Pic: Ayato dan Richter
***
"Ayato-kun! " teriak Raito lalu melempar salah satu pedang kearah Ayato
Ayato menerima pedang itu dengan mulusnya, "tumpangan gratismu sudah berakhir. Akan kubuat kau menyesal datang kemari! " teriak Ayato
Richter tertawa sinis, "dan menurutmu... kau bisa apa? "
Adu pedang pun tak terelakkan, Ayato tersudutkan dan terus melangkah mundur. Richter bertarung dengan Cordelia yang masih di pelukannya. Ayato kalah dan tersungkur menabrak tembok belakang. Richter maju dan menusuk bahu Ayato.
"Sial...! " omel Ayato
Richter tersenyum menang dan mencabut pedangnya, membuat darah Ayato terciprat kemana mana. Cordelia menyaksikan itu dengan mata yang membulat. Ayato jatuh terduduk dan memegang lukanya
"Tetaplah di sana! " Richter mengayunkan pedangnya ancang ancang menebas kepala Ayato
"Ayato-kun! " suara lembut itu membuat Ayato menoleh, dan mendapati Yui yang menatapnya iba, bola mata Yui kembali berwarna ping, "aku... "
Richter menatap Yui tak percaya. Yui segera melepaskan pelukan Richter dan mengambil belati peraknya dari saku Richter, lalu berlari menuju tangga, Yui menoleh kearah Ayato dan Ayato juga menatapnya, Yui memalingkan wajah dengan sendu, dan berdiri disalah satu anak tangga. Yui memandangi belati peraknya dengan gemetar, lalu mengarahakan belati itu pada jantungnya dengan perlahan
Semua yang ada disana terkejut dan membulatkan matanya, terutama Ayato dan Subaru yang begitu terlihat shock. Richter menatap Yui geram dan menggertakkan giginya
"Sekarang tak seorang pun yang akan terkuka" Yui menatap sendu belati itu dan menusukkan belati itu tepat ke jantungnya
Yui terjatuh, dan dengan cepat Ayato menahan tubuh Yui
Richter mengibaskan pedangnya ke udara dan loncat kearah Ayato, "jantungnya adalah milikku! "
Ayato dengan cepat menghunuskan pedangnya ke perut Richter membuat Richter tak bisa bergerak lagi. Ayato menarik pedangnya, dan darah Richter muncrat kemana mana seperti yang terjadi padanya tadi
Ayato menatap Yui, "hey! Buka matamu! " bentak Ayato
Yui tertawa singkat lalu membuka matanya, ternyata warna mata itu hijau, milik Cordelia, "hanya gadis bodoh yang menusuk dirinya sendiri. Lelucon apa ini? " Cordelia tersenyum sinis
"Ish! " kesal Ayato
"Kematian dan kebangkitannya hanyalah soal waktu" kalimat Cordelia membuat Ayato membulatkan matanya
".... lalu, tubuh dan jiwanya akan jadi milikku" kemudian Cordelia memejamkan matanya
Semuanya termenung, Yui terbaring di lengan Ayato
"Sulit dipercaya, dia menusuk dirinya sendiri. Little Bitch benar benar deh, aku jadi salut" kata Raito sambil membenarkan posisi topinya
"Sebagai umpan, dia cewek yang merepotkan" kata Shu menatap lurus pada tubuh Yui
Reiji menggertakkan giginya, tanda tak suka dengan komeentar Shu
"Apa dia akan lenyap? " tanya Kanato sambil memeluk erat Teddy Bearnya
"Subaru... " Ayato memanggil Subaru yang termenung menatap kosong ke lantai
Subaru menoleh
"Benda ini sudah boleh kucabut sekarang? " tanya Ayato,
Subaru hanya diam. Ayato memegang belati perak yang menusuk di dada Yui dan hendak mencabutnya
"Tunggu! " teriak Subaru, kemudian dengan cepat Subaru sudah ada di sebelah Yui, "biar aku saja" kata Subaru lalu menarik belati itu dengan pelan
***
Tetesan darah dan air hujan menjadi satu, Ricter berusaha keras untuk melangkahkan kakinya. Richter berhasil berjalan sampai ke lorong bawah tanah tempat pembuangan air
"Aku... masih belum boleh musnah... sekarang... " dengan susah payah Richter mengeluarkan kalimat itu dan lanjut berjalan lagi menyusuri lorong sambil memegangi lukanya
***
Sementara itu, Yui terbaring membeku di sofa
"Wajahnya jadi semakin pucat" kata Kanato menatap Yui dari belakang sofa
"Proses kebangkitannya bisa mulai kapan saja sekarang" kata Shu menatap Yui sambil berjongkok di depan sofa, kemudian berdiri
"Apa wanita keparat itu tidak bisa disingkirkan dari tubuhnya? " tanya Ayato pada Shu, yang sejak tadi berdiri disamping Shu
***
Sementara itu, Reiji sedang membolak balikkan buku penelitiannya sambil mencampurkan beberapa jenis ramuan ke dalam satu botol. Ruang penelitiannya menjadi berantakkan dengan buku buku dan kertas berjatuhan dimana mana
"Aku harus menyempurnakannya" Reiji kembali mencampurkan ramuan ramuannya
***
Di tempat lain, tepatnya di taman mawar putih. Subaru menatap langit dengan sendu. Kemudian ia menunduk dan menatapa belati perak yang ada di tangannya
"Sial!!! " teriak Subaru lalu menebas bunga mawar yang ada disampingnya dengan belati itu, hingga robek dan berceceran
***
Kembali ke Richter. Richter dengan susah payah menaiki beribu anak tangga dengan sisa tenaganya. Ia berjalan terus dilorong mansion dan masuk ke kamar Cordelia. Ia membuka pintu rahasia yang ada di kamar itu dan masuk ke ruangan rahasia yang hanya ia dan Cordelia yang tau. Ia berjongkok karena tak tertahan dengan lukanya yang semakin parah
"Ini dia... hanya ini... yang kubutuhkan! "
************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Sadistic Night
WampiryCerita ini dari anime Diabolik Lovers. MAAF JIKA NAMA TOKOH BERUBAH UBAH. ADA ALASAN TERSENDIRI, KALIAN COBALAH MENGERTI AUTHOR JUGA MANUSIA. :)