Jam biologis di tubuh Tami membuatnya selalu terbangun minimal dua jam sekali. Seperti sudah ada alarm otomatis yang mengusiknya meski sedang tidur lelap. Hal itu terjadi setiap dia sedang dalam fase menyusui.
Hanya saja, lilir kali ini beda. Kepala Tami berat. Kelopak matanya tebal dan pedih. Semua tanda menjurus pada ciri-ciri orang yang habis menangis sebelum tidur. Padahal seingat Tami, tadi malam dia hanya overthinking, tidak sampai menitikkan air mata lagi.
Selain itu, kasur yang Tami tiduri sekarang terasa luas, empuk, dan adem. Sejak tadi dia bahkan tidak menyenggol tangan atau kaki Frans seperti biasa. Apakah diam-diam Frans memindahkannya ke kasur? Akan tetapi kalaupun iya, harusnya di sana kan ada Friska dan Fina ....
Setelah berhasil membuka matanya yang terasa bengkak, Tami mengedarkan pandangan. Kamar dengan perabotan serba kayu membuat dahinya langsung mengernyit dalam. Ini jelas bukan kamarnya, tapi juga terasa tidak asing. Tami ingat betul, di depan kaca lemari jati itu, dia, Risti, dan Nadia yang masih muda pernah belajar make-up make-up-an. Di atas karpet bulu berwarna coklat muda itu, mereka bertiga pernah maskeran bareng.
Ya, ini kamar Risti. Lebih tepatnya, di rumah Ibuk. Namun, kenapa Tami ujug-ujug menginap di sini?
Tami pun mengucek-ucek mata sambil memeras ingatan. Tadi malam dia sempat membalur tubuh Fina dan Fio dengan minyak Kutus-kutus. Fio lalu rewel dan minta terus digendong hingga Tami baru bisa tidur lewat tengah malam. Rasanya ... tidak mungkin dia sleep walking lalu berkunjung ke rumah ibunya Risti setelah itu.
"Aneh ...," gumam Tami sembari turun dari tempat tidur. Dibukanya pintu kamar lantas celingukan.
Ruang tengah gelap. Lampunya dimatikan. Pada saat itu, bayangan sesosok perempuan berambut putih yang berkelebat membuat Tami nyaris menjerit.
"Nduk, nglilir, to? Turu maneh yo. Isih wengi," sapa sosok itu dalam nada Jawa yang kental.
Tami bengong selama sekian detik karena tidak begitu paham. Ketika sosok itu mendekat, barulah dia menegakkan tubuh. Ternyata ibunya Risti.
"Buk, sehat? Maaf ya Tami jarang mampir. Repot sama anak-anak." Buru-buru diraihnya tangan Ibuk untuk dicium.
Namun, sekarang malah giliran Ibuk yang bengong.
"Lhooo ngelindur tah, Nduk? Omonganmu ngelantur." Ibuk tertawa.
"Ristinya mana, Buk? Oh, di rumah Mas Tio ya?"
Alih-alih menjawab, Ibuk justru membimbing Tami kembali ke kamar. "Ngaco. Risti mana, yo sampeyan iku sopo? Kan Risti. Anak Ibuk. Wis yo, turu maneh. Apa perlu tak kancani turu?" tawarnya lagi.
Tami menggaruk kepala yang tidak gatal. Semua kebingungannya kemudian terjawab saat tanpa sengaja melihat pantulan diri pada cermin. Di sana tidak ada Cyntia Utami. Yang ada adalah Ristia Asmarani.
Itu artinya ....
***
Tidur berkualitas Nadia terganggu oleh suara berisik dua anak kucing yang saling bersahutan.
Padahal matanya masih lengket. Tubuh letihnya menjerit minta lanjut tidur. Lagi pula sekarang pasti masih dini hari. Alarm yang biasa disetel setiap pukul enam pagi pun belum ada tanda-tanda akan berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Happily Ever After [✓]
ChickLitTiga sahabat. Tiga masalah. Tiga rahasia. Apa yang dibagi belum tentu selalu merupakan apa yang terjadi. Melalui sebuah kejadian di luar nalar, mereka diizinkan mencicipi mimpi yang tidak pernah dimiliki. __________ Start: 22 Feb 2023 End: 10 Okt 20...