🍂48. strange incident

89 22 5
                                    

Haii, sudah siap membaca bab ini? Aku ga yakin bab ini bisa nge-feel, tapi ... aku bakalan berusaha biar bab ini bisa nge-feel

Oh ya, absen dong kalian dari mana? Kalau Runny sih dari kabupaten Malang tepatnya dusun Karang Nongko, heheee, atau ada yang satu kabupaten sama aku? Atau bahkan satu desa? Buruan temui aku kalau ada yang satu desa!! Kita temenan!!

Kalian lagi apa?

Siap membaca?

Bias kalian siapa di Enha? Aku sih si Sunghoon Sunghoon itu, hehee

Sesama Engene ataupun non k-pop mohon kerjasamanya untuk ramaikan seluruh paragraf yaa, aku percaya kalian ♡♡

Nanti kalian baca pesan aku di akhir cerita, yaa!!

Sebelum membaca, lebih baik kalian vote dan silahkan spam komen di setiap paragraf.

Oke, lets go!!



"Pada akhirnya, siapa pun yang memaksa untuk hidup bahagia akan dihadapkan dengan kematian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada akhirnya, siapa pun yang memaksa untuk hidup bahagia akan dihadapkan dengan kematian."-7 Wounds.

Setelah hampir 20 menit menunggu, kini tiga ranjang pasien telah di dorong menuju ranjang pasien. Satu pasien terdapat tubuh malang Jayendra, ranjang ke dua terdapat tubuh Sagara, dan ranjang terakhir rerdapat tubuh Harsa.

Baju Jayendra itu sudah tak berupa baju, bagaikan kain putih yang dicelupkan pada cairan merah. Penuh dengan bercak darah. Wajahnya pucat pasi. Tak ada pergerakan sama sekali dari tubuh anak itu.

Sedang Sagara dan Harsa, mereka masih ada sedikit pergerakan dari jari-jemarinya yang perlahan bergerak.

Setelah ketiga ranjang tersebut masuk pada ruang UGD, mereka semua baru ingat bahwa mereka telah melupakan satu hal. Menelepon Ayah, itu adalah satu hal yang amat penting, namun bagaimana bisa mereka semua melupakannya?

"Jen ... ponsel kamu masih nyala?" Tanya Bunda dengan wajah memerah serta mata yang sembab akibat terlalu banyak menangis.

"Ada, Bun ... kenapa?"

"Tolong kamu teleponkan Ayah, nanti Bunda yang bicara." pintanya.

Dengan segera Jendra merogoh saku celananya gunaa mengambil ponsel. Lantas, ia nyalakan ponsel tersebut dan menuju pada ikon berwarna hijau. Ia segera menggulir ke atas dan bawah untuk mencari di manakah kontak atas nama Ayahnya? Setelah menemukan nama Ayahnya, ia segera meneleponnya dengan segera.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Wounds  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang