"Dari mukanya aja udah keliatan brengseknya!"
Sambil berjalan memasuki rumah Rayi tak berhenti menggerutu, meski bibirnya pecah dan wajahnya babak belur ocehan yang keluar dari mulutnya mengalir sangat lancar. Itu semua Rayi lakukan untuk melampiaskan kekesalannya. Bagaimana tidak kesal jika tiba-tiba saja ada seorang pria asing yang memukulinya dengan membabi buta hingga bukan hanya wajah, tapi Rayi merasakan juga sakit dibeberapa bagian tubuhnya yang mendapat pukulan. Sedikit kasar Rayi menghempaskan tubuhnya pada sofa empuk ruang keluarga.
Meskipun tadi sempat membalas tapi Rayi tak merasa puas, andai tak dipisahkan pasti pria itu sudah ia habisi. Dan yang paling membuatnya merasa semakin kesal ia harus membatalkan rencana kencan dengan gebetan barunya. Bagaimana mungkin ia bisa pergi dengan wajah babak belur seperti ini?
"Yang brengsekkan Papamu, Ray" ucap Rena disertai kekehan pelannya yang mengundang pelototan mata Revan.
"Bun" protes Revan. Memang ia akui jika itu kenyataan tetap saja Revan tak mau Lea dan Kevan yang masih kecil mendengar kalimat itu.
"Namanya juga cowok lagi cemburu, Ray. Jangan dendam, kayanya enggak lama lagi dia bakal jadi ipar kamu" ucap Rena, sambil menyenggol pelan bahu Baby yang duduk tepat disampingnya. Menggoda putrinya itu.
"Pikir-pikir lagi deh By kalo mau deket laki modelan begitu, daripada nanti kamu sakit hati" ujar Rayi, menggebu-gebu.
"Siapa juga yang mau sama dia" balas Baby yang malah mendapat tatapan menggoda dari Papa juga Bundanya.
****
Revan keluar dari kamar mandi kemudian dengan terburu-buru ia berjalan menghampiri Rena yang tengah menyusui Kevan. Revan mendaratkan kecupan lembut di pipi putranya yang sudah tertidur tapi mulutnya masih bergerak menghisap sumber makanannya.
Revan mengambil alih tubuh Kevan, selanjutnya dengan hati-hati ia meletakan tubuh gempal putranya itu di dalam box bayinya.
Setelahnya Revan kembali menghampiri Rena kemudian ia mendekap erat tubuh Rena sembari menenggelamkan wajahnya di leher istrinya itu.
"Ih, geli, Mas" rengek Rena, mencoba menjauhkan wajah Revan dari lehernya.
"Tadi Boy samperin Papa ke rumah sakit" jelas Revan, ia bersandar pada kepala ranjang kemudian membawa tubuh Rena agar bersandar di dadanya.
"Ngapain?" Tanya Rena, penasaran.
"Minta restu sama Papa untuk serius sama Baby" jelas Revan.
Memang sudah beberapa minggu terakhir ini Boy, seorang pria muda sedang gencar mendekati Baby, putrinya. Revan sudah mengenal baik pria itu, dan Revan akui kekagumannya pada pria yang sudah berani berbicara langsung perihal keseriusannya.
"Terus gimana?" Tanya Rena.
"Papa setuju, Papa udah kenal Boy. Papa yakin Baby juga suka sama Boy, cuma dia gengsi aja akuinnya kaya kamu" ujar Revan yang mengundang seruan tak terima dari Rena. Mendengarnya Revan terkekeh pelan, dengan gemas ia meremas dua dada besar Rena membuat istrinya itu kembali berseru kesal.
"Kita coba ya Bun, semoga Boy memang yang terbaik untuk Baby" ucap Revan yang Rena balas anggukan kepala. Rena sendiri sudah diceritakan siapa Boy. Dulu saat sikap Revan masih sangat buruk kepada Baby, Boy dan keluarganyalah orang-orang yang sangat peduli kepada Baby. Meskipun belum terlalu jauh mengenal, sikap yang selama ini Boy tunjukan menandakan pria muda itu pria baik-baik.
"Makasih ya, Bun, kalo enggak ada kamu entah gimana hubungan aku dan Baby sekarang" ucap Revan, penuh ketulusan. Tangan kanannya meraih penuh kelembutan wajah Rena agar menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...