Behind The Scene 13 : New Life 2 (Tami)

275 37 0
                                    

Haiii~~~
Selamat Idul Fitri buat teman-teman semua yg merayakan.
Minal Aidzin yaaaa
Mohon maaf lahir dan batin ☺️

***

Motor yang dikendarai Robi melambat saat akan melewati palang otomatis. Sebelum menekan tombol di mesin parkir, dia lantas menoleh sebentar.

"Mbak, nanti bagi goceng ya?" pintanya dari balik helm.

Tami (dalam sosok Risti) mengangguk cepat. "Oke."

"Ini Mbak mau diturunin  di lobi depan apa samping? Aku mau langsung jalan soalnya."

"Loh? Terus gocengnya buat apa? Bukannya buat parkir?"

"Bukan. Buat beli es potong. Tadi di depan ada yang jual."

Badan aja bongsor, tapi kelakuan kayak bocah. Tami pun tertawa geli dalam hati. "Lobi depan aja kalo gitu."

Begitu motor berhenti, dirogohnya dompet milik Risti dari dalam tas. Satu-satunya lembaran di sana pun dikepalkan ke genggaman Robi. Biar uang Risti habis sekalian. "Nih."

"Suwun."

"Rob ...," panggil Tami (dalam sosok Risti) seraya turun dari motor. Dia lantas berdiri gamang.

"Ya?"

"Hmmm ... percaya gak kalau aku ini bukan mbakmu?"

Kalimat itu membuat Robi menelengkan kepala. Alisnya bahkan nyaris bertautan. "Maksudnya, kita bukan saudara kandung? Ibuk pernah nikah sebelum sama Bapak terus punya anak Mbak Restu dan Mbak Risti? Atau ... aku yang anak pungut?"

"Eh, bukan gitu!" Tami menggeleng panik. Kedua tangannya sampai menyilang di depan dada. "Kalian bertiga saudara kandung, kok. Maksudnya tuh gini ... coba liat aku deh Rob. Ada yang beda gak?"

Robi mengamati sosok di hadapannya sekilas. Dia lantas menggeleng cepat.

"Masa? Coba liat sekali lagi."

"Oh, itu di gigi taring Mbak ada nyelip cabe."

"Ish, ya ampun!" Tami (dalam sosok Risti) refleks menutup mulut. Ah, urusan cabe biar nanti saja. "Tapi, tapi, bukan itu sih maksudku. Tau Tami, kan, Rob? Sobat mbakmu yang sering ke rumah itu?"

Robi mengangguk.

"Nah, aku ini Tami, bukan Risti. Gak tau gimana ceritanya, yang jelas pas bangun, aku udah ada di badannya Risti. Singkatnya gitu."

"Gawat!" Di luar dugaan, Robi justru menepuk jidat. "Mbak udah seperguruan sama Ibuk pasti nontonin sinetron."

"Aku serius lho ini."

"Udah, ah. Aku telat, Mbak. Ngobrolin filmnya nanti aja ya. Pamit dulu."

Tanpa menunggu jawaban, motor Robi kemudian melesat pergi. Meninggalkan sang kakak yang melongo kebingungan.

Harus pada siapa lagi Tami berbagi fakta? Pada Tio? Rasanya tidak mungkin mengingat hubungannya dengan Risti sedang terjalin pelik.

Kegalauan itu terputus ketika ponsel di dalam tas Risti bergetar-getar. Ada pesan dari Tio yang ternyata sudah menunggu di dalam sana.

Mas Tio
Udah nyampe?

Risti
Baru aja.
Ini mau naik sekarang

Berbekal informasi dari security, Tami (dalam tubuh Risti) pun menggunakan lift di sayap kanan. Keberadaan dua balita di lift yang sama, membuatnya mendadak teringat pada anak-anak di rumah. Bagaimana kabar Friska, Fina, Flo, dan Fio? Apakah mereka baik-baik saja tanpanya?

Behind Happily Ever After [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang