Hari ini saya mendapat quote menarik dari kuliah dosen (sayangnya, saya lupa siapa dosen yang memberikan, hehehe. Kemungkinan besar, beliau adalah dr. Rita Rosita, atau kalau tidak dr. Noorhamdani. Mungkin saudari Lintang bisa membantu ingatan saya yang lemah, wkwk).
Intinya adalah: untuk mencapai segala sesuatu itu harus didasarkan pada ilmu.
Sedikit atau banyak ilmu tersebut, tergantung pada kapasitas individu.Dan beliau mengatakan bahwa sesuatu yang dikerjakan tanpa ilmu akan mengakibatkan kehancuran yang lebih banyak daripada mendatangkan suatu manfaat.
Tidak hanya menjadi pelajar, guru, dokter, pelukis, penyanyi, dan lain sebagainya, penulis pun juga begitu keadaannya. Kalau dalam proses pembuatan tulisan asal-asalan, tidak mau berinovasi (baca: copas-edit minim-ide mainstream), tidak sesuai pakem KBBI dan EYD, serta tidak mau mendengar masukan orang lain (dalam hal ini penulis lain yang lebih tahu atau bahkan pembaca), artinya penulis tersebut memang tidak mau menambah kapasitas ilmunya sebagai penanggung jawab karya.
Dan apa akibatnya kalau dibiarkan? Hasil karyanya akan bersifat merusak. Merusak citra kepenulisan Nusantara adalah salah satunya. Salah dua dan salah tiganya silakan dicari sendiri.Bukan berarti saya sudah benar absolut, mutlak, 100%. Tidak. Saya masih banyak kurang, cacat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tulisan ini saya tujukan pada diri saya sendiri. Jikalau Anda yang membacanya juga ikut merasakan hal demikian, itu mungkin efek samping yang menguntungkan bagi Anda (semoga).
Yang terpenting yang harus kita lakukan sekarang adalah: memperbaiki kerusakan yang (mungkin) telah kita perbuat.
Dengan apa?
Dengan ilmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Dirgahayu
RandomPikiran adalah satu wadah dua arah Hanya jika ia terbuka Pikiran adalah sebilah candrasa Hanya jika ia terasah Pikiran adalah kebulatan tanpa ilusi Hanya jika ia termaknai . . . Diperbaharui setiap mood saya bereaksi