Revan keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut basahnya menggunakan sebuah handuk kecil. Ia langsung membawa langkahnya menuju kasur dimana disana sudah Rena siapkan pakaian untuknya kenakan sore ini.
Meski di dalam kamar ada Rena yang sedang menyusui Lea, Revan melepaskan handuknya hingga kini sepenuhnya ia bertelanjang bulat. Tak masalah, lagipula Rena istrinya, mereka bahkan sudah sering merasakan tubuh satu sama lain.
Setelah berpakaian dan tak lupa menjemur handuk basahnya, Revan mendekati sofa dimana Rena tengah menyusui Lea. Revan kecup tangan gempal Lea hingga putrinya yang tadi asik menyusu melepaskan sejenak hisapannya dan memberikannya sebuah senyuman manis dan menggemaskan. Mendapatkan itu rasa lelah setelah seharian tadi sibuk menangani pasiennya seketika hilang, langsung saja Revan ambil alih Lea dari gendongan Rena kemudian menciumi wajah dan tubuh gempal Lea membuat putrinya itu tertawa kesenangan.
Tak terasa putri bungsu kesayangannya ini sekarang sudah berusia 8 bulan, sudah sangat mahir merangkak kesana kemari dan terkadang membuat siapa saja yang menjaganya sangat kewalahan. Ada satu momen penting dalam hidupnya yang tak bisa Revan lupakan yaitu kata pertama yang keluar dari mulut mungil putrinya tentu saja Papa. Itu sebuah kebanggaan tersendiri untuk Revan, saking bahagianya saat pertama kali mendengarnya Revan bahkan sampai menangis haru. Mengetahui dan ikut langsung berperan dalam tumbuh kembang putrinya ternyata semenyenangkan itu.
"Kenapa handphone kamu?" Tanya Revan. Ia melirik pada ponsel yang Rena pegang yang mana terlihat jelas sekali layar ponsel itu terlihat retak sangat parah.
"Tadi dilempar anak kamu" balas Rena, mencolek hidung mungil putrinya yang terus mengocehkan kata Papa.
"Tapi masih bisa dipake kok, nanti aku service layarnya aja" tambahnya, selagi masih bisa menyala berarti masih bisa ia gunakan.
"Beli baru, handphone udah jelek begitu, mana ketinggalan jaman" ucap Revan, ponsel itu keluaran lama dan sudah Rena gunakan jauh sebelum mereka menikah.
"Diservice juga bagus lagi" tolak Rrna.
"Besok kita beli!" Putus Revan, tak ingin bantahan, karena rasanya mustahil menolak Rena hanya balas dengan anggukan kepala pelan.
*****
Sesuai ucapan Revan semalam hari ini mereka akan pergi untuk mencari handphone baru untuknya. Rena sudah berdandan rapi juga tak lupa mendandani putri kecilnya Lea.
"Ayo berangkat, Re!"
"Sebentar, aku lagi siapin barang-barang adek dulu" ucap Rena, tangannya bergerak memasukan perlengkapan yang mungkin dibutuhkan putrinya dalam sebuah tas.
"Enggak usah, adek enggak diajak" ujar Revan yang seketika membuat Rena menoleh dan menatap suaminya itu heran.
"Loh?" Rena kira mereka akan pergi bersama, Rena bahkan sudah menyuruh kedua anaknya yang lain bersiap.
"Ada Rayi sama Baby, titipin mereka aja"
"Udah lama kita enggak jalan berdua, Bun" ujar Revan, membalas wajah penuh keheranan yang Rena berikan.
"Kencan, Bun" ucap Revan dengan kerlingan matanya.
Sebenarnya Rena tak perlu ragu meninggalkan Lea bersama Baby dan Rayi karena keduanya sudah sangat mahir mengurus Lea ini juga bukan kali pertama Rena menitipkan Lea pada kedua kakaknya, tapi sebagai ibu tentu saja berat meninggalkan putri kecilnya itu meski yakin ia dan Revan juga pergi tak akan lama.
"Susu adek ada di kulkas" seperti biasa sebelum pergi Rena memberikan amanat pada Rayi dan Baby.
"Kalo sampe lewat jam makan siang Bunda belum pulang makanan adek udah Bunda siapin di slow cooker"
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...