Rafa berjongkok di hadapan Keenan, tangannya menjangkau tangan kecil anak itu yang berkeringat dingin. Raut wajah Keenan masih tetap datar, matanya menatap Rafa dengan tatapan yang sulit dibaca.
"Hallo, Naan, tenang yaa, jangan takut, ini papa, papaya Naan," ucap Rafa dengan suara yang lembut, berusaha menenangkan Keenan.
Zeandra yang berdiri di samping Rafa menimpali, "Naan, papa itu gak jahat, seperti yang Mama bilang waktu itu, papa lagi sibuk cari uang buat beliin Naan mainan."
Keenan masih tetap diam, menatap Rafa dan Zeandra bergantian, seolah menilai kebenaran kata-kata mereka.
"Naan tau gak, di dalam perut Mama, ada adik bayi, adiknya Naan, makanya Naan ikut pulang ya sama papa?" ucap Rafa lagi sambil menunjuk perut Zeandra. Ia berusaha menarik perhatian Keenan dengan menceritakan tentang adik bayinya.
Sudah satu bulan Keenan tinggal di rumah Iren sambil tetap menjalani terapi. Setiap hari Zeandra dan Rafa datang menemui Keenan, tapi anak itu masih tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak mau bertemu Rafa. Rasa sakit dan kecewa masih menyelimuti hati Keenan setelah kejadian yang menyakitkan di masa lalu.
"Naan udah tau, Nenek yang kasih tau," jawab Keenan dengan suara yang masih terdengar datar.
"Naan udah tau ya? Makanya ayok pulang, nanti kalo adik bayinya lahir nyari abang Keenan, abangnya gak ada," ucap Zeandra dengan suara yang lembut, mencoba meyakinkan Keenan.
"Wah iya Naan bentar lagi dipanggil abang ya? Kan dari dulu Naan pengen dipanggil abang," ucap Rafa dengan nada yang ceria, berusaha membuat Keenan tertawa.
"Naan sayang adik bayi, tapi Naan gak mau sama papa," jawab Keenan dengan suara yang sedikit tertekan.
"Naan mau jalan-jalan gak? Ke mana gitu?" ucap Rafa berusaha membujuk Keenan, mencoba menarik perhatian anak itu dengan ajakan menarik.
"No," jawab Keenan pendek, tetap menolak ajakan Rafa.
"Mau beli mainan? Mama sama Papa mau pindah lagi ke Bandung, Naan ikut yu, di Bandung kita jalan-jalan lagi ke alun-alun," ucap Rafa lagi, menawarkan segala sesuatu yang mungkin menarik bagi Keenan.
"Oh iya, katanya Naan mau ke kebun teh sama Papa? Ayok kita ke kebun teh, menginap lagi, mau?" ucap Zeandra, mencoba membangkitkan ingatan Keenan tentang keinginan yang pernah ia utarakan.
"Beneran sama papa?" tanya Keenan, seolah terusik oleh ajakan itu.
"Tentu, sekarang papa gak sibuk lagi, papa punya waktu yang banyak buat Naan," ucap Rafa, suaranya penuh kehangatan, seolah ingin menyakinkan Keenan bahwa ia benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama anak itu.
"Ayok, Naan mau," ucap Keenan, akhirnya suara itu terlontar dari bibir kecil anak itu. Matanya berbinar sedikit, seolah mencerminkan seulas harapan yang muncul di hati kecilnya.
Rafa bersukacita dalam hati. Akhirnya, Keenan mau menyerah pada bujukannya. Ia memandang Zeandra dengan senyum yang lebar, mengucapkan terima kasih tanpa suara atas dukungan dan kesabaran Zeandra selama ini.
"Yey! Naan pinter. Naan mau jalan-jalan sama papa, ya?" ucap Rafa dengan nada yang ceria, meraih tangan Keenan dan menariknya berdiri.
Keenan tersenyum malu, menunduk sejenak, seolah takut pada perubahan perasaan yang ia rasakan. Tapi senyum itu tetap terukir di wajahnya, seolah mencerminkan seulas kebahagiaan yang muncul di hatinya.
Zeandra menatap mereka dengan tatapan yang penuh harapan. Ia berharap, pertemuan ini akan menjadi awal baru bagi Rafa dan Keenan. Awal di mana hubungan ayah dan anak itu akan terjalin kembali dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...