Extra Chapter

398 95 33
                                    

Terbaring tenang dalam peti mati kayu kokoh yang terukir, mata indah nya tertutup rapat, seolah menjelaskan pada dunia bahwa dirinya telah berada dalam tidur abadi. Wajah pucatnya dipoles dengan make up tipis, dalam kedamaian itu terdapat senyum tipis yang hampir tak terlihat, terjebak di antara dunia fana dan keabadian. Rambutnya tergerai, mengalir lembut di atas bantal sutra putih, berkilau samar dalam cahaya yang redup, membingkai wajahnya seperti mahkota yang senyap.

Gaun putih yang dikenakan, membelai lembut tubuh tak berdaya nya, memberikan kesan tenang sekaligus suci. Jari-jari lentiknya saling bertaut di atas dada, sementara sekuntum mawar segar tergeletak lemah di antara kedua tangannya, sebagai simbol ketenangan dan akhir yang indah. Menyeruak aroma kedamaian samar dari kelopak bunga yang ditabur menguar lembut, melambangkan perpisahan penuh hormat.

Cahaya lilin yang remang menyinari ruangan, menciptakan bayang-bayang samar yang menari di atas wajahnya, menjadi kenangan yang hampir tak tergapai, tersimpan dalam keheningan terakhir.

Aurora berdiri di sana, langkahnya terhenti di ujung peti mati, di mana kekasihnya yang terkasih berbaring tenang dalam kedamaian yang abadi. Manik matanya fokus pada wajah wanita yang tampak begitu damai. Seolah Ahyeon hanya tertidur, senyum tipisnya seakan masih menyimpan cerita-cerita yang dulu sering mereka bagi.

Hatinya bergetar, kenangan manis terlintas satu per satu, bagai bayangan yang hidup kembali di antara kerlip lilin yang samar. Rambutnya, yang biasa lembut di bawah sentuhannya, kini tergerai dengan tenang di atas bantal sutra putih, memantulkan kilaunya terakhir dalam cahaya yang redup.

Dengan tangan gemetar, ia membelai jari jemari Ahyeon yang terasa begitu dingin, menelusuri setiap lekukan yang ia kenal dengan baik, seolah berharap bisa menghangatkannya kembali. Di sana, di antara aroma bunga yang memenuhi ruangan, cinta mereka terasa begitu nyata, meski tak lagi ada kata yang bisa diucapkan.

Ia menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah kekasihnya, mengucapkan perpisahan tanpa suara, berharap waktu bisa berhenti, memberi mereka satu momen lagi. Detik-detik berlalu dengan perlahan, membawa kesunyian yang dalam, sementara dia berdiri di sana, terbenam dalam keindahan terakhir yang pedih, merelakan yang tak terelakkan dengan penuh cinta dan kehilangan yang tak terhingga.

Hari ini adalah, hari dimana proses kremasi Ahyeon berlangsung.

Peti mati yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Ahyeon perlahan bergulir menuju perut perapian, seolah waktu pun menahan napasnya. Hanya ada sunyi yang menggema, berat dan penuh makna. Peti itu tampak megah dalam kesederhanaan, mengusung kenangan, doa, dan tangisan yang terbungkus rapi. Saat pintu kremasi terbuka, api di dalamnya menari liar, bukan dengan keganasan, tetapi dengan kehangatan yang melambangkan perpisahan.

Asap tipis mulai mengepul, membawa aroma kayu dan wangi dupa yang bercampur dengan udara. Nyala api memeluk peti itu dengan lembut, seperti merangkul sebuah cerita yang telah selesai ditulis. Waktu terasa melambat, seakan semesta memberi penghormatan terakhir. Dalam momen itu, jiwa-jiwa yang ditinggalkan belajar melepaskan, meski hati masih terikat erat oleh kenangan. Api bukan hanya penghancur—ia juga penerang, mengantarkan yang pergi menuju keabadian.

Tubuh Aurora bergeming namun jiwanya terkoyak. Asap kremasi mulai terlihat, menari ke udara, membawa jejak terakhir dari seseorang yang pernah ia panggil "cinta". Mata yang dulu menyala karena tawa kini basah, menyimpan kenangan yang tak bisa disentuh lagi. Ia merasakan kepedihan yang begitu hening, seolah dunianya telah kehilangan warna, menyisakan bayangan-bayangan suram.

Angin berhembus, membelai pipinya yang dingin, seolah menghibur dalam keheningan yang memekakkan. Di antara gemuruh api, ia merasakan kehampaan yang tak dapat ia ungkapkan—sebuah kesadaran bahwa separuh jiwanya kini perlahan menjadi abu, tersebar ke angkasa. Namun, di tengah perih itu, ia berjanji dalam hatinya, cinta yang mereka bangun akan tetap hidup, tak terhancurkan oleh api ataupun waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lowkey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang