7. Kopi

5K 294 15
                                    

Pic: Kanato Sakamaki

***

"Ka.. Kanato-Kun, kamu masih disini? "

"Yui, apa kamu tidak mengerti kenapa aku ada disini? "

"Hah? "

"Aku sedang kehausan. Teddy juga. "

"Hey Teddy, apa menurutmu Yui itu jahat? " Kanato bicara pada Teddy Bear nya

"Ma... maaf. Baiklah, aku akan pergi mengambilkannya untukmu. " Yui gugup

"Teddy, maaf ya! " Yui bicara pada Teddy Bear milik Kanato

"Bisakah kamu tidak memanggil Teddy seolah olah kamu sudah akrab dengannya? Yang berhak berbicara dengan Teddy hanyalah aku! " Kanato dengan nada menyeramkannya

"Iya kan, Teddy? " tanya Kanato pada Teddy Bear nya

"Be-begitu. Baiklah, aku akan segera kembali. "

Yui pergi mengambilkan minuman untuk Kanato

"Ini, kopi untukmu. " Yui memberikan satu cup kopi pada Kanato

Kanato memukul cup itu sampai jatuh ke lantai dan airnya mengenai tangan Yui

"Panas! " pekik Yui

"Aku lebih suka minuman yang manis! Aku tidak suka sesuatu yang pahit seperti kopi! Kenapa kamu tidak mengerti?! " Kanato marah dengan nada tingginya

"Tapi tidak perlu menumpahkannya ke lantai seperti itu. "

"Jangan menyelaku! Kamu itu tidak berguna dan tidak berhak berbicara! " masih dengan nada tingginya

"Ma-maafkan aku"

"Kamu tidaklah salah, kenapa kamu meminta maaf?! " bentak Kanato

"Lalu, apa yang harus kulakukan? "

"Mengenai itu silahkan kamu pikir sendiri. " Kanato melembut dengan tatapan kosongnya

"A-aku akan membawakanmu minuman lain. "

"Tidak, terima kasih. Aku sudah tidak haus. Apakah tumpahan kopi itu melukai jarimu? " tanya Kanato dengan lembutnya meraih tangan Yui

"Apakah terasa panas? Kasihan sekali. " kemudian Kanato menjilat jari Yui yang terluka, Yuk segera menarik tangannya

"Hey... apa kamu membenciku?  Iya kan? Kau ingin tahu lebih banyak tentang diriku? " pertanyaan Kanato bertubi tubi

"Aku sama sekali tidak membencimu. Aku memang ingin  mengenalmu, tapi... "

"Kalau begitu, cobalah untuk mengerti diriku. " Kanato berbalik dan pergi meninggalkan Yui

Yui hanya bisa memandangi punggu Justin yang mulai menjauh, Yui hendak mengambil tasnya tapi tidak ada ditempat ia meletakannya tadi,
"Kanato-kun, apa kamu tahu di mana tasku? "

"Aku menaruhnya diatap. " jawab Kanato sambil menoleh

"Ke-kenapa? "

"Untuk menghukummu. " Kanato berbalik

"Teddy, telepon itu telah rusak dua minggu yang lalu. Apakah tidak ada yang tahu? " Kanato bicara pada Teddy Bear nya

"Hah?! " Yuri kaget

***

Yui sampai di atap gedung sekolah, ia segera mengambil tasnya dengan lemas

"Aku menyukaimu. "

"Sampai kapanpun, sampai kapanpun, sampai kapanpun. "

Suara merdu yang sedang melantunkan sajak indah di bawah rembulan, menarik perhatian Yui

"Kamu inginkan atau tidak, aku tidak akan pernah melupakanmu, bahkan sedetikpun. "

"Aku ingat suaramu, baumu.. segalanya tentang dirimu "

Belum selesai melantunkan sajak itu, Raito menarik nafas dalam

"Hei, siapa yang disana? " tanya Raito yang mengetahui ada seseorang memperhatikannya

Yui yang sudah ketauan langsung panik dan mengumpat dibalik tembok. Raito memegang pundak Yui, membuat Yui berlonjak kaget.

"Little Bitch, tidak baik lho menguping. "

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud menguping. "

"Tapi kamu mendengarnya, bukan? "

"Ya, tapi.. "

"Baiklah. Tapi bagaimana, ya? " Raito mencekik Yui

"Aku tidak bisa bernafas"

"Kurasa kau harus dihukum. "

Kanato melempar tas Yui ke sembarang arah, dan mendorong Yui ke tembok, Kanato memasukan kakinya diantara paha Yui dan mencekik leher Yui

"Little Bitch, mana yang paling kamu suka? Tempat paling sensitif bagimu. "

"Kami ini penghuni malam. Dan menjadi sangat kehausan disaat malam seperti ini. Menjadi sangat kehausan akan membuat kami bernafsu untuk memenuhi rasa haus itu. " kemudian Raito menjilat leher Yui

"Hentikan... " rengek Yui


"Aku lupa jika sekarang bulan purnama, tapi aku sedikit senang. " Raito menggigit leher Yui dan menyeruput darahnya

"Ini..? " Raito melepaskan gigitannya dan berpikir tentang rasa darah Yuri

Yui memanfaatkan lengahnya Raito dan mendorong Raito sampai mundur beberapa langkah, Yui segera berlari menuju pintu. Yui terus berlari, sepanjang jalan ia terus berlari hingga ia menemukan telepon umum.

"Halo, Ayah? Aku disini berada dalam sesuatu yang benar benar tak kumengerti. " adu Yui

"Apa yang tidak kamu mengerti? Kenapa kamu keras kepala seperti itu, Little Bitch. " Yui membulatkan matanya, suara diujung telepon itu bukan suara ayahnya tapi suara Raito

"Ke.. kenapa? Apa yang terjadi? " tanya Yui pada diri sendiri

"Aku sangat mengerti dirimu, Little Bitch. "

Yui menoleh ke sebrang jalan, benar saja, Raito berada di sebrang nya. Matanya berkaca kaca karena tak tahan dengan semua ini. Ia segera berlari menyusuri jalan kota, ia menoleh ke belakang dan Raito tidak ada.

BRUKK

********************

Mr. Sadistic NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang