Tidur.

770 115 62
                                    


Aurora telah sampai di dalam ruangan Ahyeon. Hanya ada dirinya dan juga kekasihnya disana, Aurora menatap lembut wajah pucat kekasihnya.

Di atas ranjang rumah sakit yang dingin itu, kekasihnya terbaring lemah, nafasnya berhembus pelan dengan sangat teratur, seakan menyatu dengan udara hening di sekelilingnya. Wajah pucat wanita yang sangat dicintai Aurora, disinari lampu putih yang menyorot lembut dari atas, memberi bayangan tipis pada lekuk pucat wajah Ahyeon. Namun, tidak memudar kan kecantikan wanitanya sedikitpun. Kelopak mata Ahyeon tertutup rapat, begitu tenang. Namun, satu hal yang Aurora yakini di balik mata itu ada perjuangan yang tak kasat mata, tubuh kekasihnya sedang berperang dalam sunyi, ada jiwa yang berdoa dalam diam.

Selimut putih membalut tubuh ringkih kekasihnya, seolah menjaga percikan kehidupan yang tersisa dalam kasih tak terucap. Di sisi ranjang, terdapat detak monitor medis yang berbunyi teratur, menjadi musik pengiring dalam ruang yang sepi itu. Meski tampak rapuh, ada kekuatan halus yang terpancar darinya——seperti embun di pagi hari, walaupun tipis dan nyaris tak terlihat, embun itu tetap bertahan dalam kerapuhannya yang indah.

Waktu terasa melambat, seakan setiap detiknya bergulir dengan hati-hati, seolah takut menambah beban rasa yang telah ada. Dalam hening.. ruang tempat Ahyeon berada, suara detak jam terdengar nyaring, mengisi kekosongan dengan ritme yang menghentak lembut. Pendar cahaya lampu di langit-langit menambah kesan tenang namun penuh ketegangan.. setiap pancarannya seperti memberi tanda, bahwa ada kehidupan yang dipertaruhkan di balik mata kekasihnya yang tertutup rapat.

Harapan dan kekhawatiran berbaur seperti kabut tipis yang tak dapat dijangkau, namun terasa pekat di dada. Pada saat-saat seperti ini, menit menjadi lebih berharga daripada emas, dan doa terus melintas dalam setiap helaan nafas. Aurora duduk dengan tenang ditepi ranjang tempat tidur Ahyeon. Menggenggam erat jari jemari kekasihnya. Dalam tangisan tanpa suara, Aurora menunggu hal yang tidak pasti, ada rindu yang belum pernah Aurora kenal sebelumnya, serta rasa takut yang baru saja ditemukan.

Aurora menggenggam erat tangan Ahyeon, genggaman yang biasa nya mendapat balasan. Kini terasa begitu dingin dan hampa.

Butiran-butiran cairan bening terus membasahi wajah sembab Aurora, jika bisa memilih. Aurora bersedia dengan senang hati menukar posisinya dengan wanita yang sangat dicintainya saat ini.

Kepala Aurora dipenuhi begitu banyaknya pertanyaan, kenapa takdir seolah-olah mempermainkan dirinya, tidak bisa kah Tuhan membiarkan nya bahagia barang sejenak saja. Badai yang telah Ahyeon lalui sudah begitu berat, kini Ahyeon baru saja akan memulai kehidupan baru nya bersama dengan Aurora dan juga bayi nya, tapi kenapa Ahyeon justru terkapar lemah tak berdaya saat ini.

Aurora sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan Ahyeon, Aurora berjanji akan terus menjaga Ahyeon dan juga bayi nya, mereka akan hidup bersama. Membangun hubungan yang harmonis, yang menyenangkan, sebuah hubungan yang mampu membuat siapapun iri melihat kehangatan hubungan yang Aurora dan Ahyeon bangun bersama dengan baby Dainie dikemudian hari.

Namun, takdir berkata lain..

Aurora merasa sangat lelah, ia benar-benar merasa sangat tidak berdaya, Aurora tidak sanggup melewati fase menyakitkan ini. Gadis itu meletakkan kepalanya di atas punggung tangan kekasihnya.

"Sayangg~ aku sangat merindukan mu.." Aurora bermonolog dalam isakan tangisnya.

"Tidak kah kamu juga merindukan ku? Hikksss~"

Gadis rapuh itu meremas lembut jemari Ahyeon. Suara rintihannya terdengar lirih, penuh dengan luka yang dalam. Setiap isakan yang terlepas dari bibirnya, adalah sebuah permohonan dengan segenap jiwa, mengiba pada langit, mengharap keajaiban yang entah mungkin atau tidak akan datang. Bibir Aurora bergetar, menggumamkan doa yang tertahan, sementara hatinya meronta, memohon agar waktu dapat diputar kembali, dimana ia dan juga Ahyeon masih bisa bercanda dan tertawa bersama, Aurora terus memohon kepada sang pencipta agar sang kekasih segera membuka matanya sekali lagi, dari kegelapan yang menyelimuti Ahyeon saat ini.

Lowkey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang