Bab 30

16.9K 791 60
                                    


Rena baru saja akan bergerak menuruti perintah Revan untuk mengambil alat pemuas yang ia simpan di dalam lemari ketika terdengar rengekan pelan dari Lea, saat Rena hampiri ternyata mata bayinya itu sudah terbuka lebar. Dengan sedikit terburu-buru Rena memakai kembali pakaiannya kemudian meraih ponsel yang tadi ia letakan di atas meja.

"Anakmu bangun, Mas" ucap Rena, mengarahkan kamera ponselnya pada wajah si kecil Lea.

Terdengar desahan lesu Revan dari seberang sana. Pria itu kini malah asik mengobrol dengan Lea yang terlihat kesenangan melihat wajah sang Papa meski hanya dari layar ponsel.

"Udah puasin sendiri aja, aku mau tidurin Lea lagi!" Ucap Rena, memutuskan sambungan telpon begitu saja.

Rena memilih menyusui Lea, matanya juga sudah mulai memberat. Sampai tak lama ponselnya bergetar pelan tanda ada pesan masuk yang ternyata setelah dilihat pesan itu dari Revan, sebuah pesan berupa foto. Saat dibuka Rena hanya bisa terkekeh pelan melihat tangan pria itu belepotan oleh cairan yang sudah bisa Rena tebak itu adalah sperma. Rena yang tak ada niatan membalas pesan tersebut memilih menyimpan kembali ponselnya.

*****

Revan mengucapkan kata-kata penyemangat pada Lea yang sedang belajar tengkurap. Suara ocehan khas bayi terdengar saat Lea sedikit kesusahan membawa tubuh montoknya untuk berbalik. Melihat wajah frustrasi Lea dan terlihat bayinya seperti akan menangis, Revan membantu dengan sedikit memberi dorongan hingga akhirnya putrinya itu berhasil tengkurap. Revan menciumi wajah putrinya itu gemas saat Lea memberikan senyum ceria kepadanya.

"Pinternya anak Papa!" Ujar Revan, membawa tubuh montok Lea duduk di atas perutnya. Revan kembali menciumi wajah putrinya itu gemas hingga tawa keras Lea kembali terdengar, tawa khas bayi yang sangat menyenangkan untuk Revan dengarkan.

Setelahnya Revan bangkit dengan membawa Lea dalam gendongannya ia berjalan menuju Rena yang ada di dapur terlihat istrinya itu sedang membuat sarapan disana. Revan melingkarkan tangan kanannya yang bebas di perut Rena, bermaksud untuk bermanja pada istrinya itu tapi malah penolakan yang ia dapat.

"Apaan sih, Mas, jauh-jauh sana!" Rena melepaskan belitan tangan Revan pada perutnya. Ia sedang memasak dan belitan tangan suaminya itu membuatnya sulit bergerak bebas.

"Pelit banget!" Ucap Revan, tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

Akhir-akhir ini Revan mudah sekali tersinggung, ia juga sering dibuat uring-uringan. Bagaimana tidak sejak Lea lahir hingga kini putrinya itu sudah hampir berusia 5 bulan ia sama sekali belum menyentuh Rena. Ada saja alasan yang Rena beri setiap ia memintanya. Dan itu semua berpengaruh pada suasana hatinya, Revan menjadi sering marah-marah tanpa sebab dan merasakan kegelisahan berlebih. Seperti sekarang ini, padahal ia hanya ingin memeluk Rena tanpa ada niat ingin lebih, tapi karena penolakan kecil yang lagi-lagi Rena buat membuat dirinya merasa kesal.

"Emosian terus, nanti cepet tua" ucap Rena.

"Emang udah tua" balas Revan, karena tak mau sampai kemarahannya membuat mereka bertengkar, Revan lebih memilih pergi membawa putrinya menuju kamar

Hari ini Revan libur, karena tak memiliki jadwal apapun seharian ini ia ingin bermanja dengan putrinya saja. Lea putrinya itu semakin hari semakin menggemaskan saja, mengetahui tumbuh kembang putrinya ternyata sangat menyenangkan. Ia menyesal karena dulu sudah melewatkan banyak fase dalam tumbuh kembang Baby. Meski waktu tak bisa diulang, Revan akan berusaha menebusnya dengan selalu memberikan semua perhatiannya pada ketiga anaknya, Rayi, Baby dan juga si kecil Lea.

Revan sedang mengajak Lea mengobrol, memancing agar putri kecilnya itu mengeluarkan suara-suara gemasnya, sampai tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat. Tanpa harus menoleh Revan bisa mengetahui jika itu pasti Rena.

"Ayo sarapan" ajak Rena tapi Revan tak menanggapinya, lebih memilih mengajak putrinya berbicara.

"Kamu marah?" Tanya Rena, dengan perlahan ia mengambil duduk di sisi kasur tak jauh dari anak dan suaminya.

"Kamu kan tau tadi aku lagi masak" ujar Rena, mencoba memberi pengertian pada suaminya yang sedang merajuk itu.

"Enggak masak aja nolak terus" ucap Revan, acuh tak acuh.

"Ya udah maaf" ucap Rena.

"Mas..."

"Ih, Mas!" Karena kesal Revan masih saja tak meresponnya, kepalan tangan Rena hinggap di bahu Revan, menunju bahu suaminya itu pelan.

"Terus kamu maunya gimana?" Tanya Rena, mengalah.

"Kamu tau sendiri aku maunya gimana" balas Revan, yang hanya Rena balas hembusan nafas pelan.

Mendengar Rena tak lagi bersuara, Revan menoleh, menatap istrinya yang terlihat diam dengan wajah tertunduk. Melihatnya tentu Revan tak tega juga. Sambil membawa Lea dalam gendongannya, Revan mendekat kemudian duduk tepat dihadapan Rena.

"Aku mau tanya serius sama kamu"

"Kenapa kamu nolak terus?" Tanya Revan, tanpa harus dijelaskan lebih jauh, Revan yakin Rena mengerti maksud pertanyaanya.

"Aku malu" cicit Rena, masih menundukan wajahnya.

"Malu kenapa?" Tanya Revan, dengan dahi mengkerut.

"Aku gendut" ujar Rena, bisa Revan lihat jika bibir istrinya itu terlihat mencebik.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Enggak perlu ada yang bilang juga kamu bisa liat sendiri kalo aku gendut, Mas!" Ucap Rena, saat hamil Lea berat tubuhnya memang naik lumayan banyak, dan kini setelah beberapa bulan melahirkan Rena tak kunjung merasakan perubahan pada dirinya. Padahal dulu saat hamil Rayi, tak lama setelah melahirkan bobot tubuhnya perlahan menyusut seperti semula.

"Kamu pernah denger aku permasalahin bentuk tubuh kamu?" Tanya Revan, tangannya terulur untuk menyentuh dagu Rena, sedikit mengangkatnya untuk melihat wajah istrinya itu lebih jelas.

"Enggakkan?" Mendengarnya Rena balas dengan gelengan kepala, Revan memang tak mempermasalahkannya tapi dirinya yang merasa kurang percaya diri.

"Aku bukan laki-laki egois, Re, aku mengerti kamu belum lama hamil dan melahirkan pasti ada bentuk tubuh kamu yang berubah"

"Tapi sejujurnya aku enggak perduli juga, liat badan kamu sekarang malah makin nafsuin" ujar Revan, tidak berbohong. Rena yang sekarang malah terlihat semakin menggiurkan untuknya.

"Mau, ya, kamu enggak kasian sama aku?" Ucap Revan, kali ini memasang tampang sememelas mungkin. Hingga akhirnya senyuman di wajah Revan terbit saat melihat anggukan kepala pelan yang istrinya berikan. Dalam hati Revan bersorak kesenangan. Akhirnya setelah sekian lama istrinya kembali luluh.

"Ya udah boleh" balas Rena, pelan.

"Tapi, Lea?" Ucap Rena, keduanya memandang Lea yang kini terlihat tertarik dengan kancing kaus yang Revan pakai. Baby dan Rayi sedang tidak ada di rumah tidak ada yang bisa dititipkan, pagi hari seperti ini ditidurkan juga sedikit sulit.

Revan menciumi putrinya itu gemas, Lea bukan masalah besar.

"Sebentar" Revan berlalu pergi keluar meninggalkan Rena yang menandang suaminya itu penuh tanya. Hingga tak lama Revan kembali tanpa Lea. Pria itu masuk ke dalam tak lupa mengunci pintunya dari dalam, kemudian dengan senyuman menggoda ia berjalan menghampiri istrinya.

"Lea mana?"

"Aku titip ke Mbak" ujar Revan membuat Rena mengangguk mengerti, ia hampir melupakan kehadiran asisten rumah tangganya itu.

"Siap?" Tanya Revan dengan senyum seringainya yang Rena sambut dengan senyuman manisnya.

*****

Sorry ya sekarang jadi jarang update.
Lagi ada sedikit masalah sama keluarga, minggu kemarin juga sempet masuk rs dan harus bedrest karena pendarahan. Tapi untungnya masih ada suami yang selalu dukung.

Minta support dan doanya ya semoga masalahnya cepet selesai dan adek bayi dalam perut juga sehat sampai lahiran nanti.

Once Upon A Time [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang