Bab 42

11.8K 819 64
                                    


Jantung Revan dibuat berdetak tidak karuan saat salah satu tetangga rumahnya memberi kabar bahwa istrinya jatuh di kamar mandi dan kini sudah berada di rumah sakit. Ia benar-benar merasa sangat khawatir dan ketakutan.

Revan yang padahal tadi sudah ada diperjalanan pulang memutar kendaraanya kembali menuju rumah sakit. Ia juga mendapat telpon dari Baby, sambil menangis putrinya yang memang sedang koas di rumah sakit memberitahu perihal keadaan sang Bunda yang harus segera mendapatkan tindakan operasi untuk mengeluarkan bayinya.

Revan memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby dan meminta bantuan pada satpam yang sudah sangat ia kenal untuk memarkirkan mobilnya dengan benar. Selanjutnya, setelah mengucapkan terimakasih, dengan wajah paniknya Revan berlari untuk bisa segera sampai ke tempat istrinya yang kini sudah masuk ruang operasi.

Dari kejauhan Revan bisa melihat Ali tetangga samping rumah yang tadi menelponnya, pakaian dan tubuh pria itu terlihat kotor karena noda darah yang sudah mulai mengering. Juga ada kedua putrinya, Baby dan Lea.

Nafas Revan masih terengah ketika Ali menceritakan secara singkat apa yang terjadi. Mendengarnya Revan tak berhenti mengucapkan terimakasihnya kepada Ali.

"Sudah kewajiban sesama manusia untuk saling menolong, kebetulan saya ada disana dan saya bisa. Semoga Mbak Rena cepat pulih dan bayinya juga bisa selamat" ucap Ali sambil menepuk beberapa kali bahu Revan, lalu setelahnya Ali memilih berpamitan pulang.

Revan kembali mengucapkan banyak terimakasih dan berjanji setelah ini ia pasti akan membalas kebaikan yang Ali perbuat untuk keluarganya.

Kali ini pandangan Revan jatuh pada kedua putrinya yang terlihat sudah berlinang air mata. Revan dengan cepat mendekat membawa sekaligus Baby dan Lea masuk dalam dekapannya, seketika itu juga suara tangisan kedua gadisnya terdengar kencang dan sangat menyayat perasaanya.

Dada Revan sudah sangat sesak matanya juga sudah sangat memerah tapi sebisa mungkin ia menahan tangisnya. Dekapan tangan Revan semakin erat seiring dengan suara tangisan keduanya yang terdengar semakin kencang.

"Bunda..." Gumam Baby dan Lea disela isakannya.

"Bunda pasti selamat, pasti" gumam Revan, sekaligus untuk meyakinkan dirinya sendiri jika kali ini ia tak akan kehilangan lagi.

Seperti dejavu dulu sekali ia juga pernah ada diposisi ini, menunggu kabar sang istri yang sedang berjuang di ruang operasi. Kini semua itu kembali terulang dan Revan tak mau semuanya berakhir seperti dulu lagi. Revan bukan hanya memikirkan dirinya, tapi perasaan anak-anaknya karena kehilangan orang tersayang itu rasanya sangat menyakitkan.

"Aku urus berkas-berkas Bunda dulu, Papa jaga Lea, aja. Aku udah telpon Mas Rayi, aku udah minta Mas Rayi untuk ambil baju Lea" jelas Baby, dengan suara seraknya.

Dekapan Revan ditubuh kedua putrinya meregang, tangan Revan terulur untuk mengelus wajah Baby yang sudah banjir oleh air mata.

"Berdoa ya, nak, semoga Bunda dan adek selamat" ucap Revan yang Baby balas anggukan kepala. Setelahnya Baby berpamitan pergi untuk mengurus kelengkapan adminitrasi Bundanya.

Kini Revan hanya berdua bersama Lea yang ada di dalam dekapannya. Tatapan putri bungsunya itu terlihat kosong. Dalam hati Revan tak berhenti berdoa untuk keselamatan istri dan bayinya di dalam sana. Tapi, untuk kali ini jika diberi pilihan Revan tentu akan mendahulukan keselamatan istrinya. Bukannya ia egois ataupun tidak menyayangi bayinya hanya saja jika hal paling buruk itu terjadi bukan hanya ia yang merasakan sakit itu, tapi anak-anaknya juga. Revan pernah merasakan kehilangan yang sangat mendalam, ia hanya tak mau anak-anaknya juga ikut merasakan itu semua.

"Tadi... Tadi Bunda..." Setelah sejak tadi hanya diam, tanpa diminta Lea mulai menjelaskan pada sang Papa apa yang tadi terjadi. Tapi, Lea seakan kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya, suaranya terbata-bata. Wajah gadis kecil itu sudah memerah bersiap untuk kembali menangis.

Once Upon A Time [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang