Rena sudah bersiap untuk tidur namun saat mendapat pesan dari Revan yang mengabarkan jika suaminya itu sudah ada diperjalanan pulang menuju rumah, Rena memilih menunggu sang suami di ruang tengah.Tiga hari kemarin memang Revan pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah seminar, sebenarnya Revan bisa pulang besok pagi tapi tadi setelah acara selesai suaminya itu memilih langsung pulang dengan alasan sudah rindu rumah.
Rena menguap beberapa kali, ini memang sudah hampir tengah malam. Sebenarnya jika penerbangan tidak tertunda karena cuaca buruk seharusnya Revan sudah pulang sejak tadi.
Terdengar jika gerbang rumah diluar sana terbuka, Rena menunggu sampai suara mesin mobil Revan tak terdengar lagi barulah ia membuka kunci pintu ruang tengah yang terhubung langsung dengan garasi.
Saat pintu terbuka Rena dibuat kaget karena tanpa aba-aba tiba-tiba saka Revan memeluk tubuhnya sangat erat hingga membuat Rena sedikit kesulitan bernafas.
"Kangen banget" gumam Revan memeluk Rena erat. Sambil memejamkan mata Revan mencium aroma menyegarkan yang menguar dari rambut panjang istrinya yang tergerai bebas.
"Aku enggak bisa nafas, Mas!" Ucap Rena yang membuat Revan melepaskan belitan tangannya di tubuh Rena, kini berganti kedua tangannya merangkum wajah Rena kemudian mendaratkan kecupan diseluruh permukaan wajahnya membuat Rena mengerang kegelian.
"Kamu udah makan?" Tanya Rena, mendapat balasan berupa gelengan kepala ia langsung mengajak suaminy itu pergi ke dapur.
"Belum"
"Aku enggak nafsu makan, makanan di luar enggak seenak masakan kamu, Re" ucap Revan, lidahnya sudah terbiasa dengan berbagai masakan buatan Rena yang rasanya sudah tidak diragukan lagi. Tiga hari pergi benar-benar siksaan untuknya, selain harus berjauhan dengan anak istri kini Revan juga sulit menemukan makanan yang cocok untuk lidahnya.
Di meja makan tidak ada makanan karena setiap makan malam sisa makanan yang ada pasti selalu Rayi habiskan, putranya itu memang suka sekali makan. Maka Rena berjalan menuju kulkas, mengecek kira-kira bahan makanan apa yang bisa ia olah dengan mudah dan cepat.
"Aku buatin nasi goreng seafood mau?" Tawar Rena yang Revan balas anggukan semangat.
"Boleh"
"Ya udah bersih-bersih dulu sana" perintah Rena yang tak Revan turuti. Pria itu malah terus mengekori kemanapun Rena melangkah.
Sebenarnya Rena sudah merasa risih, apalagi ketika Revan malah memeluk tubuhnya dari belakang ketika ia sedang menyiapkan bumbu untuk membuat nasi goreng. Tapi, melihat tatapan memelas Revan, akhirnya Rena biarkan saja suaminya itu berbuat sesukanya.
Sambil Rena memasak Revan tak berhenti mengoceh menceritakan kegiatannya tiga hari kemarin meski sebenarnya Rena sudah tahu karena selama tiga hari pergi Revan sudah melaporkan semua kegiatan yang pria itu lakukan selama disana.
"Tangannya, Mas!" Tegur Rena, saat tangan Revan kini semakin berani mencoba menyentuh dadanya. Tapi, tentu saja bukan Revan jika menurut begiru saja, tangan pria itu malah semakin kencang meremas kedua dada Rena membuat Rena meringis kesakitan.
"Bunda kenapa?" Tanya sebuah suara, tiba-tiba. Rena dan Revan seketika menoleh ke sumber suara, dan diambang pintu terlihat Rayi berdiri menjulang memperhatikan mereka.
Sadar dengan posisinya saat ini, Rena dengan segera mendorong tubuh Revan menjauh tak lupa melepaskan dua dadanya dari remasan tangan suaminya itu. Tadi Rayi pasti melihat apa yang Revan lakukan.
"Maaf, enggak tau" ucap Rayi, salah tingkah. Ia ke dapur untuk mengambil minum dan tadi tanpa sengaja mendengar ringis kesakitan Bundanya. Melihat posisi kedua orangtuanya Rayi seakan bisa langsung mengerti apa yang membuat Bundanya mengerang kesakitan seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...