17. Pengantin Tumbal

4.1K 231 1
                                    

Pic: adik dari Karl Heinz Sakamaki, namanya Richter

***

Shu memeluk Yui dan mengangkat Yui untuk duduk dipangkuannya. Shu membuka kancing kemeja Yui satu persatu, memperlihatkan area atas payudara Yui. Shu kembali memeluk Yui dan tersenyum di samping telinga Yui, kemudian Shu menancapkan taringnya di pundak Yui.

"Darahmu ini benar benar paling nikmat dibanding yang lainnya. Rasanya semua dahagaku jadi hilang" Shu kembali menggigit pundak Yui



"Shu-san, jangan...! " pekik Yui



"Jadi ini yang namanya kebangkitan? "



"Hah? "



"Wanita itu memang mengerikan. Aku jadi merasa bergairah. Kamu luar biasa" Shu takjub



"Apa maksudnya dengan kebangkitan? " tanya Yui



"Eh? " Shu bingung


"Tolong katakan! " paksa Yui


Shu melepaskan pelukannya,
"Belum pernah ada pengantin tumbal yang bertahan hidup sampai kebangkitan"



"Kebangkitan? " Yui berpikir keras, kemudian ia teringat saat kedatangan pertamanya ke mansion keluarga Sakamaki

"Orang itu... dia menghubungiku kemarin ini. Katanya, 'ada tamu yang datang dari biara, jadi tolong perlakukan dia dengan hormat' " kata Shu

"Hah?? Jadi maksudnya si Pancake ini adalah calon pengantinnya? " tanya Ayato

"Jadi begitu ya? " tanya Kanato

"Hemmm lebih tepat disebut tumbal daripada pengantin, sih" Raito berkomentar


"Aku.. sebetulnya kenapa aku bisa ada disini? " tanya Yui


Shu bangkit dari duduknya


"Apa Ayahku punya hubungan yang kuat dengan keluarga kalian? "


Shu menoleh dan mengambil nafas dalam,
"Biar dia yang akan menjawabnya"


"Hah? "


"Kau ada disitu kan? " Shu melirik ke arah pintu



"Seperti biasa, nalurimu sangat tajam" pria itu masuk ke dalam pavilliun



"Si-siapa kamu? " tanya Yui



"Dia Richter, paman kami semua" jelas Shu



Yui memandangi pria dihadapannya, memiliki rambut hijau berantakan, mata merah darah dan tubuh yang tinggi dan berisi. Yui jadi ingat akan mimpinya saat itu, saat di taman dekat air mancur ia melihat Cordelia bersama dengan pria itu, Richter.



Shu mengambil bukunya yang ia lupakan tadi. Kemudian meninggalka Yui dan Richter di pavilliun



"Maafkan kelakuan buruk para keponakanku, ya. Padahal mereka sudah kuberi tahu, tapi mereka tidak pernah mau menurut. Nah, apa yang mau kamu tanyakan? " Richter mendekat



"Anu, aku... aku mau tau, kenapa aku ada disini? Aku mau tau, kenapa aku yang dipilih. Juga, apa hubjngannya ayahku dengan pe... pengantin tumbal" Yui mengajukan semua pertanyaan yang ingin ia tanyakan



Richter tersenyum meremehkan,
"Dipilih? Jadi itu anggapanmu? "



"Hah? "



"Kamu masuk ke rumah ini karena usiamu pas sebagai pengantin tumbal dan kamu manusia yang paling mudah di peroleh. Hanya manusia bodoh yang menganggap itu sebagai takdir atau keistimewaan"



"Jadi, ayahku... "



"Ini tidak ada hubungannya dengan manusia rendahan seperti ayahmu"



Yui menghembuskan nafas lega,
"Berarti ayahku memang tidak tau apa apa. Syukurlah" Yui memeluk dirinya sendiri, tapi kemudian dadanya terasa sesak lagi seperti yang pernah ia rasakan, Yui terseok dan jongkok sambil memegangi dadanya yang sakit bagaikan jarum dimesin jahit yang menembus kain terus menerus



"Kita bisa bertemu lagi... akhirnya. Sayang... betapa aku sudah lama menantikan saat saat ini"



Yui menatap Richter karena kebingungan dengan kalimat yang Ricter keluarkan


"Nah, datanglah padaku" Ricter menatap balik pada Yui, angin kencang menghasilkan suara suara aneh, dedaunan terbang memasuki pavilliun



"Ada apa ini? " tanya Yui menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian dadanya terasa sakit lagi, Yui memegangi dadanya dengan mata berkaca kaca


Richter berjongkok dihadapan Yui, Yui menoleh dan seketika matanya menjadi warna merah gelap
"Ayo, kita pergi... ke tempatnya" Richter menjulurkan tangan dan Yui menerimanya

***

Richter dan Yui berada di lantai paling atas mansion keluarga Sakamaki, tepatnya diruangan tempat dimana Yui menemukan foto dan buku harian ayahnya. Richter memandangi foto dan buku harian milik ayah Yui,

"Ini sudah tidak dibutuhkan lagi" Richter mengangkat buku dan foto itu lalu seketika benda itu menjadi debu dan mengilang


Kemudian Richter membuka ruangan yang ada dibalik rak buku, Yui masuk duluan diikuti Richter yang menutup rak buku lagi. Lampu hias menyala ketika Yui memasuki ruangan itu, disana terpajang gaun cantik berwarna ungu bersimbah darah, darahnya masih segar seperti baru. Yui berjalan mendekati gaun itu


"Kamu tidak perlu ragu. Gaun itu adalah milikmu" kata Richter memperhatikan Yui

**********************

Mr. Sadistic NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang