Sudah tiga hari berlalu sejak permintaanya Revan tolak, tapi Rena tak berhenti untuk membujuk suaminya itu. Rena tak akan menyerah sebelum Revan mewujudkan keinginannya.
Selama tiga hari itu juga Revan sudah mencoba mengalihkan pikiran Rena, mencoba membujuk dengan hal-hal lain yang Rena sukai. Akan tetapi, istrinya itu tetap pada permintaan awalnya. Menginginkan perut bundarnya dielus oleh Radi, mantan suaminya.
Apapun itu yang masuk akal pasti bisa Revan usahakan kecuali yang satu itu. Setiap memikirkan ada tangan lain yang menyentuh istrinya membuat dada Revab rasanya terbakar. Rasanya sangat tidak rela ia membiarkan perut istri hamilnya dielus oleh pria lain.
Seperti dua hari kemarin, Rena kembali mencoba untuk membujuk sang suami. Kini ia berdiri di samping Revan yang sedang membuatkan susu untuk Lea dan juga susu ibu hamil untuknya. Sejak tadi Rena tak berhenti mengekori kemanapun suaminya itu pergi.
"Mas.." Rena merengek sambil menggoyangkan tangan Revan cukup kencang.
"Diem dulu, Re. Ini susunya tumpah" ucap Revan, serbuk susu yang sedang ia tuangkan ke dalam botol Lea tumpah karena Rena tak bisa diam terus merecokinya.
"Ayolah, Mas. Sekali aja, sebentar doang, kok" pinta Rena. Andaikan Revan tidak memberi ancaman, Rena pasti akan diam-diam menemui Radi. Tapi, suaminya itu mengancam jika dirinya berani menemui Radi tanpa sepengetahuannya, tidak ada lagi pijatan untuk malam hari. Rena tidak bisa tanpa itu, tidurnya tidak akan nyenyak tanpa pijatan tangan suaminya.
"Enggak, Renata" ucap Revan, lebih tegas. Jika Revan sudah memanggil nama lengkap sang istri artinya pria itu sedang benar-benar merasakan amarah. Bagaimana tidsk marah, mana mungkin Revan rela disentuh oleh pria lain. Apalagi pria yang dulunya sempat menjadi suami dari istrinya itu.
"Tapi, ini kemauan anak kamu, Mas""Kan bisa dielus-elus sama aku" ucap Revan, mencoba menyentuh perut Rena tapi istrinya itu menyentak tangannya menjauh.
"Bosen"
Revan sampai harus mengacak rambutnya frustasi, permintan Rena kali ini sangat sulit ia kabulkan. Ia benar-benar tidak rela istrinya itu disentuh oleh pria lain.
"Radi lagi tugas!"
"Aku udah tanya, Mas Radi bilang besok atau lusa dia pulang" balas Rena, ia membuka ponselnya menunjukan pesan dari Radi ketika ia menanyakan jadwal libur pria itu.
"Mas..." Rena yang kesal karena permintaanya tak juga Revan kabulkan mulai menangis. Ia tak memperdulikan kehadiran ketiga anaknya yang kini sedang berjejer menonton drama ala-ala mereka. Rena tak lagi malu menangis di depan anak-anaknya, karena semenjak hamil itu bukan pemandangan baru untuk ketiga anak itu melihat Bunda mereka menangis dan merengek.
"Turutin ajalah, Pa. Apa susahnya, sih" ucap Rayi, yang membuat Revan menatap putranya itu sengit. Semua yang ada di rumah ini termasuk para pekerja tahu jika beberapa hari terakhir ini Rena terus merengek karena ngidamnya tak kunjung Revan penuhi.
"Nanti, dimasa depan ada laki-laki lain yang elus istri kamu meskipun itu cuma perut, kamu rela?" Tanya Revan, sengit.
Bukannya Revan berlebihan, tapi suami mana yang rela istrinya disentuh oleh pria lain. Meskipun hanya perut Revan sangat tidak rela.
"Mas Radi cuma mantan suami aku, Mas!" ucap Rena, air matanya masih terus saja mengalir susah untuk ia hentikan.
"Ngelus perut doang gak bikin anak kamu lahir nanti jadi lupa bapaknya" tambah Rena, setengah kesal.
"Nangis terus aja, Bun. Papa pasti luluh" ucap Baby, yang langsung mendapat tatapan penuh peringatan dari Revan.
"Kak!" Protes Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...