lekukan kusutnya menampakan bekas pakai.

Dan kalau diperhatikan baik-baik ... ada suara gemericik dari kamar mandi!

Karena tidak siap menghadapi siapa yang akan keluar dari sana, Risti buru-buru bangkit berdiri. Dia sempat mencari-cari cermin tapi tidak ada. Akhirnya, setengah mengendap-endap, dibukanya pintu kamar yang langsung menyuguhkan ruang tengah minim perabotan. Ada pagar pembatas terhubung dengan tangga, menandakan bahwa posisinya kini berada di lantai dua.

Sungguh clueless. Rumah siapa sebenarnya ini?

Risti mengusap wajah dengan kasar. Bulir-bulir air mulai merembes dari sudut mata yang terasa panas. Dadanya kini sesak oleh rasa bingung dan kecewa. Karena ... kenapa sih hidup seolah terus mempermainkannya seperti boneka?

Risti pun berjongkok dengan lengan dilipat menutupi wajah. Isakan kecilnya lolos hingga bahunya bergetar turun naik.

"Disini ternyata. Lho, hei, kenapa?" Sentuhan pelan di bahu kemudian membuat Risti melonjak kaget.

Dalam sekali sentak dia langsung berdiri dan membalikkan tubuh. Jeritannya yang siap terlontar lalu tertelan kembali, saat menyadari siapa sosok yang ada di belakangnya itu.

Ini ... bukan halusinasi, kan?

"Mas Tio?" cicit Risti ragu. "Ini beneran kamu, kan, Mas?"

"Ya iyalah, Sayang. Masa manusia serigala." Tio malah terkekeh sendiri atas guyonannya yang bapack-bapack abis.

"Maksud aku ... ini beneran aku udah di sini? Eh, maksudnya ... ini dimana?"

"Rumah Mama."

"Kok bisa?"

Tio mengeryit. "Masa kamu lupa? Apa masih lingung karena bangun tidur? Tadi malem kan kita syukuran rumah ini karena renovasinya udah beres. Terus karena terlalu malem, Mama bilang nginep aja."

Oh. Begitu.

Jadi artinya, Risti benar-benar sudah kembali ke kehidupan aslinya, kan?

Masih takut kalau ini semua hanya fatamorgana, Risti sampai mencubit-cubit lengan sendiri. Dia baru percaya ketika rasa sakit terasa nyata. Detik itulah kelegaannya banjir sampai bikin kaki lemas. Akhirnyaaa ....

"Mas, aku seneng banget," gumam Risti dengan air mata haru yang meleleh lagi.

"Karena? Mama udah ngajakin nginep? Ya ampun. Saking terharunya sampe nangis gini istri aku." Tio mengusap lembut kedua pipi Risti yang basah menggunakan jempolnya.

"Salah satunya itu. Tapi ada yang lain juga."

"Apa?"

"Aku bingung mulai dari mana. Yang jelas ada banyak banget yang mau aku ceritain. Selama ini aku kurang terbuka sama kamu, Mas."

Behind Happily Ever After [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang